L
q
L
r
L
p
H
e
H
e’
T
Sumber : Bryant, 1990 Gambar 1. Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga
Efek total upah pada aktivitas rumahtangga merupakan efek subtitusi produksi. Dimana pada saat upah meningkat, waktu yang dicurahkan untuk
aktivitas rumahtangga berkurang dan tenaga kerja rumahtangga yang ada berpindah ke pasar tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan oleh H
e
H
e
’. Sedangkan efek total upah pada leisure terdiri dari efek pendapatan dan efek subtitusi konsumsi.
Ketika harga relatif leisure meningkat terhadap harga barang, maka rumahtangga akan mensubtitusi leisure dengan barang. Selain itu bila tingkat upah meningkat
maka real income rumahtangga juga meningkat sehingga permintaan terhadap leisure akan meningkat, dimana:
L
r
L
p
= L
p
L
q
+ L
q
L
r
...............................................................................3.22
3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja
Menurut Bryant 1990 bahwa pendapatan keluarga memiliki dua sumber yaitu pendapatan kerja dan pendapatan non kerja. Pendapatan karena bekerja
ditentukan oleh seberapa besar upah yang diperoleh per satuan unit waktu di pasar tenaga kerja. Perubahan upah maupun jam kerja suatu rumahtangga berdampak
kepada perubahan equilibrium suatu rumahtangga. Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja V meningkatkan sumberdaya yang tersedia bagi suatu
rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kombinasi barang baik yang dibeli di pasar maupun yang dihasilkan serta leisure yang tersedia juga meningkat. Namun
perubahan tersebut tidak dapat diharapkan untuk merubah upah yang diterima oleh masing-masing anggota rumahtangga pada pasar tenaga kerja, harga barang-
barang yang dibeli di pasar, dan fungsi produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh rumahtangga.
Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja non labor income meningkatkan sumberdaya yang tersedia pada rumahtangga tetapi tidak merubah
keadaan pasar barang dan leisure maupun kondisi produksi suatu rumahtangga. Peningkatan non labor income hanya akan menggeser budgetline ke atas sehingga
mengakibatkan permintaan terhadap barang dan leisure dari masing-masing anggota rumahtangga meningkat, sepanjang barang tersebut adalah barang
normal. Peningkatan permintaan terhadap leisure akan mengurangi jam bekerja dari masing-masing anggota rumahtangga tetapi tidak mengurangi waktu yang
digunakan untuk melakukan aktivitas rumahtangga. Gambar 2 dapat menjelaskan fenomena tersebut.
Total anggaran rumahtangga ditunjukkan oleh DEBT. Masing-masing rumahtangga S dan R memperoleh non labor income V per minggu dan
masing-masing anggota rumahtangga memperoleh upah sebesar w jam dari alokasi waktu kerja mereka di pasar tenaga kerja yang ditunjukkan oleh slope DE.
Kurva indiferen U
or
dan U
1r
menunjukkan preferensi rumahtangga R sementara U
os
dan U
1s
menunjukkan preferensi rumahtangga S. Pada kondisi awal, rumahtangga S mengalami keseimbangan pada titik P, sedangkan rumahtangga R
pada titik Q. Pada titik P, masing-masing anggota rumahtangga pada S menghabiskan jam bekerja untuk aktivitas rumahtangga setiap minggu sebesar
TH
e
dan jam bekerja di pasar tenaga kerja sebesar H
e
L
p
dan 0L
p
untuk leisure. Sedangkan pada rumahtangga R, anggota rumahtangga yang ada tidak bekerja di
pasar tenaga kerja dan menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan rumahtangga sebesar TH
q
per minggu dan 0H
q
perminggu untuk leisure. Bila diasumsikan masing-masing rumahtangga memperoleh tambahan non
labor income sebesar VV’ perminggu maka total anggaran masing-masing rumahtangga bergeser ke D’E’B’T’ secara paralel dan vertikal karena peningkatan
non labor income tidak mempengaruhi tingkat upah yang diperoleh baik oleh
rumahtangga R maupun S pada pasar tenaga kerja. Dimana pemberi kerja atau perusahaan tidak akan meningkatkan upah kepada S maupun R karena mereka
sudah bertambah kaya. Di lain pihak penigkatan non labor income mengakibatkan terjadi peningkatan pembelanjaan barang-barang pasar dari 0V ke
0V’. Pada rumahtangga S, setelah menerima non labor income sebesar VV’, equilibriumnya meningkat ke P’. Pada titik tersebut rumahtangga tersebut
menghabiskan sebesar TH
e
setiap minggu untuk aktivitas rumahtangga sama seperti kondisi awal, H
e
L’
p
perminggu untuk bekerja mendapatkan upah lebih rendah dari sebelumnya dan 0L’
p
perminggu untuk leisure lebih banyak dari sebelumnya.
Peningkatan jam leisure menunjukkan penurunan jam untuk bekerja pada pasar kerja. Dilain pihak jumlah jam kerja untuk kegiatan rumahtangga tidak
mengalami perubahan karena dengan g
h
= wp tetap tidak berubah sekalipun terjadi peningkatan non labor income. Aktivitas rumahtangga hanya akan berubah
dengan adanya peningkatan non labor income bila pasar dan barang-barang yang dihasilkan oleh rumahtangga tidak tersubtitusi sempurna atau jika peningkatan
non labor income sangat besar sehingga menyebabkan setiap orang berhenti
bekerja secara bersamaan.
Pada rumahtangga R yang tidak bekerja sebelum dan sesudah adanya non labor income
menghabiskan TH’
q
perminggu untuk pekerjaan rumahtangga lebih kecil dari sebelumnya dan 0H’
q
untuk leisure setiap minggunya lebih besar dari sebelumnya. Bila diasumsikan leisure adalah barang normal maka rumahtangga
R hanya akan mengkonsumsi leisure lebih banyak dengan mengurangi sejumlah aktivitas rumahtangga yang selama ini sudah dilakukan.
Sumber : Bryant, 1990 Gambar 2. Efek Peningkatan Non Labor Income pada Perilaku Kerja
Rumahtangga Dalam rumahtangga petani secara umum bahwa curahan kerja pada suatu
kegiatan sangat dipengaruhi oleh upah yang diterima, jumlah anggota
P’ P
E’ E
Q Q’
Goods C+G
L
p
L
p’
H
e
H
q
H
q’
V B
B’ V’
A A’
D D’
U
0s
U
1s
T
T
rumahtangga dan pendapatan non usahatani. Selain itu pula terdapat keterkaitan antara kegiatan produksi dengan konsumsi sebagai suatu sistem, maka kerangka
konseptual ekonomi rumahtangga petani seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani
Tenaga Kerja Rumahtangga Petani
Curahan Kerja Suami,
Isteri Pada Usahatani
Padi
Curahan kerja suami, isteri, anak pada non
usahatani Saprodi,
Lahan
Produksi Usahatani
Padi
Konsumsi Pendapatan
Pertanian
Pendapatan Non
Pertanian Pendapatan Total
Rumahtangga Petani
Input Investasi
Tabungan
IV. METODE PENELITIAN