I I I . METODE PENELI TI AN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2011 di beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Gambar 1.
Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB dan Laboratorium Tanah, Balai
Penelitian Tanah Bogor.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta penutupan lahan Kabupaten Paser, kompas, GPS, pita meter,
haga hypsometer, kertas label, tali rafia, kantong plastik, golok, timbangan, oven, alat dokumentasi, alat tulis,
koran, ring tanah, dan bor tanah.
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Jenis data primer berupa tinggi dan diameter pohon, berat kering dan
berat basah tumbuhan bawah, serta tanah terusik dan tanah tidak terusik. Sedangkan data sekunder berupa citra landsat peta penutupan lahan Kabupaten
Paser yang diperoleh dari Bakosurtanal dan kondisi umum wilayah diperoleh dari hasil pencarian di situs pemerintah Kabupaten Paser.
3.3.2 Pembuatan Petak Penelitian
Petak penelitian dibuat pada beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur yang terdiri dari hutan sekunder, hutan mangrove, hutan
rawa, kebun campuran agroforestri, dan perkebunan kelapa sawit. Petak hutan sekunder, kebun campuran, dan kebun kelapa sawit dibuat berukuran 20 m x 20 m
pada jalur sepanjang 100 m dan lebar 20 m Gambar 2. Sedangkan pada hutan mangrove dan hutan rawa petak dibuat berukuran 10 m x 10 m pada jalur
sepanjang 50 m dan lebar 10 m Gambar 3. Di dalam petak tersebut dibuat petak kecil berukuran 1 m x 1 m untuk pengambilan tumbuhan bawah.
20 m
20 m Gambar 2 Desain petak penelitian di hutan alam, agroforestri, dan perkebunan
kelapa sawit
10 m
10 m Gambar 3 Desain petak penelitian di hutan mangrove dan hutan rawa
1m 1m
1m 1m
3.3.3 Pengukuran Tinggi dan Diameter
Pengukuran tinggi dan diameter dilakukan di dalam setiap petak penelitian. Pengukuran dilakukan pada pohon yang sehat dengan ukuran diameter
minimal 5 cm. Keliling batang pohon diukur dengan menggunakan pita meter, sedangkan tinggi pohon diukur dengan menggunakan
haga hypsometer.
3.3.4 Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah
Semua tumbuhan bawah di atas permukaan tanah di dalam petak contoh ukuran 1 m x 1 m pada masing-masing penutupan lahan diambil secara destruktif
dan ditimbang berat basahnya BB. Tumbuhan bawah meliputi semak belukar, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan dan atau gulma.
3.3.5 Pengambilan Contoh Tanah Terusik dan Tidak Terusik
Contoh tanah terusik dan tidak terusik diambil di dalam jalur petak pada setiap penutupan lahan. Contoh tanah terusik diambil dari suatu tubuh tanah.
Contoh tanah diambil pada kedalaman tanah 0-20 cm atau setinggi mata bor tanah. Contoh tanah tidak terusik diambil dari suatu tubuh tanah dengan
meminimumkan perubahankerusakan pada bentuk alaminya. Pengambilan contoh tanah tidak terusik dilakukan dengan menggunakan ring tanah.
3.3.6 Pengovenan
Tumbuhan bawah dikeringkan dalam oven pada suhu 80º C selama 48 jam untuk mendapatkan data berat kering BK dan kadar air. Jika berat basah
tumbuhan bawah lebih dari 200 gram, maka tumbuhan bawah yang dikeringkan dalam oven adalah sebanyak 200 gram. Contoh tanah terusik dioven pada suhu
105º C selama 24 jam untuk mengetahui berat kering tanah.
