Analisis curahan kerja rumahtangga petani lahan sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

(1)

FEMMI NOR FAHMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2009

Femmi Nor Fahmi NRP. H351060171


(3)

ABSTRACT

FEMMI NOR FAHMI. Analysis of Time Allocation of Rice Farm Household in Kabupaten Donggala Central Sulawesi Province (NUNUNG KUSNADI as a ChairmanRITA NURMALINAas Member of the Advisory Committee).

In recent years, productivity is still low and the rice farmers' area is increasingly narrow. This is expected because the behavior of households in time allocation available tend to engage in various types of non farm activites. The consequence of this situation is to change the structure of work and time allocated to household farmers who cause a change in income. That the question is: (1) how the work flow patterns in the allocation of household farmers rice area and why the low productivity of rice? (2) whether because of job opportunities in non farm business that influence the flow of work in farming and what factors affect the flow of work, household income and expenditure farmers?. The purpose of this study are: (1) to analyze the working time allocation, income, household expenditure of farmer in the rice area, and (2) to analyze the factors that affect the working time allocation, income, and expenditure of farmer in the rice area. The research conducted in Donggala, Central Sulawesi Province in 2008 using the econometricsk model in the household model of simultaneous equations. Based on the results of research showed that non-farm activities have provided an important role for the rural economy, especially domestic rice farmer on the land in Donggala. Role not only in the contribution of income but also in the working time allocation. In terms of the working time allocation of farmer to do more non-farm activities than paddy non-farming activities. Husband working time allocation is the highest activities from members household in the farm or non farm. Meanwhile, in terms of income, the contribution of farmers' income from non-farm is greater than non-farm. Food consumption is the highest expenditure in household.


(4)

RINGKASAN

FEMMI NOR FAHMI. Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah (NUNUNG KUSNADI sebagai Ketua dan RITA NURMALINA sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Tiap kegiatan anggota rumahtangga ditujukan untuk mencapai nilai guna yang pada akhirnya menghasilkan kesejahteraan. Rumahtangga petani menginginkan status sosial yaitu usaha untuk mendapatkan kepastian, bahwa apa yang dilakukan akan memberikan keuntungan dalam lingkungan masyarakat, Selain itu rumahtangga juga menginginkan terjaminnya penyediaan pangan pokok yang cukup dalam jangka waktu tetentu, mencukupi keperluaannya dengan jalan menjamin sumber-sumber tunai untuk belanja dan keperluan prioritas terhadap jasa-jasa atau pelayanan-pelayanan yang tidak diproduksikan sendiri, serta dapat mengakumulasikan pendapatan tunai bagi investasi demi kesejahteraan keluarganya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, produktivitas padi masih rendah dan kepemilikan lahan petani yang kian sempit. Ini diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia cenderung ke aktivitas non usahatani. Rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu macam pekerjaan, mereka terlibat di berbagai macam pekerjaan yaitu usahatani, buruh/jasa, berdagang, pegawai swasta atau pegawai pemerintah. Konsekuensi dari keadaan ini adalah terjadinya perubahan struktur pekerjaan dan alokasi curahan kerja pada rumahtangga petani yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan pendapatan di daerah pedesaan. Hal yang menjadi pertanyaan adalah: (1) bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja di usahatani dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala provinsi Sulawesi Tengah dengan unit analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki sumber pendapatan non usahatani yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober pada tahun 2008. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang digunakan adalah data kerat lintang (cross section) dengan pengambilan contoh dilakukan secarasimple random sampling, dengan responden rumahtangga petani Desa Sidondo, Desa Lolu, dan Desa Mpanau. Sampel dari desa-desa tersebut diambil secara acak sebanyak 100 responden rumahtangga. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data deskriptif dengan metoda tabulasi dan analisis model ekonomi rumahtangga petani dilakukan dengan persamaan simultan


(5)

dengan metode Two-Stage Least Squares (2SLS) dengan menggunakan program komputerStatistical Analysis System(SAS) versi 9.1.

Alokasi curahan kerja rata-rata anggota rumahtangga pada kegiatan usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan non usahatani. Begitu pula dari segi pendapatan, maka kontribusi pendapatan petani dari usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi pendapatan dari kegiatan non usahatani padi. Ada keterkaitan dalam alokasi curahan kerja keluarga antara kegiatan usahatani dan non usahatani dalam rumahtangga petani. Pada masa sibuk di usahatani maka curahan kerja lebih banyak dikerahkan pada kegiatan usahatani, tapi pada masa sepi di usahatani telah meningkatkan curahan kerja kegiatan pada non usahatani. Dengan kepemilikan lahan terbatas maka akan meningkatnya curahan kerja suami, isteri, dan anak pada non usahatani untuk meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi karena curahan kerja rumahtangga petani pada usahatani rendah. Pengeluaran total rumahtangga petani untuk konsumsi pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pengeluaran lainnya dalam rumahtangga. Ada keterkaitan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi pangan, non pangan, dan investasi. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka akan meningkatkan konsumsi dan investasi terutama terhadap konsumsi pangan.

Disarankan bahwa untuk peningkatan pendapatan rumahtangga maka perlu diversifikasi dalam usahatani selain dapat meningkatkan curahan kerja di usahatani maka juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga, untuk itu diperlukan bantuan modal atau bantuan kredit untuk mempermudah rumahtangga petani dalam pengadaan sarana produksi sebagai modal usaha untuk kegiatan usahatani. Perbaikan taraf hidup (peningkatan kesejahteraan rumahtangga) petani akan meningkatkan investasi pendidikan. Investasi pendidikan untuk pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keteramplan (skill) sebagai generasi penerus pada masa yang akan datang, sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan teknologi untuk pengelolaan usahataninya. Oleh karenanya diharapkan biaya pendidikan lebih terjangkau oleh masyarakat petani dan perlunya pelatihan keterampilan di pedesaan. Perlunya penelitian lanjutan tentang sampai sejauh mana peranan suami, isteri, dan anak dalam melakukan kegiatan usahatani maupun non usahatani baik ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial budayanya pada wilayah yang lebih padat dan luas atau pada daerah penghasil padi yang berperan sebagai lumbung padi nasional.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjuan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(7)

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI

LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

FEMMI NOR FAHMI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(8)

Judul Penelitian

:

Analisis

Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Nama Mahasiswa

:

Femmi Nor Fahmi

Nomor Pokok

:

H351060171

Program Studi

:

Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

Ketua

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 13 Agustus 2009

Tanggal Lulus : 2009


(9)

Penguji Luar Komisi: Dr. Ir. Ratna Winandi, MS

Penguji Wakil Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang: Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS


(10)

Tesis ini dipersembahkan untuk suamiku tercinta Mahhmuddin Jumba dan ananda tersayang, Muhammad Fahrin Mawa’Ariddin


(11)

FEMMI NOR FAHMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2009

Femmi Nor Fahmi NRP. H351060171


(13)

ABSTRACT

FEMMI NOR FAHMI. Analysis of Time Allocation of Rice Farm Household in Kabupaten Donggala Central Sulawesi Province (NUNUNG KUSNADI as a ChairmanRITA NURMALINAas Member of the Advisory Committee).

In recent years, productivity is still low and the rice farmers' area is increasingly narrow. This is expected because the behavior of households in time allocation available tend to engage in various types of non farm activites. The consequence of this situation is to change the structure of work and time allocated to household farmers who cause a change in income. That the question is: (1) how the work flow patterns in the allocation of household farmers rice area and why the low productivity of rice? (2) whether because of job opportunities in non farm business that influence the flow of work in farming and what factors affect the flow of work, household income and expenditure farmers?. The purpose of this study are: (1) to analyze the working time allocation, income, household expenditure of farmer in the rice area, and (2) to analyze the factors that affect the working time allocation, income, and expenditure of farmer in the rice area. The research conducted in Donggala, Central Sulawesi Province in 2008 using the econometricsk model in the household model of simultaneous equations. Based on the results of research showed that non-farm activities have provided an important role for the rural economy, especially domestic rice farmer on the land in Donggala. Role not only in the contribution of income but also in the working time allocation. In terms of the working time allocation of farmer to do more non-farm activities than paddy non-farming activities. Husband working time allocation is the highest activities from members household in the farm or non farm. Meanwhile, in terms of income, the contribution of farmers' income from non-farm is greater than non-farm. Food consumption is the highest expenditure in household.


(14)

RINGKASAN

FEMMI NOR FAHMI. Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah (NUNUNG KUSNADI sebagai Ketua dan RITA NURMALINA sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Tiap kegiatan anggota rumahtangga ditujukan untuk mencapai nilai guna yang pada akhirnya menghasilkan kesejahteraan. Rumahtangga petani menginginkan status sosial yaitu usaha untuk mendapatkan kepastian, bahwa apa yang dilakukan akan memberikan keuntungan dalam lingkungan masyarakat, Selain itu rumahtangga juga menginginkan terjaminnya penyediaan pangan pokok yang cukup dalam jangka waktu tetentu, mencukupi keperluaannya dengan jalan menjamin sumber-sumber tunai untuk belanja dan keperluan prioritas terhadap jasa-jasa atau pelayanan-pelayanan yang tidak diproduksikan sendiri, serta dapat mengakumulasikan pendapatan tunai bagi investasi demi kesejahteraan keluarganya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, produktivitas padi masih rendah dan kepemilikan lahan petani yang kian sempit. Ini diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia cenderung ke aktivitas non usahatani. Rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu macam pekerjaan, mereka terlibat di berbagai macam pekerjaan yaitu usahatani, buruh/jasa, berdagang, pegawai swasta atau pegawai pemerintah. Konsekuensi dari keadaan ini adalah terjadinya perubahan struktur pekerjaan dan alokasi curahan kerja pada rumahtangga petani yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan pendapatan di daerah pedesaan. Hal yang menjadi pertanyaan adalah: (1) bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja di usahatani dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala provinsi Sulawesi Tengah dengan unit analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki sumber pendapatan non usahatani yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober pada tahun 2008. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang digunakan adalah data kerat lintang (cross section) dengan pengambilan contoh dilakukan secarasimple random sampling, dengan responden rumahtangga petani Desa Sidondo, Desa Lolu, dan Desa Mpanau. Sampel dari desa-desa tersebut diambil secara acak sebanyak 100 responden rumahtangga. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data deskriptif dengan metoda tabulasi dan analisis model ekonomi rumahtangga petani dilakukan dengan persamaan simultan


(15)

dengan metode Two-Stage Least Squares (2SLS) dengan menggunakan program komputerStatistical Analysis System(SAS) versi 9.1.

