penguraian oleh jasad renik. Aktivitas tersebut menyebabkan adanya perubahan iklim dan lingkungan Arief 1994.
Biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50 di antaranya tersimpan
dalam vegetasi hutan. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Di bawah
permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan biomassa. Data distribusi biomassa dan produktivitas primer bersih pada setiap komponen vegetasi yang
menyusun ekosistem hutan disajikan pada Tabel 1 : Tabel 1 Biomassa dan produktivitas primer bersih pada setiap kelompok
komponen vegetasi yang menyusun ekosistem hutan Kelompok komponen vegetasi
Biomassa gm²
Produktivitas primer bersih gm²tahun
Pohon batang dan tajuk 6.403
796 Perdu batang dan tajuk
158 61
Semak dan herba batang dan tajuk 2
2 Pohon bagian akar
3.325 260
Perdu bagian akar 305
73 Semak dan herba bagian akar
1 4
Total 10.194
1.196 Sumber : Odum 1993 dalam Arief 1994
2.3 Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem. Dimulai dari karbon yang ada dalam atmoser berpindah melalui
tumbuhan hijau produsen, konsumen, dan organisme pengurai, kemudian kembali ke atmosfer Indriyanto 2006. Karbon dioksida merupakan bagian udara
esensial yang dapat mempengaruhi radiasi panas dari bumi, dan dapat membentuk persediaan karbon anorganik.
Setiap ekosistem menyimpan sejumlah karbon yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan keanekaragaman dan kompleksitas komponen yang
menyusun ekosistem. Kompleksitas ekosistem akan berpengaruh pada cepat atau lambatnya siklus karbon yang melalui setiap komponennya. Pada ekosistem hutan
hujan tropis keanekaragaman biota termasuk spesies tumbuhan sangat tinggi, sehingga pengembalian karbon organik ke dalam tanah berjalan dengan cepat, dan
karbon tersimpan dalam biomassa tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan ekosistem lainnya seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kemampuan dalam menyimpan karbon dan distribusinya pada setiap ekosistem
Ekosistem Karbon pada
produksi primer bersih tonhath
Karbon yang tersimpan pada biomassa
tumbuhantonhath Karbon organik
tanah tonhath Hutan Hujan
Tropis Hutan Iklim
sedang Padang
11 11
80 6
6 100
3 0.4
150 rumput iklim
sedang Gurun
0.05 0.01
1 Sumber : Killham 1996 dalam Indriyanto 2006
2.4 Model Pendugaan Biomassa dan Karbon
Pendugaan biomassa di atas permukaan
dapat dilakukan melalui pendekatan tidak langsung dengan menggunakan biomass ekpansion factor BEF
dan pendekatan langsung dengan membuat persamaan allometrik. Pendugaan biomassa dengan menggunakan BEF, yaitu :
Biomassa diatas tanah tonha = VOB x WD x BEF Volume Over Bark VOB menyatakan volume batang bebas cabang dengan kulit
m
3
ha. Wood Density WD adalah kerapatan kayu biomassa kering oven ton dibagi volume biomassa inventarisasi m
3
dan Biomass Expansion Factor BEF adalah perbandingan total biomassa pohon kering oven di atas tanah dengan
biomasssa kering oven hasil inventarisasi hutan. Persamaan allometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara
ukuran pohon, yaitu diameter danatau tinggi dengan berat kering pohon secara keseluruhan. Persamaan allometrik dinyatakan dengan persamaan umum :
Y = a + bX Y mewakili ukuran yang diprediksi, X adalah bagian yang diukur, b adalah
koefisien regresi, dan a adalah nilai perpotongan dengan sumbu vertikal Y. Setiap persamaan allometrik dikembangkan berdasarkan kondisi tegakan dan variasi
jenis tertentu yang berbeda-beda. Persamaan regresi untuk estimasi biomassa tumbuhan tropis Brown 1997 dalam Sutaryo 2009 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Persamaan regresi untuk estimasi biomassa tumbuhan tropis Zona Iklim
Persamaan Kisaran
DBH cm R²
Kering Y = exp [-1,996 + 2,32 ln D]
5 - 40 0,89
1500 mmth Y = 10[-0,535 + log
10
BA] 3 - 30
0,94 Lembab
Y = 42,69 – 12,8 D + 1,242 D² 5 – 148
0,84 1500 - 4000 mmth
Y = exp [-2,134 + 2,530 ln D] 0,97
Basah Y = 21,297 – 6,953 D + 0,740 D²
4 - 112 0,92
4000 mmth Keterangan : Y = biomassa per pohon Kg; D = DBH cm; BA = basal area cm².
2.5 Sifat Fisik Tanah 2.5.1 Tekstur Tanah