3.4 Analisis Tanah 3.4.1 Analisis Sifat Fisik Tanah
Analisis sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui tekstur dan bulk
density bobot isi tanah. Tekstur tanah dianalisis dengan metode pipet. Sedangkan penetapan
bulk density tanah dilakukan dengan menggunakan metode gravimetris dengan tahapan : 1 contoh tanah dalam ring ditimbang untuk
mengetahui berat tanah keadaan lapang beserta ringnya BB, 2 contoh tanah
dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 105 ºC, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat tanah kering oven beserta ringnya BK1, 3 contoh tanah
dibuang dari dalam ring, lalu ditimbang berat ring sampelnya BR, 4 berat kering contoh tanah diperoleh dari persamaan BK g = BK1g – BRg, 5 tinggi
cm dan diameter cm tanah ring sampel diukur, lalu volume tanah Vt ditentukan dengan persamaan Vt = ¼ πdt, 6
Bulk density gcm³ ditetapkan dengan menggunakan persamaan BI = BKVt
3.4.2 Analisis Sifat Kimia Tanah
Analisis kimia tanah dilakukan sesuai dengan metode yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Metode analisis sifat kimia tanah
Parameter Metode analisis
pH pH meter
KTK NH4OAc N pH 7, titrasi
C-organik Walkley and Black
N total Kjeldahl
P tersedia Olsen and Bray 1
K tersedia Morgan
Ca dan Mg NH4OAc N pH 7, AAS
3.5 Analisis Data 3.5.1 Penghitungan Biomasaa dan Simpanan Karbon
Penghitungan biomassa
tegakan dilakukan
dengan menggunakan
persamaan allometrik dalam Tabel 5. Tabel 5 Persamaan allometrik pada beberapa penutupan lahan
Penutupan Lahan Rumus allometrik
Sumber Hutan sekunder
Y = 21,297 – 6,953D + 0,740D
2
Brown 1997 dalam Sutaryo 2009 Hutan mangrove
Y = 0,2064 D
2,34
Dharmawan dan Siregar 2009 dalam Masripatin
et al.
2010 Hutan Rawa
Y = 0,19 D
2,37
Istomo 2002 dalam Hairiah
et a
l 2004
Agroforestri Y = 0,2902 D
2,313
- Kelapa sawit
Y = 0,0976T + 0,0706 ICRAF 2009 dalam Hairiah
et al.
2011 Keterangan : Y adalah biomassa Kg, D adalah diameter setinggi dada cm, dan T
adalah tinggi total m.
Jumlah karbon tersimpan diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut : C tersimpan = biomassa kgha x 0,46
Hairiah dan Rahayu 2007
3.5.2 Korelasi Sifat Fisik dan Kimia Tanah terhadap Simpanan Karbon
Data hasil perhitungan karbon dan analisis sifat-sifat tanah selanjutnya dianalisis menggunakan program SPSS 16. Analisis korelasi dilakukan untuk
mengetahui pengaruh sifat fisik dan kimia tanah terhadap jumlah simpanan karbon. Persamaan umum korelasi antara peubah Y simpanan karbon dan
peubah X parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah adalah sebagai berikut :
r xy
= n
XY
X
Y {n
X
2
X
2
}{n
Y
2
Y
2
} ………........ Walpole 1992
Dimana r = koefisien korelasi, dengan nilai r dari -1 hingga +1; Y = simpanan karbon; X = parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah; dan n = jumlah sampel
yang digunakan.
I V. KONDI SI UMUM LOKASI
4.1 Letak Geografis
Kabupaten Paser merupakan wilayah di Propinsi Kaliamantan Timur yang terletak di bagian paling selatan. Secara geografis terletak pada posisi 00
45’18.37” – 20 27’20,82” LS dan 115
36’14,5” – 166 57’35,03” BT, berbatasan
langsung dengan Selat Makasar di sebelah Timur. Secara administratif Kabupaten Paser berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah utara; di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara; di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan, dan di sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan.
4.2 Topografi
Kabupaten Paser terletak pada ketinggian yang berkisar antara 0 – 500 mdpl. Bagian timur Kabupaten Paser merupakan dataran rendah, landai hingga
bergelombang. Di daerah ini terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai. Bagian timur Kabupaten Paser merupakan daerah bergelombang, berbukit, dan
bergunung hingga perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan. Di bagian wilayah timur terdapat beberapa puncak gunung, yaitu Gunung Sarumpaka, Gunung
Lumut, Gunung Narujan, dan Gunung Halat. Kabupaten Paser memiliki sungai yang cukup panjang dan lebar, di
antaranya Sungai Kandilo yang panjangnya 615 Km, Sungai Telake dengan panjang 430 Km, Sungai Kerang dengan panjang 190 Km, dan Sungai Apar Besar
sepanjang 95 Km. Semua sungai tersebut bermuara ke Selat Makasar.
4.3 I klim