Alokasi curahan kerja rata-rata anggota rumahtangga pada kegiatan usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan non usahatani. Begitu pula dari segi pendapatan, maka kontribusi pendapatan petani dari usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi pendapatan dari kegiatan non usahatani padi. Ada keterkaitan dalam alokasi curahan kerja keluarga antara kegiatan usahatani dan non usahatani dalam rumahtangga petani. Pada masa sibuk di usahatani maka curahan kerja lebih banyak dikerahkan pada kegiatan usahatani, tapi pada masa sepi di usahatani telah meningkatkan curahan kerja kegiatan pada non usahatani. Dengan kepemilikan lahan terbatas maka akan meningkatnya curahan kerja suami, isteri, dan anak pada non usahatani untuk meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi karena curahan kerja rumahtangga petani pada usahatani rendah. Pengeluaran total rumahtangga petani untuk konsumsi pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pengeluaran lainnya dalam rumahtangga. Ada keterkaitan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi pangan, non pangan, dan investasi. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka akan meningkatkan konsumsi dan investasi terutama terhadap konsumsi pangan.

Disarankan bahwa untuk peningkatan pendapatan rumahtangga maka perlu diversifikasi dalam usahatani selain dapat meningkatkan curahan kerja di usahatani maka juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga, untuk itu diperlukan bantuan modal atau bantuan kredit untuk mempermudah rumahtangga petani dalam pengadaan sarana produksi sebagai modal usaha untuk kegiatan usahatani. Perbaikan taraf hidup (peningkatan kesejahteraan rumahtangga) petani akan meningkatkan investasi pendidikan. Investasi pendidikan untuk pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keteramplan (skill) sebagai generasi penerus pada masa yang akan datang, sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan teknologi untuk pengelolaan usahataninya. Oleh karenanya diharapkan biaya pendidikan lebih terjangkau oleh masyarakat petani dan perlunya pelatihan keterampilan di pedesaan. Perlunya penelitian lanjutan tentang sampai sejauh mana peranan suami, isteri, dan anak dalam melakukan kegiatan usahatani maupun non usahatani baik ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial budayanya pada wilayah yang lebih padat dan luas atau pada daerah penghasil padi yang berperan sebagai lumbung padi nasional.


(16)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjuan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(17)

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI

LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

FEMMI NOR FAHMI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(18)

Judul Penelitian

:

Analisis

Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Nama Mahasiswa

:

Femmi Nor Fahmi

Nomor Pokok

:

H351060171

Program Studi

:

Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

Ketua

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 13 Agustus 2009

Tanggal Lulus : 2009


(19)

Penguji Luar Komisi: Dr. Ir. Ratna Winandi, MS

Penguji Wakil Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang: Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS


(20)

Tesis ini dipersembahkan untuk suamiku tercinta Mahhmuddin Jumba dan ananda tersayang, Muhammad Fahrin Mawa’Ariddin


(21)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, terutama kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih dan penghormatan kepada Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala perhatian, bimbingan dan waktu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, dan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku Penguji Luar Komisi serta Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang mewakili Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini.

Secara khusus ucapan terima kasih dengan penuh rasa cinta dan hormat penulis kepada: Papa Zainuddin, Mama Siti Nurhayati, Bapak mertua Usman Koru Jumba, Ibu mertua Habiba Suhuni Mahalini (Alm) dan kepada suami yang tercinta Mahmuddin Jumba serta yang terkasih ananda Muhammad Fahrin Mawa’Ariddin, kakak-kakak, adik-adik, ponakan-ponakan tersayang atas segala dukungan materil, perhatian, dan doa yang diberikan sehingga penulis


(22)

menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang telah memberikan beasiswa dan mengizinkan penulis untuk melanjutkan studi. 2. Ketua Program Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

beserta staf yang telah membantu penulis selama studi dan proses penyelesaian tesis.

3. Kepala Desa Sidondo, Lolu, dan Mpanau beserta staf yang telah memberikan informasi dan data selama penulis melaksanakan penelitian.

4. Dr. Ir. Yundy Hafizrianda, MS, Ir. Rahmat Handayana, MS, Ir. Joko, MS yang telah memberikan bantuan dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan tesis ini.

5. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian 2006 atas kebersamaan dalam suka dan duka selama perkuliahan hingga penulisan tesis ini khususnya Mbak Wie, Mbak Aan, Wan, Mul, Ismay, Mba Trie, Mas Ris, Pak Andi, Peter, Dahya, Desi, Wayan.

Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2009 Femmi Nor Fahmi


(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Baru Kalimantan Selatan pada tanggal 25 Nopember 1969, merupakan anak ke empat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Zainuddin Munier dan Ibu Siti Nurhayati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Centre Candrakila Pelaihari Kalimantan Selatan tahun 1981, pada tahun 1984 menamatkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri I Pelaihari Kalimantan Selatan. Pendidikan menengah atas penulis selesaikan pada tahun 1987 dari SMA Negeri 8 Makassar Sulawesi Selatan. Penulis selanjutnya melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) meneruskan pendidikan sarjana di Program Studi Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin di Makassar pada tahun 1987. Pada tahun 1999 hingga saat ini bekerja sebagai peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Tahun 2004 penulis menikah dengan Mahmuddin Usman Jumba dan tahun 2008 dikaruniai seorang putra tercinta Muhammad Fahrin Mawa’Ariddin. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan Beasiswa Pendidikan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.


(24)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 6 1.3. Tujuan Penelitian ... 10 1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 11 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12 2.1. Curahan Kerja... 12 2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga... 15 2.3. Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga ... 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 23 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga ... 23 3.2. Efek Upah terhadap Alokasi Rumahtangga ... 27 3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja... 31 IV. METODE PENELITIAN... 36 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian... 36 4.2. Metode Pengambilan Contoh ... 36 4.3. Analisis Data ... 37 4.4. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga ... 38 4.4.1. Blok Curahan Kerja... 38 4.4.2. Blok Biaya Produksi... 41 4.4.3. Blok Permintaan Input ... 42 4.4.4. Blok Produksi... 43


(25)

4.4.5. Blok Pendapatan... 44 4.4.6. Blok Pengeluaran ... 46 4.5. Identifikasi Model dan Metoda Penggunaan Model ... 49 4.6. Definisi Operasional ... 49 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA PETANI LAHAN

SAWAH ... 52 5.1. Letak Geografis, Iklim, Kependudukan, dan Kondisi Pertanian... 52 5.2. Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani ... 55 5.3. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani... 58 5.4. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani ... 64 5.5. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani ... 65 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CURAHAN

KERJA, PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH ... 67 6.1. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani... 68 6.1.1. Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi... 68 6.1.2. Curahan Kerja Isteri pada Usahatani Padi... 73 6.1.3. Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani ... 75 6.1.4. Curahan Kerja Isteri pada Non Usahatani ... 77 6.1.5. Curahan Kerja Anak pada Non Usahatani... 79 6.2. Permintaan Input ... 81 6.2.1. Tenaga Kerja Luar Keluarga ... 81 6.2.2. Jumlah Benih ... 84 6.2.3. Jumlah Benih Pupuk ... 86 6.2. Produksi Padi ... 88 6.3. Pendapatan ... 90 6.3.1. Pendapatan Suami dari Non Usahatani... 90 6.3.2. Pendapatan Isteri dari Non Usahatani ... 92 6.3.3. Pendapatan Anak dari Non Usahatani ... 94 6.4. Pengeluaran Rumahtangga ... 95 6.4.1. Konsumsi Pangan... 96


(26)

6.4.2. Konsumsi Non Pangan ... 97 6.4.3. Investasi Pendidikan... 99 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

7.1. Kesimpulan ... 102 7.2. Saran... 103 DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN ... 108


(27)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten

Donggala ………... Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Sawah

menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2006... Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah di

Kabupaten Donggala Tahun 2008... i Lokasi Curahan Kerja Rata-rata Anggota Rumahtangga Petani

Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008... Kontribusi dan Sumber Pendapatan Rata-rata Anggota

Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008... Pola Pengeluaran Rata- rata Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008...

2 55 56 59 64 66 7. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada

Usahatani Padi ... 69 8. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada

Usahatani Padi ... 73 9. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada

Non Usahatani ... 76 10. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada

Non Usahatani ... 78 11. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Anak pada

Non Usahatani ... 81 12. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Tenaga Kerja Luar

Keluarga pada Usahatani Padi ... 82 13. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Benih Padi ... 84 14. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Pupuk pada


(28)

15. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Produksi Padi ... 89 16. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Suami dari Non

Usahatani ... 91 17. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Isteri dari Non

Usahatani ... 92 18. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Anak dari Non

Usahatani ... 95 19. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Pangan ... 97 20. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Non Pangan... 99 21. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Investasi Pendidikan ... 100


(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1.

2.

3.

Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga... Efek Peningkatan Non Labor Income Pada Perilaku Kerja

Rumahtangga………...………... Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani .………....…

30

34 35


(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1.

2.

Program Komputer Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah dengan Menggunakan Statistical Analysis System (SAS) Versi 9.1 Prosedur SYSLIN Metode Two-Stage Least Squares

(2SLS)……….. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah ……...

109


(31)

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian sebagai prioritas utama atau titik berat pembangunan ekonomi yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi sehingga dijadikan sebagai tumpuan harapan pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan refleksi dari suatu struktur perekonomian, sehingga dapat pula dipandang sebagai salah satu aspek penciri atau karakteristik dari suatu perekonomian (Simatupang,et al, 2003).

Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis yang akan menyebabkan perubahan pada struktur sosial ekonomi masyarakat di wilayah pedesaan. Diantara perubahan tersebut, perubahan kesejahteraan petani dan masyarakat pedesaan yang terkait langsung dengan perubahan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian, yaitu (1) menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku bagi industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk produk yang dihasilkan oleh industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain, dan (5) sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets, 1964dalam Harianto, 2007). Di samping itu, pertanian memiliki peranan penting untuk (6) mengurangi kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, dan (7) menyumbang secara nyata bagi pembangunan pedesaan dan pelestarian lingkungan hidup (Harianto, 2007).


(32)

Potensi luas lahan sawah dengan irigasi teknis di Sulawesi Tengah sekitar 150 200 hektar, yang sudah dimanfaatkan seluas 119 200 atau hanya 79.37 persen. Hal ini berarti bahwa masih terdapat lahan sawah yang belum dimanfaatkan sebesar 20.63 persen, dan lahan yang belum dimanfaatkan tersebut merupakan peluang untuk pengembangan komoditas pertanian (BPS Sulawesi Tengah, 2007).

Kabupaten Donggala bila ditinjau dari aspek pembangunan pertanian memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat potensial dan ditunjang oleh letak yang strategis bagi pengembangan sektor pertanian. Potensi lahan pertanian sebesar 404 965 hektar yang terdiri dari lahan sawah sebesar 32 838 hektar lahan kering 359 165 hektar dan lahan pekarangan sebesar 12 962 hektar (Tabel 1). Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Donggala

No. Jenis Lahan Potensi (Ha)

Dimanfaat-kan(Ha)

Persentase (%)

Pengembangan (Ha)

Persentase (%) 1. Sawah 32 838 31 715 96 58 1.161 3 42 2. Kering 359 165 25 987 7 24 333.178 92 76 3. Pekarangan 12 962 8 522 65 75 4.440 34 25

Jumlah 404 965 66 224 16 35 338.741 83 65 Sumber : BPS Kabupaten Donggala, 2005a

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari potensi lahan pertanian sebesar 404 965 Ha yang dimanfaatkan sebesar 66 224 hektar atau sebesar 16.35 persen. Sehingga masih terdapat peluang pengembangan lahan pertanian sebesar 338 741 hektar atau sebesar 83.65 persen melalui perluasan areal terhadap potensi lahan yang belum dimanfaatkan tersebut. Memperhatikan potensi sumberdaya pertanian, wilayah Kabupaten Donggala memiliki peluang besar untuk pengembangan usahatani padi sawah karena ditunjang oleh potensi sumberdaya lahan yang luas, iklim dan letak geografis yang strategis. Salah satu jenis


(33)

komoditas yang mempunyai arti penting di sektor pertanian adalah padi karena masih merupakan sumber penghasilan utama rumahtangga pertanian Sulawesi Tengah.

Berdasarkan BPS Sulawesi Tengah (2003), bahwa jumlah tenaga kerja di Sulawesi Tengah pada tahun 2002 sebesar 981 100 jiwa, bekerja di sektor pertanian sebesar 547 748 jiwa atau sebesar 55.83 persen sedangkan yang bekerja di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura sebesar 80.82 persen dari jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Sedangkan menurut BPS Sulawesi Tengah (2007), bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar 68.87 persen sedangkan non pertanian sebesar 31.13 persen dan pada tahun 2007 terjadi penurunan yang bekerja di sektor pertanian yaitu menjadi 59.5 persen sedangkan yang bekerja di sektor non pertanian mengalami peningkatan menjadi 40.5 persen.

Kabupaten Donggala memiliki jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani sebesar 125 224 orang dan sebagai buruh diluar sektor pertanian sebesar 14 328 orang (BPS Kabupaten Donggala, 2005b). Terjadinya bermacam-macam kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh petani salah satunya disebabkan karena untuk mempertahankan hidupnya dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan tingkat pendapatan yang rendah. Pola demikian ini sering muncul di daerah usahatani padi.

Salah satu pola kegiatan di pertanian seperti usahatani padi adalah suatu pola yang memiliki masa sibuk dan masa senggang. Masa sibuknya pada saat mengolah lahan dan menanam. Masa senggang pada saat menunggu panen biasanya petani melakukan perawatan dan penyiangan gulma. Adanya waktu


(34)

senggang ini maka peranan pekerjaan di luar pertanian menjadi daya tarik bagi rumahtangga petani. Menurut Suhartini (2001) bahwa bagi yang terjun di sektor pertanian, pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian terjadi karena didorong oleh adanya harapan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian.

Menurut Mangkuprawira (1985) bahwa secara teori tiap anggota rumahtangga akan menyediakan jasanya untuk bekerja jika upah yang akan diterima cukup menarik baginya. Namun untuk kebutuhan yang mendesak terutama pada rumahtangga miskin tidak jarang mereka menerima berapapun upah yang ada daripada menganggur dan tidak ada penghasilan sama sekali. Proses pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga akan menentukan apakah seseorang akan bekerja mencari nafkah atau memilih pekerjaan rumahtangga atau waktu luang.

Fenomena pencaharian kerja untuk pendapatan tambahan rumahtangga lazim dijumpai pada masyarakat pedesaan. Hal ini menandai adanya keragaman dalam sumber pendapatan rumahtangga. Pendapatan rumahtangga berasal dari berbagai sumber yang selalu berubah sesuai dengan musim dan kesempatan, pasar tenaga kerja dan waktu luang setiap harinya. Pembagian pekerjaan relatif lentur diantara anggota rumahtangga. Konsekuensi keadaan ini yaitu terjadinya perubahan struktur pekerjaan dan alokasi waktu kerja pada anggota rumahtangga petani yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan struktur pendapatan rumahtangga petani di pedesaan.

Anggota rumahtangga dalam suatu rumahtangga pertanian biasanya bekerja bersama-sama dalam suatu kegiatan usahatani. Besarnya waktu yang


(35)

dialokasikan oleh anggota rumahtangga dalam kegiatan usahatani tersebut ditentukan oleh besarnya asset produktif yang dimiliki seperti luas lahan atau modal produktif lainnya. Semakin besar asset yang dimiliki, semakin besar pula jam kerja yang dialokasikan oleh anggota rumahtangga, terutama pada kegiatan yang menyerap tenaga kerja besar seperti mengolah lahan/membajak, menanam, menyiang, dan panen. Sedang pada saat-saat tidak sibuk, banyak anggota rumahtangga yang mengalokasikan waktunya untuk kegiatan produktif (kegiatan samping) baik dalam sektor pertanian maupun lainnya yang dapat memberikan tambahan penghasilan keluarga.

Pada dasarnya rumahtangga petani padi tidak dapat dilihat hanya sebagai penyedia kerja karena pada kenyataannya setiap rumahtangga petani dapat menjalankan tiga peran sekaligus, yaitu sebagai penyedia tenaga kerja, produsen dan konsumen. Keputusan curahan tenaga kerja rumahtangga baik pertanian maupun di luar pertanian akan mempengaruhi proses produksi di pertanian. Tujuan utama petani dalam berproduksi adalah meningkatkan taraf hidup melalui usaha pengelolaan sumberdaya lahan, tenaga kerja dan modal, demikian juga penghasilan petani padi baik dari pertanian maupun dari sumber lainnya akan mempengaruhi tingkat pola pengeluaran rumahtangga.

Petani selama berperan sebagai produsen juga berperan sebagai konsumen, suatu rumahtangga petani diasumsikan rasional dalam memaksimumkan kepuasannya. Sebagai produsen, rumahtangga akan memproduksi lebih banyak barang yang harganya relatif mahal dan lebih sedikit memproduksi barang yang harganya murah. Sebagai konsumen, rumahtangga akan mengkonsumsi lebih banyak barang yang harganya relatif murah dan mengkonsumsi lebih sedikit


(36)

barang yang harganya relatif mahal. Sedangkan sebagai pemilik faktor tenaga kerja, jika pendapatan yang diterima dari pekerjaan utama tidak mencukupi seluruh kebutuhan rumahtangga, maka rumahtangga yang rasional akan mencari alternatif pekerjaan lain di luar pekerjaan utamanya. Jika ada peningkatan pendapatan dari upah, maka harga barang per satuan waktu menjadi lebih murah. Hal ini mengakibatkan produksi rumahtangga kurang menguntungkan dan akan terjadi pengalihan waktu untuk bekerja menjadi waktu luang. Jika penambahan waktu luang sebesar pengurangan waktu bekerja di rumahtangga maka waktu bekerja di pasar akan tetap. Perubahan pendapatan dan upah berpengaruh terhadap alokasi penggunaan waktu seseorang dalam rumahtangga.

Berdasarkan uraian diatas maka menarik untuk diteliti tentang curahan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani pada lahan sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

1.2. Perumusan Masalah

Bertolak dari besarnya kontribusi sektor pertanian dalam kesempatan kerja, ternyata produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian paling rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun 2002 produktivitas sektor pertanian Rp 1.69 juta per orang per bulan, tahun 2003 turun menjadi Rp 1.68 juta per orang per bulan. Sedangkan sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air) mencapai angka Rp 54.94 juta per orang per bulan. Di sektor perdagangan besar, perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai Rp 4.21 juta per orang per bulan, dan merupakan urutan kedua terendah setelah pertanian.

Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa kondisi pekerja di sektor pertanian sangat memprihatinkan, dapat pula dikatakan bahwa kondisi


(37)

pekerja di sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap kesempatan kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut dapat dipahami, apabila dikaitkan dengan kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan kerja, dan luas lahan petani (Antara, 2007).

Kabupaten Donggala memiliki jumlah rumahtangga pertanian sebesar 78 191 dan banyaknya anggota rumahtangga pertanian sebesar 341 693 orang. Berdasarkan hasil survei pendapatan tahun 2004 menunjukkan bahwa 69.4 persen dari penduduk usia kerja Sulawesi Tengah bekerja di bidang pertanian, dengan kata lain mata pencaharian utama penduduk Sulawesi Tengah adalah bertani dan pendapatan utamanya bersumber dari usahatani padi (BPS Kabupaten Donggala, 2005b

Produksi tanaman padi sawah di Kabupaten Donggala tahun 2003 sebesar 240 547 ton per hektar menurun menjadi 227 501 ton per hektar pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 lebih menurun lagi produksinya menjadi 201 425 ton per hektar demikian pula dengan luas panen yang juga menurun dari 52 005 hektar tahun 2003 menjadi 44 861 hektar pada tahun 2005 (BPS Kabupaten Donggala, 2006). Salah satu penyebab semakin menurunnya produksi, diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia. Alokasi waktu kerja dalam rumahtangga akan mempengaruhi tingkat produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Adanya hubungan secara simultan dalam ekonomi rumahtangga terjadi antara aktivitas produksi dan konsumsi, serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga. Begitupula dengan produktivitas padi masih rendah dan juga menjadi permasalahan di tingkat petani adalah rendahnya produktivitas yang kian menurun yaitu pada tahun 2003


(38)

produktivitas sebesar 4,6 ton per hektar dan pada tahun 2005 turun menjadi 4.4 ton per hektar (BPS Kabupaten Donggala, 2006).

Salah satu penyebab semakin menurunnya produksi dan produkivitas, diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia. Alokasi waktu kerja dalam rumahtangga akan mempengaruhi tingkat produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga yang menyebabkan petani tidak dapat mengandalkan pendapatannya hanya dari usahatani padi. Ini terlihat pada data yang bersumber dari hasil survei pendapatan petani Sulawesi Tengah tahun 2008 bahwa rata-rata pendapatan per kapita Sulawesi Tengah hanya sebesar Rp 9 074 112.

Pada beberapa provinsi di Indonesia sebagian besar pendapatan rumahtangga pertanian berasal dari sektor pertanian baik dari usahataninya maupun buruh dan secara nominal pendapatan rumahtangga pertanian masih tergolong kecil untuk hidup layak yaitu Rp 639 000–Rp 946 000 per bulan dengan jumlah anggota rumahtangga sebesar 3–5 orang. Ini berarti bahwa pendapatan perkapita Sulawesi Tengah masih masuk dalam kisaran tersebut sehingga petani berusaha mencurahkan kerja bukan saja hanya pada usahataninya melainkan juga pada usahatani atau kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatannya.

Menurut Yusdja (1985), bahwa rumahtangga pedesaan terdorong untuk melakukan curahan tenaga kerjanya per tahun pada berbagai kegiatan baik di sektor pertanian maupun non pertanian. Pekerjaan sebagai petani tidak menjamin rumah tangga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, banyak kendala yang dihadapi, dimana petani mendapatkan penghasilan dari kegiatan produksinya. Produksi yang dihasilkan seringkali tidak memuaskan karena faktor internal dan


(39)

eksternal. Rumahtangga pedesaan terdorong untuk melakukan curahan kerjanya pertahun pada berbagai kegiatan. Menurut Sitorus (1994), seluruh kasus rumahtangga miskin menerapkan strategi nafkah ganda yaitu tidak mengharapkan hanya dari satu pekerjaan melainkan dari beberapa macam pekerjaan tergantung musim dan kesempatan.

Melihat kenyataan tersebut, maka pengembangan kegiatan di dalam dan di luar sektor pertanian perlu diberikan perhatian yang lebih besar guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Terlebih lagi menurut (Susilowati et al., 2001), dengan adanya perubahan kondisi perekonomian berdampak pada perubahan struktur ekonomi pedesaan khususnya masalah kesempatan kerja dan pendapatan rumahtangga pedesaan. Dampak perubahan tersebut sangat beragam antar wilayah tergantung kepada keragaman kondisi agroekosistem dan tipe pertanian yang dikembangkan di wilayah tersebut.

Berdasarkan BPS Kabupaten Donggala (2006), bahwa dari hasil registrasi penduduk akhir tahun 2004 diketahui jumlah penduduk Kabupaten Donggala hanya sebesar 457 403 jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 486 316 jiwa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2004 kepadatan penduduk tercatat hanya sebesar 41 jiwa per km² dan pada tahun 2006 sebanyak 46 jiwa per km², dengan luas wilayah Kabupaten Donggala sebesar 10 471.71 km². Hal ini berarti bahwa pada wilayah Kabupten Donggala terjadi peningkatan kepadatan penduduk.

Dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahun dan adanya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian mengakibatkan ketersediaan lahan


(40)

untuk pertanian menjadi semakin sempit, dan pemilikan lahan oleh petani juga semakin sempit. Kondisi kepemilikan lahan yang sempit dan pemilikan modal yang rendah di pedesaan merupakan kendala yang membatasi petani untuk meraih pendapatan yang lebih tinggi dari usahataninya. Hal ini mengakibatkan petani tidak dapat menggantungkan pemenuhan hidup rumahtangga dari usahataninya. Hal inilah yang juga mendorong terjadinya alokasi curahan kerja rumahtangga pada berbagai kegiatan, baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

Berdasarkan uraian di atas maka muncul beberapa pertanyaan: (1) bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja di usahatani dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani? Oleh karena keputusan curahan kerja berada pada lingkup rumahtangga maka untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan pengetahuan yang cukup tentang perilaku rumahtangga yaitu bagaimana curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mempelajari perilaku rumahtangga petani lahan sawah dalam kegiatan ekonomi di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.


(41)

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan curahan kerja, produksi, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah khususnya pada usahatani padi dan non usahatani, terutama dalam rangka meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya manusia dan pendapatan petani agar lebih sejahtera.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah dengan unit analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki sumber pendapatan non pertanian. Penelitian mengkaji beberapa aspek kegiatan yaitu alokasi curahan kerja, produksi, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani. Keterbatasan penelitian ini antara lain (1) hanya meneliti kegiatan ekonomi rumahtangga petani yaitu alokasi curahan kerja pada usahatani padi, alokasi curahan kerja pada non usahatani, pendapatan dari usahatani padi, pendapatan dari non usahatani dan pengeluaran rumahtangga, (2) hanya pada usahatani padi karena kesulitan dalam mengakses data, dan (3) alokasi curahan kerja pada non usahatani yaitu alokasi curahan kerja anggota rumahtangga pada kegiatan perdagangan, buruh bangunan dan industri rumahtangga.


(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Curahan Kerja

Cukup banyak penelitian-penelitian terdahulu tentang curahan kerja dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan kerja pada kegiatan usahatani seperti, Rochaeni dan Lakollo ( 2005) menjelaskan tentang curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga pada usahatani. Curahan waktu kerja pada usahatani dibagi menjadi curahan waktu kerja suami dan curahan waktu kerja isteri. Curahan waktu kerja suami pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan waktu kerja suami pada usahatani non padi, biaya tenaga kerja luar keluarga, pengeluaran total rumahtangga, umur suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja isteri pada usahatani dipengaruhi oleh curahan waktu kerja isteri pada non usahatani, biaya tenaga kerja luar keluarga, pengeluaran total rumah tangga, dan jumlah anak balita.

Curahan waktu kerja pada non usahatani adalah jumlah waktu yang dicurahkan anggota rumah tangga untuk kegiatan non usahatani. Curahan waktu kerja pada non usahatani terdiri dari curahan waktu kerja suami dan curahan kerja isteri, dan curahan waktu kerja anak. Curahan waktu kerja suami pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan suami pada non usahatani, curahan waktu kerja pada usahatani, umur suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja isteri pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari non usahatani, curahan waktu kerja pada usahatani dan jumlah anak balita. Curahan waktu kerja anak pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan anak pada non usahatani, umur anak, dan pendidikan anak (Rochaeni dan Lakollo, 2005).


(43)

Nurmanaf (1989) dalam penelitiannya mengenai alokasi curahan kerja rumahtangga pedesaan di Lampung menemukan bahwa curahan kerja rumahtangga dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong yang ada pada rumahtangga itu sendiri dan faktor penarik dari luar. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja dibatasi pada faktor-faktor di tingkat rumahtangga dan dirinci kedalam tiga sektor kegiatan yaitu, kegiatan usaha pertanian, buruh pertanian dan luar pertanian. Faktor-faktor yang berpengaruh pada curahan jam kerja rumahtangga, pendidikan, jumlah angkatan kerja rumahtangga, luas lahan pertanian yang dimiliki, dan perbedaan agroekologi daerah sawah dan lahan kering.

Menurut Soepriati (2006) bahwa curahan kerja untuk meningkatkan produksi dipengaruhi oleh curahan kerja luar usaha terutama untuk tanaman padi yang lebih banyak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Peningkatan curahan kerja luar keluarga sangat dipengaruhi oleh besarnya upah yang diperoleh. Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga dan curahan kerja non usahatani.

Penelitian Sumaryanto (1989) menemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja pada usahatani padi adalah tingkat upah riil, luas lahan garapan, pendapatan di luar usahatani padi, status garapan, faktor kelembagaan hubungan kerja, dan kondisi agroekosistem. Jumlah anggota rumahtangga usia kerja, beban tanggungan dan harga gabah riil tidak berpengaruh nyata.


(44)

Mangkuprawira (1985) mengkaji alokasi dan kontribusi kerja anggota keluarga di Sukabumi, Jawa Barat. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tampak nyata alokasi suami dan istri dalam mencari nafkah dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis, ekonomi dan ekologi. Faktor imbalan kerja suami dan istri berpengaruh nyata dan positif terhadap alokasi waktu suami dan istri dalam mencari nafkah. Pola pengeluaran rumahtangga berhubungan nyata dengan faktor-faktor pendapatan rumahtangga, pendidikan suami, tipe alokasi dan musim. Tingkat partisipasi wanita diduga tergantung pada tiga faktor. Pertama, dalam masyarakat yang tingkat fertilisasinya tinggi sehingga ukuran tenaga kerja normal adalah tidak besar, wanita muda tidak berkarir dan tidak akses pada pendidikan dan pelatihan. Kedua, jika rata-rata tingkat fertilisasi tinggi, fertilisasi menekan aktivitas wanita. Kondisi tenaga kerja anak bisa digunakan sebagai subtitusi bagi bentuk tenaga kerja yang lain, ini bisa timbul pada masyarakat kota maupun desa yang berpenghasilan rendah. Pembatasan penggunaan tenaga kerja anak, akan meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita, yang semestinya disubtitusikan oleh tenaga kerja anak. Oleh karena itu bukan hanya dengan menggalakkan penurunan tingkat kesuburan wanita, tetapi juga perbaikan posisi bersaing wanita dalam pasar tenaga kerja, akan meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita. Ketiga, aktivitas ekonomi wanita dibatasi oleh aktivitas pemeliharaan anak. Hal ini juga tergantung pada ketersediaan tenaga kerja alternatif untuk aktifitas pemeliharaan anak, terutama oportuniti biaya relatif pemeliharaan anak terhadap pendapatan wanita (Standing, 1978)

Penyerapan tenaga kerja pada usahatani padi di Jawa Barat tanpa membedakan pria dan wanita menunjukkan bahwa alokasi waktu kerja bagi setiap rumahtangga


(45)

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) pola hidup, (2) pemilikan aset produktif, (3) keadaan sosial ekonomi rumahtangga, (4) tingkat upah, dan (5) karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumahtangga (Irawan,et al, 1988).

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, disimpulkan bahwa curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga baik pada kegiatan usahatani maupun non usahatani dan secara umum bahwa curahan kerja suatu rumahtangga pada suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh pendapatm yang diperoleh, jumlah anggota rumahtangga dan pendapatan di luar usahatani. Sedangkan keputusan produksi dan konsumsi rumahtangga saling terkait sehingga perlu dilakukan analisis secara simultan.

2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga

Pendapatan rumahtangga petani berasal dari berbagai sumber dengan kontribusi masing-masingnya bervariasi antara daerah, agroekosistem, dan antara kelompok pendapatan. Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan rumahtangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas terhadap penguasaan modal, ketrampilan dan teknologi, selain itu pula bahwa jumlah anggota rumahtangga, luas lahan dan alokasi tenaga kerja juga dapat mempengaruhi pendapatan rumahatangga. Sedangkan Pengeluaran rumahtangga petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan, agroekosistem, pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan. Pengeluaran untuk konsumsi pangan tetap utama dan meningkat dengan peningkatan pendapatan.

Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumahtangga tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumahtangga


(46)

tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan (Susilowatiet al, 2002)

Sejalan dengan hal tersebut maka Andriati (2003) menyatakan bahwa sumber pendapatan rumahtangga petani terutama berasal dari pendapatan non pertanian dan yang terbesar berasal dari pria. Untuk total pendapatan rumahtangga petani per tahun, pendapatan agroekosistem dataran tinggi sedikit berbeda dari dataran rendah karena adanya sumber pendapatan lain. Pengeluaran rumahtangga petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan dan agroekosistem. Pengeluaran untuk konsumsi pangan tetap utama dan meningkat dengan peningkatan pendapatan, demikian pula pada agroekosistem dataran rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk konsumsi non pangan pada agroekosistem dataran tinggi meningkat dengan peningkatan pendapatan, namun pada agroekosistem dataran rendah konsumsi non pangan pada kelompok pendapatan menengah lebih kecil dari kelompok pendapatan rendah. Pengeluaran untuk investasi pada agroekosistem dataran rendah menitikberatkan pada investasi pendidikan baik pada kelompok pendapatan tinggi, menengah, dan kelompok pendapatan rendah. Pada agroekosistem dataran tinggi, titik berat investasi pendidikan hanya pada kelompok pendapatan menengah. Sedang pada kelompok pendapatan tinggi, investasi aset rumahtangga lebih diutamakan, namun kelompok pedapatan rendah lebih mengutamakan investasi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Gunawan dan Sodikin (1990) menunjukkan bahwa pendapatan rumahtangga petani di desa tanah kering lebih tinggi daripada daerah persawahan.

Becker (1985) menyatatakan bahwa pendapatan per jam wanita yang belum kawin melebihi pendapatan per jam wanita yang sudah kawin pada pasar


(47)

kerja yang sama karena wanita yang sudah kawin mempunyai anak dan bertanggungjawab atas pemeliharaannya. Fenomena meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita disertai dengan menurunnya fertilitas. Penurunan tingkat fertilitas berarti jumlah anak sedikit sehingga wanita mempunyai energi yang lebih banyak dan waktu yang lebih fleksibel untuk masuk ke angkatan kerja.

Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan rumahtangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas terhadap penguasaan modal dan keterampilan, serta teknologi (Sudaryanto dan Syafaat 1993). Hasil penelitian Hadi (1985), menyimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pencurahan tenaga kerja pada kegiatan di luar pertanian dan pendapatan rumahtangga pedesaan yaitu: (1) jumlah anggota rumahtangga, (2) jarak dari desa ke kota kabupaten terdekat, dan (3) pendapatan bersih per hari pada kegiatan non pertanian. Alokasi tenaga kerja pedesaan pada berbagai sumber pendapatan dimungkinkan karena tersedianya alternatif kesempatan kerja pada berbagai bidang, terutama sektor non pertanian.

Chuzaimah (2006) menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan pengeluaran petani peserta Rice Estate lebih besar dibandingkan petani non peserta. Dimana luas lahan dan jumlah pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi peserta dan non peserta. Luas lahan, upah, pendapatan dari usahatani dan usia kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap tenaga kerja keluarga pada usahatani. Alokasi tenaga kerja di luar usahatani dan pendapatan total berpengaruh nyata terhadap pendapatan di luar usahatani. Pendapatan total, jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan istri berpengaruh nyata terhadap


(48)

konsumsi pangan. Produksi tahun lalu, konsumsi pangan, dan total pendapatan berpengaruh nyata terhadap stok peserta serta konsumsi pangan dan pendapatan total terhadap non peserta. Pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap rekreasi peserta dan pendapatan total, luas lahan dan dummy asal petani terhadap non peserta.

Soepriati (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola pengeluaran rata-rata rumah tangga petani lahan sawah menunjukkan bahwa konsumsi pangan lebih besar dari non pangan yang dipenuhi dari pendapatan non usahatani. faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi usahatani padi, ubi jalar, dan ubi kayu adalah kepemilikan lahan, curahan kerja keluarga dan penggunaan pupuk. Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, dan pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga dan curahan kerja non usahatani. Pengeluaran konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan.

Hasil penelitian Sarasutha, et al, (2003) menunjukkan bahwa sumber pendapatan rumahtangga petani di Sulawesi Tengah terutama berasal dari usahatani tanaman pangan. Sedangkan dari sektor non pertanian berasal dari dagang, usaha atau pekerja jasa, buruh bangunan, buruh industri, pegawai negeri atau pegawai swasta, dan lain-lain. Sumber pedapatan rumahtangga petani yang mengusahakan komoditas pangan sebagian besar 92.37 persen berasal dari sektor pertanian, sedangkan non pertanian hanya 7.63 persen. Usahatani tanaman


(49)

pangan memberikan kontribusi terbesar 43.60 persen, kontribusi pendapatan yang cukup besar juga didapatkan dari usahatani perkebunan 28.14 persen dan usahatani ternak 13.92 persen.

Pengeluaran dari kelompok makanan padi-padian terhadap total pengeluaran pangan memiliki kontribusi terbesar baik secara agregat, daerah kota, maupun bagi rumahtangga dengan kelas pendapatan berbeda. Terdapat kecendrungan pangsa pengeluaran kelompok padi-padian di kota lebih rendah daripada di desa serta juga terdapat kecendrungan pangsa tersebut makin rendah dengan makin tingginya pendapatan. Untuk kelompok ikan, daging, telur dan susu, kacang-kacangan, buah-buahan, makanan dan minuman jadi, pangsa pengeluaran masing-masing kelompok tersebut bagi rumahtangga di kota lebih tinggi daripada di desa (Sarasutha,et al, 2003)

Pengeluaran rumahtangga petani yang mengusahakan komoditas pangan sebesar 58.16 persen, merupakan pengeluaran pangan Pengeluaran terbesar untuk makanan pokok berupa lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 40.86 persen. Pengeluaran non pangan sebesar 41.84 persen dengan persentase terbesar pengeluaran untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 9.26 persen serta pendidikan sebesar 8.65 persen. Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani Sulawesi Tengah sebesar 60.04 persen berupa pengeluaran pangan, sedangkan pengeluaran untuk makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 36.82 persen. Pengeluaran non pangan sebesar 39.96 persen dengan pengeluaran terbesar untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 11.87 persen.

Pengeluaran rumahtangga yang mengusahakan komoditas padi sawah sebesar 53.58 persen merupakan pengeluaran pangan, sebagian besar pengeluaran


(50)

berupa makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah sebesar 34.04 persen. Pengeluaran non pangan sebesar 46.42 persen dengan pengeluaran terbesar berupa bahan bakar dan penerangan sebesar 11.50 persen, pengeluaran lain-lain untuk upacara keagamaan sebesar 4.96 persen (Sarasutha,et al, 2003) .

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut nampaknya bahwa sumber pendapatan rumahtangga dapat berasal dari pendapatan disektor pertanian maupun non pertanian, sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seperti jumlah anggota keluarga, alokasi tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan.

2.3. Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga

Model ekonomi rumahtangga petani (agricultural household model)telah dicoba diaplikasikan untuk menjelaskan perilaku ekonomi rumahtangga petani oleh beberapa peneliti seperti, Rosalinda (2004) dalam penelitiannya yang berjudul ”Kajian Curahan Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi Rumahtangga Petani Lahan Kering di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sukabumi” menyimpulkan bahwa orientasi petani padi gogo mengarah pada usahatani subsisten, yang disebabkan oleh penguasaan lahan yang relatif sempit dan minimnya sumber uang tunai untuk membeli input tunai serta harga gabah yang tidak memadai. Penggunaan tenaga kerja keluarga pada lahan ini dipengaruhi oleh luas areal, total pendapatan rumahtangga dan ukuran keluarga. Kegiatan produksi dipengaruhi oleh biaya penggunaan saprotan, umur petani, dan proporsi nilai produksi padi gogo terhadap produksi total, sedangkan konsumsi pangan dipengaruhi oleh besarnya produksi, ukuran keluarga, dan konsumsi pangan dari


(51)

usahatani lahan sawah. Selain itu ia juga menemukan bahwa semakin besar total pendapatan yang diterima rumahtangga petani maka semakin sedikit tenaga kerja keluarga yang dicurahkan pada usahatani lahan gogo dan semakin besar nilai produksi usahatani, semakin besar bagian produksi yang dikonsumsi.

Ongge (2001) dengan penelitiannya yang berjudul ”Analisis Curahan Kerja Wanita dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumahtangga Petani di Kabupaten Jayawijaya-Irian Jaya” menemukan bahwa pria dan wanita berada dalam posisi yang tidak setara. Hal ini terlihat dari curahan kerja wanita yang lebih besar dibanding pria pada kegiatan usahatani, tetap keputusan dalam rumahtangga tetap didominasi oleh pria.

Dirgantoro (2001) dalam penelitiannya yang berjudul ”Alokasi Tenaga Kerja dan Kaitannya dengan Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani Sawi” menemukan bahwa secara keseluruhan kenaikan harga sawi dan upah di luar pertanian serta kombinasi keduanya akan meningkatkan curahan tenaga kerja rumahtangga, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani sawi.

Perilaku rumahtangga petani padi dalam kegiatan ekonomi di Jawa Barat menunjukkan bahwa produksi padi sangat dipengaruhi oleh luas sawah garapan, pendapatan bersih usaha padi dan curahan tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan (Andriati, 2003). Data sekunder panel petani nasional Jawa Barat dipergunakan dalam studi ini dengan menggunakan model ekonometrika yang dianalisis secara simultan, sedangkan analisis dampak perubahan harga input dan output usahatani dilakukan dengan metode simulasi.

Model ekonomi rumahtangga petani dengan menggunakan model simultan pada komoditas tanaman pangan dan perkebunan di provinsi Lampung juga telah


(52)

dilakukan oleh Asmarantaka (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan harga output mempunyai dampak positif terhadap produksi dan penggunaan input, terutama di desa pangan. Kenaikan harga input berdampak negatif terhadap produksi, terutama di desa pangan padi. Hal yang sama, kenaikan penggunaan tenaga kerja keluarga yang diiringi dengan kenaikan harga input dan output mempunyai dampak positif terhadap produktivitas usahatani dan pendapatan rumahtangga petani terutama di desa pangan padi. Di desa kebun, kenaikan investasi alat-alat pertanian berdampak positif terhadap produksi kebun dan pendapatan total.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ekonomi rumahtangga dalam model ekonomi rumahtangga petani maka terdapat komponen-komponen peubah yang menjadi unsur utama yang membentuk keterkaitan perilaku ekonomi rumahtangga petani, yaitu: kegiatan produksi, curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga.


(53)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga

Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga sebagai pengambilan keputusan baik dalam kegiatan produksi maupun kegiatan konsumsi yang hubungannya dengan alokasi waktu produktif dan non produktif serta pendapatan rumahtangga yang diperoleh.

Menurut Becker (1976) bahwa ada dua proses dalam perilaku rumahtangga yaitu proses produksi dan konsumsi yang mempunyai keterkaitan sangat erat yang harus dianalis secara bersama-sama. Becker menerapkan fungsi kepuasan sederhana dari konsumsi barang-barang dalam ekonomi rumahtangga, sehingga fungsi kepuasan rumahtangga dikemukakan Becker sebagai berikut :

U = U (Z1, Z2, ...,Zm) ...(3.1) dimana:

Zi = produk yang dihasilkan oleh rumahtangga (i = 1,2,…….m)

Produk yang dihasilkan oleh rumahtangga ini merupakan fungsi produksi dari:

Zi = fi (xi, Ti) ………..………(3.2) dimana:

xi = barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar.

Ti = waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang Z ke i

Dalam memaksimumkan kepuasannya, rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran dan kendala waktu yang terlihat pada persamaan sebagai berikut:


(54)

w T V I x

p i w

m

i = = +

1 ...(3.3) w c m

i T T T T = = −

1

...(3.4)

dimana:

pi = harga barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar Tw = waktu yang digunakan untuk bekerja

W = upah per unit Tw V = pendapatan selain upah

Tc = jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengkonsumsi T = jumlah waktu yang tersedia

I = Pendapatan rumahtangga

Dengan berdasarkan konsep dikemukakan oleh Strauss (1986), yang menggunakan comparative statics untuk melihat secara terpisah antara pendapatan dan pembelanjaan suatu rumahtangga, maka dalam penelitian ini diasumsikan rumahtangga mengkonsumsi yaitu leisure (Xl), barang yang dibeli di pasar (Xm) dan barang yang dihasilkan rumahtangga (Xu), sehingga fungsi utilitas rumahtangga adalah:

U = U (Xl, Xm, Xu) ……….………...(3.5) dimana Xuadalah barang yang dihasilkan oleh rumahtangga dari usahatani padi, ada yang dikonsumsi dan ada yang dijual. Dalam memaksimumkan utilitasnya, rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran:

Y = i

L i iX p

= 1 ………(3.6) dimana:

Y = full income rumahtangga pi = harga komoditi


(55)

dalam hal ini full income sama dengan nilai dari waktu yang tersedia ditambah dengan nilai produksi rumahtangga dikurangi nilai dari input variabel dan nilai dari non upah seperti yang terlihat pada persamaan berikut:

Y = p T q Q qVi pLL E

N i i j M j j

L +

− +

=

=1 1

………

(3.7) dimana:

T = waktu yang tersedia

Qj = output untuk j = 1, ………….., M

Vi = input-input variabel selain tenaga kerja, untuk i = 1, ……..,N L = permintaan tenaga kerja

qj = harga Qj qi = harga Vi

E = pendapatan yang bukan dari produksi rumahtangga

Untuk menghasilkan barang Qs dan semua barang yang dapat dijual di pasar, rumahtangga menggunakan tenaga kerja (L), input variabel (V) dan input tetap (K). Fungsi lagrangnya dapat dituliskan:

= U (Xl, Xm, Xu) +λ[pLT + (qjQu – pLL - qvV) + E – pLXL – pmXm – puXu] + µG(Qu L, V, K) ...………...(3.8) dimana syarat pertama yang harus dipenuhi adalah turunan pertama dari fungsi tersebut harus sama dengan 0, sehingga turunan parsialnya sebagai berikut:

0 £ = − = ∂ ∂ L L l p U

X λ ...(3.9)

0 £ = − = ∂ ∂ m m m p U

X λ ...(3.10)

0 £ = − = ∂ ∂ u u u p U


(56)

0 ) ( ) ( £ = + − − − + − − = ∂ ∂ E X p V p X Q p L X T

pL l u u u v m m

λ ...(3.12) 0 Q £ = + = ∂ ∂ u u G p

u λ µ atau pu λGu

µ λ∂ = +

∂ u Q £ 1 ... (3.13) 0 £ = + − = ∂ ∂ L L G p

L λ µ atau pL λGL

µ λ∂ =− +

∂ L £ 1 ... (3.14) 0 £ = + = ∂ ∂ v v G p

V λ µ atau pv λGv

µ λ∂ =− +

∂ V £ 1 ... (3.15) 0 ) , , , , , , ( £ = = ∂ ∂ K V L Q Q Q Q

G s p b u

µ ...(3.16)

fungsi permintaan rumahtangga terhadapleisuredan barang diperoleh dari persamaan (3.9) hingga (3.12) bila persamaan-persamaan tersebut diselesaikan secara simultan. Adapun fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan barang adalah sebagai berikut:

Da = Da (pu, pL, pv,Y); a = Xl, Xm, Xu ...(3.17) fungsi penawaran tenaga kerja rumahtangga untuk kegiatan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas produksi di dalam rumahtangga merupakan fungsi dari faktor-faktor sebagai berikut:

Sb = Sb(pu, pL, pv,Y); b = p ...(3.18) fungsi penawaran produk yang dihasilkan oleh rumahtangga dari kegiatan usahatani dan fungsi permintaan inputnya diperoleh dari persamaan (3.13) hingga (3.16), dimana fungsi penawaran produk yang secara keseluruhan sebagian dikonsumsi oleh rumahtangga merupakan fungsi marketed surplus yang dinyatakan sebagai berikut:


(57)

adapun fungsi permintaan input rumahtangga untuk melakukan aktivitas produksi dapat dilihat pada persamaan berikut:

Bw = Bw ((pu, pL, pv,Y); w = L, V ...(3.20) 3.2. Efek Upah terhadap Alokasi Waktu Rumahtangga

Bryant (1990) menyatakan bahwa upah individu dapat menguasai pasar tenaga kerja dengan harga leisure, yaitu sejumlah uang rumahtangga yang dikorbankan untuk mengkonsumsi waktu leisure. Ketika upah berubah yang disebabkan oleh harga leisure yang berubah dan salah satu keluarga dapat menduga untuk merespon dengan merubah permintaannya untuk leisure. Upah juga merupakan bagian integral dari produktivitas individu dalam mendapatkan barang-barang yang dibeli, yaitu w/p menunjukkan kuantitas market goods yang dapat diperoleh dengan melakukan setiap jam market work dan menggunakan penghasilannya untuk membeli barang.

Suatu perubahan di dalam upah juga merubah produktivitas pasar individu yang relatif terhadap produktivitas rumahtangga. Memodifikasi penjualan, pada akhirnya berdampak pada distribusi waktu kerja antara produksi pasar dan rumahtangga (Gambar 1). DEBT adalah garis total budget rumahtangga untuk merubah upah. Upah terhadap individu adalah w dan dikarenakan slope dari DE adalah w/p. Kepuasan yang maksimal dari rumahtangga pada titik P, dimana individu menghabiskan jam Olp per minggu dalam aktivitas leisure, jam HL di dalam pasar tenaga kerja, dan jam TH di dalam aktivitas kerja rumahtangga. Bila terjadi perubahan perilaku individu karena adanya respon terhadap peningkatan upah dari w ke w’, maka hal-hal yang terjadi adalah hubungan antara produktivitas pasar individu (w/p) dan produktivitas rumahtangga gh berubah.


(58)

Dengan meningkatnya w jumlah barang yang dapat dibeli dengan menggunakan satu jam pertama pada pasar kerja (w/p) akan lebih besar dibandingkan jumlah barang yang dapat dihasilkan pada satu jam terakhir yang digunakan pada aktivitas rumahtangga pada titik E, dimana gh E <w'/p. Sebagai konsekuensinya rumahtangga dapat menghasilkan lebih banyak barang dengan curahan waktu kerja yang sama jika jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas rumahtangga dikurangi dan waktu yang digunakan untuk bekerja ditingkatkan.

Peningkatan upah akan menyebabkan individu mensubtitusi pasar kerja dengan aktivitas rumahtangga sepanjang jumlah total waktu kerja adalah konstan. Substitusi pasar kerja terhadap aktivitas rumahtangga ditunjukkan oleh pergeseran total anggaran rumahtangga dari DEBT ke D’E’BT, dimana penurunan waktu kerja rumahtangga dari THe ke THe’ dan meningkatnya jam kerja dari He ke He’. Sebelum adanya peningkatan upah, titik E adalah titik persinggungan antara fungsi produksi rumahtangga AB dan garis anggaran DE. Pada titik E,

E h

g p

w/ = . Ketika w meningkat ke w’, w'/p>gh Edan individu akan mensubtitusi kerja dengan aktivitas rumahtangga, sehingga equilibrium rumahtangga yang baru ada pada titik E’, dimana w'/p=gh E' dan garis anggaran yang baru adalah D’E’ dan slopenya adalah w’/p. Proses subtitusi ini disebut efek subtitusi produksi. Ketika upah meningkat dari w/p ke w’/p, harga leisure menjadi relatif lebih mahal terhadap harga barang. Bila kepuasan rumahtangga dianggap konstan, maka rumahtangga akan mensubtitusi barang yang harganya lebih murah denganleisure yang harganya lebih mahal. Hal ini terjadi bila terjadi peningkatan jam kerja individu dan menggunakan kelebihan pendapatan yang


(59)

diperoleh untuk meningkatkan konsumsi keluarga terhadap barang. Hal ini disebut dengan efek subtitusi konsumsi karena subtitusi terjadi pada aktivitas konsumsi, bukan pada aktivitas produksi.

Efek subtitusi ini dapat dilihat pada persinggungan antara garis anggaran yang baru D’E’ dengan kurva indiferen awal Uo. JJ adalah garis yang bersinggungan dengan Uo pada titik Q. Dimana JD’ adalah jumlah pendapat real yang harus dihasilkan rumahtangga untuk meningkatkan kepuasannya pada tingkat upah yang baru seperti pada tingkat upah yang lama. Dengan kata lain dengan adanya efek subtitusi konsumsi karena adanya peningkatan upah mengakibatkan terjadi penurunan kuantitas leisure yang dikonsumsi dari 0Lp ke 0Lq dengan asumsi kepuasannya adalah konstan. Efek subtitusi total dengan adanya peningkatan upah adalah penjumlahan dari efek subtitusi produksi dan efek subtitusi konsumsi.

Adanya peningkatan upah mengakibatkan terjadi peningkatan real income

rumahtangga sehingga akan meningkatkan permintaan rumhtangga terhadap barang maupun leisure sepanjang keduanya adalah barang normal. Efek pendapatan dengan adanya peningkatan upah ditunjukkan oleh pergeseran dari JJ ke D’E’ yang mengakibatkan terjadi peningkatan permintaan terhadap leisure dari 0Lq ke 0Lr dan equilibrium rumahtangga bergeser dari titik Q ke titik R. Hal ini berarti terjadi penurunan penawaran tenaga kerja dan terjadi peningkatan permintaan terhadap leisure, tetapi waktu kerja untuk aktivitas rumahtangga tidak mengalami penurunan.


(60)

Efek total upah pada pasar kerja merupakan penjumlahan dari efek subtitusi produksi, efek subtitusi konsumsi dan efek pendapatan, yang ditunjukkan oleh persamaan berikut:

LrHe’- LpHe = HeHe’ + LpLq + LqLr...(3.21) dimana kedua efek subtitusi mengakibatkan terjadi peningkatan jam kerja di luar aktivitas rumahtangga sedangkan efek pendapatan mengakibatkan jam kerja menurun, sehingga efek total upah bisa positif maupun negatif, tergantung pada besar kecilnya masing-masing efek yang ditimbulkan. Dimana kurva penawaran tenaga kerja bisa positif seperti umumnya (dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja meningkat) atau backward bending dan bisa juga negatif (dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja rendah).

Goods C+G

B T

D’ J D A

V

U1

J U0

R Q

P

E


(61)

0 Lq Lr Lp He He’ T

Sumber : Bryant, 1990

Gambar 1. Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga

Efek total upah pada aktivitas rumahtangga merupakan efek subtitusi produksi. Dimana pada saat upah meningkat, waktu yang dicurahkan untuk aktivitas rumahtangga berkurang dan tenaga kerja rumahtangga yang ada berpindah ke pasar tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan oleh HeHe’. Sedangkan efek total upah padaleisure terdiri dari efek pendapatan dan efek subtitusi konsumsi. Ketika harga relatif leisure meningkat terhadap harga barang, maka rumahtangga akan mensubtitusileisure dengan barang. Selain itu bila tingkat upah meningkat maka real income rumahtangga juga meningkat sehingga permintaan terhadap leisure akan meningkat, dimana:

LrLp = LpLq + LqLr...(3.22)

3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja

Menurut Bryant (1990) bahwa pendapatan keluarga memiliki dua sumber yaitu pendapatan kerja dan pendapatan non kerja. Pendapatan karena bekerja ditentukan oleh seberapa besar upah yang diperoleh per satuan unit waktu di pasar tenaga kerja. Perubahan upah maupun jam kerja suatu rumahtangga berdampak kepada perubahan equilibrium suatu rumahtangga. Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja (V) meningkatkan sumberdaya yang tersedia bagi suatu rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kombinasi barang baik yang dibeli di pasar maupun yang dihasilkan serta leisure yang tersedia juga meningkat. Namun perubahan tersebut tidak dapat diharapkan untuk merubah upah yang diterima oleh masing-masing anggota rumahtangga pada pasar tenaga kerja, harga


(62)

barang-barang yang dibeli di pasar, dan fungsi produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh rumahtangga.

Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja (non labor income) meningkatkan sumberdaya yang tersedia pada rumahtangga tetapi tidak merubah keadaan pasar barang dan leisure maupun kondisi produksi suatu rumahtangga. Peningkatannon labor income hanya akan menggeserbudgetline ke atas sehingga mengakibatkan permintaan terhadap barang dan leisure dari masing-masing anggota rumahtangga meningkat, sepanjang barang tersebut adalah barang normal. Peningkatan permintaan terhadap leisure akan mengurangi jam bekerja dari masing-masing anggota rumahtangga tetapi tidak mengurangi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas rumahtangga. Gambar 2 dapat menjelaskan fenomena tersebut.

Total anggaran rumahtangga ditunjukkan oleh DEBT. Masing-masing rumahtangga (S dan R) memperoleh non labor income (V) per minggu dan masing-masing anggota rumahtangga memperoleh upah sebesar $w/ jam dari alokasi waktu kerja mereka di pasar tenaga kerja yang ditunjukkan oleh slope DE. Kurva indiferen Uor dan U1r menunjukkan preferensi rumahtangga R sementara Uos dan U1s menunjukkan preferensi rumahtangga S. Pada kondisi awal, rumahtangga S mengalami keseimbangan pada titik P, sedangkan rumahtangga R pada titik Q. Pada titik P, masing-masing anggota rumahtangga pada S menghabiskan jam bekerja untuk aktivitas rumahtangga setiap minggu sebesar THe dan jam bekerja di pasar tenaga kerja sebesar HeLp dan 0Lp untuk leisure. Sedangkan pada rumahtangga R, anggota rumahtangga yang ada tidak bekerja di


(63)

pasar tenaga kerja dan menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan rumahtangga sebesar THq per minggu dan 0Hq perminggu untukleisure.

Bila diasumsikan masing-masing rumahtangga memperoleh tambahan non labor income sebesar VV’ perminggu maka total anggaran masing-masing rumahtangga bergeser ke D’E’B’T’ secara paralel dan vertikal karena peningkatan

non labor income tidak mempengaruhi tingkat upah yang diperoleh baik oleh rumahtangga R maupun S pada pasar tenaga kerja. Dimana pemberi kerja atau perusahaan tidak akan meningkatkan upah kepada S maupun R karena mereka sudah bertambah kaya. Di lain pihak penigkatan non labor income

mengakibatkan terjadi peningkatan pembelanjaan barang-barang pasar dari 0V ke 0V’. Pada rumahtangga S, setelah menerima non labor income sebesar VV’, equilibriumnya meningkat ke P’. Pada titik tersebut rumahtangga tersebut menghabiskan sebesar THe setiap minggu untuk aktivitas rumahtangga sama seperti kondisi awal, HeL’p perminggu untuk bekerja mendapatkan upah (lebih rendah dari sebelumnya) dan 0L’p perminggu untuk leisure (lebih banyak dari sebelumnya).

Peningkatan jam leisure menunjukkan penurunan jam untuk bekerja pada pasar kerja. Dilain pihak jumlah jam kerja untuk kegiatan rumahtangga tidak mengalami perubahan karena dengan gh = w/p tetap tidak berubah sekalipun terjadi peningkatan non labor income. Aktivitas rumahtangga hanya akan berubah dengan adanya peningkatannon labor income bila pasar dan barang-barang yang dihasilkan oleh rumahtangga tidak tersubtitusi sempurna atau jika peningkatan

non labor income sangat besar sehingga menyebabkan setiap orang berhenti bekerja secara bersamaan.


(1)

Model PENDAPATAN Dependent Var i abl e PSNUT Label Pendapat an Suami dar i Non Usahat ani

Anal ysi s of Var i ance

Sum of Mean

Sour ce DF Squar es Squar e F Val ue Pr > F Model 3 1. 972E15 6. 573E14 35. 86 <. 0001 Er r or 94 1. 723E15 1. 833E13

Cor r ect ed Tot al 97 2. 984E15

Root MSE 4280934. 64 R- Squar e 0. 53372 Dependent Mean 4500630. 83 Adj R- Sq 0. 51883 Coef f Var 95. 11855

Par amet er Est i mat es

Par amet er St andar d Var i abl e Var i abl e DF Est i mat e Er r or t Val ue Pr >| t | Label

I nt er cept 1 - 1. 586E7 4299354 - 3. 69 0. 0004 I nt er cept

CKSNU 1 115822. 8 1781. 79 9. 83 <. 0001 Cur ahan ker j a s uami pada non usahat ani USM 1 130274. 8 47606. 59 2. 74 0. 0074 Umur s uami


(2)

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS Syst em

The SYSLI N Pr ocedur e Two- St age Least Squar es Es t i mat i on

Model PENDAPATAN Dependent Var i abl e PI NUT Label Pendapat an I st r i dar i Non Usahat ani

Anal ysi s of Var i ance

Sum of Mean

Sour ce DF Squar es Squar e F Val ue Pr > F Model 3 3. 418E14 1. 139E14 54. 40 <. 0001 Er r or 94 1. 969E14 2. 094E12

Cor r ect ed Tot al 97 7. 696E14

Root MSE 1447215. 52 R- Squar e 0. 63453 Dependent Mean 745142. 857 Adj R- Sq 0. 62287 Coef f Var 194. 21987

Par amet er Est i mat es

Par amet er St andar d Var i abl e Var i abl e DF Est i mat e Er r or t Val ue Pr >| t | Label

I nt er cept 1 - 599461 947897. 2 - 0. 63 0. 5287 I nt er cept

CKI NU 1 71254. 13 5841. 818 12. 20 <. 0001 Cur ahan ker j a i s t er i pada non usahat ani UI S 1- 1528. 70 14913. 01 0. 10 0. 9186 Umur i st r i

PDI 1 53240. 97 80864. 72 0. 66 0. 5119 Pendi di kan i st er i

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS Syst em

The SYSLI N Pr ocedur e Two- St age Least Squar es Es t i mat i on

Model PENDAPATAN Dependent Var i abl e PANUT


(3)

Model 3 3. 838E14 1. 279E14 27. 90 <. 0001 Er r or 94 4. 311E14 4. 586E12

Cor r ect ed Tot al 97 8. 834E14

Root MSE 2141453. 07 R- Squar e 0. 47102 Dependent Mean 1046819. 73 Adj R- Sq 0. 45414 Coef f Var 204. 56751

Par amet er Est i mat es

Par amet er St andar d Var i abl e Var i abl e DF Est i mat e Er r or t Val ue Pr >| t | Label

I nt er cept 1 - 76584. 2 308435. 6 - 0. 25 0. 8044 I nt er cept

CKANU 1 53108. 84 10088. 15 5. 26 <. 0001 Cur ahan ker j a anak pada non usahat ani UAK 1 - 39696. 7 92103. 94 - 0. 43 0. 6675 Umur anak yang beker j a


(4)

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS Syst em

The SYSLI N Pr ocedur e Two- St age Least Squar es Es t i mat i on

Model KONSUMSI Dependent Var i abl e KPN Label Konsumsi Pangan

Anal ysi s of Var i ance

Sum of Mean

Sour ce DF Squar es Squar e F Val ue Pr > F Model 3 2. 289E14 7. 631E13 26. 68 <. 0001 Er r or 94 2. 689E14 2. 86E12

Cor r ect ed Tot al 97 5. 007E14

Root MSE 1691190. 09 R- Squar e 0. 45990 Dependent Mean 6357816. 33 Adj R- Sq 0. 44267 Coef f Var 26. 60017

Par amet er Est i mat es

Par amet er St andar d Var i abl e Var i abl e DF Est i mat e Er r or t Val ue Pr >| t | Label

I nt er cept 1 4087973 985546. 3 4. 15 <. 0001 I nt er cept

PND 1 0. 266441 0. 038066 7. 00 <. 0001 Pendapat an di sposi bel KNP 1 - 0. 64295 0. 244986 - 2. 62 0. 0101 Konsumsi non pangan JART 1 312694. 1 191835. 5 1. 63 0. 1064 Juml ah anggot a r umahat angga


(5)

Model KONSUMSI Dependent Var i abl e KNP Label Konsumsi Non Pangan

Anal ysi s of Var i ance

Sum of Mean

Sour ce DF Squar es Squar e F Val ue Pr > F

Model 3 1. 339E14 4. 465E13 20. 48 <. 0001 Er r or 94 2. 049E14 2. 18E12

Cor r ect ed Tot al 97 3. 26E14

Root MSE 1476368. 73 R- Squar e 0. 39531 Dependent Mean 6430420. 21 Adj R- Sq 0. 37602 Coef f Var 22. 95913

Par amet er Est i mat es

Par amet er St andar d Var i abl e Var i abl e DF Est i mat e Er r or t Val ue Pr >| t | Label

I nt er cept 1 3836631 833089. 0 4. 61 <. 0001 I nt er cept

PND 1 0. 227561 0. 040765 5. 58 <. 0001 Pendapat an di sposi bel KPN 1 - 0. 54099 0. 196177 - 2. 76 0. 0070 Konsumsi pangan


(6)

Lampiran 2. Lanjutan

The SAS Syst em

The SYSLI N Pr ocedur e Two- St age Least Squar es Es t i mat i on

Model I NVESTASI Dependent Var i abl e I PEN Label I nvest asi Pendi di kan

Anal ysi s of Var i ance

Sum of Mean

Sour ce DF Squar es Squar e F Val ue Pr > F Model 4 2. 489E13 6. 222E12 24. 26 <. 0001 Er r or 93 2. 385E13 2. 564E11

Cor r ect ed Tot al 97 5. 061E13

Root MSE 506368. 517 R- Squar e 0. 51067 Dependent Mean 555285. 714 Adj R- Sq 0. 48963 Coef f Var 91. 19063

Par amet er Est i mat es

Par amet er St andar d Var i abl e

Var i abl e DF Est i mat e Er r or t Val ue Pr >| t | Label

I nt er cept 1 - 62147. 4 485310. 1 - 0. 13 0. 8984 I nt er cept

PND 1 0. 020839 0. 026048 0. 80 0. 4257 Pendapat an di sposi bel I PRO 1 - 1. 57895 1. 177839 - 1. 34 0. 1833 I nvest asi pr oduksi

KTL 1 - 0. 00798 0. 078075 - 0. 10 0. 1188 Konsumsi t ot al r umaht angga JAS 1 507514. 0 67199. 70 7. 55 <. 0001 Juml ah anak sekol ah