Gambar 3. Kerangka Analisis
Subsistem Jasa Layanan Pendukung
Arahan Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kabupaten Karo
Penetapan Wilayah Pengembangan Subsektor Hortikultura
Luar wilayah
Sistem Agribisnis Hortikultura
Analisis Deskriptif Analisis Ekonomi
Wilayah Analisis Input-Output
Sistem Tata Niaga Analisis Margin Tata
Niaga Sarana dan Prasarana
Sistem Agribisnis Skalogram terhadap
Sistem Agribisnis Sarana dan Prasarana
Sistem Permukiman Skalogram terhadap
Sistem Permukiman Barusjahe
Simpang Empat Tigapanah
Subsistem Hulu
Subsistem Usahatani
Subsistem Hilir
Keterkaitan antar sektor , subsistem agribisnis , peran perekonomian wilayah Analisis SIG
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO
4.1. Keadaan Geografis
Kabupaten Karo terletak diantara 02
o
50’ sd 03
o
19’ LU dan 97
o
55’ sd 98
o
38’ BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km
2
atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian 120-1.600 Meter dari permukaan laut. Kemiringan wilayah bervariasi
antara 0-2 23.900 Ha,2-15 74.919 Ha, 15-40 41.169 Ha dan 40 72.737 Ha. Wilayah Kabupaten Karo di:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Karo
Secara administratif, Kabupaten Karo mencakup 17 kecamatan yang meliputi : 1 Kabanjahe, 2 Berastagi, 3 Tigapanah, 4 Dolat Rayat, 5
Merek, 6 Barusjahe, 7 Simpang Empat, 8 Naman Teran, 9 Merdeka, 10 Payung, 11 Tiganderket, 12 Kutabuluh, 13 Munte, 14 Juhar, 15
Tigabinanga, 16 Lau Baleng, dan 17 Mardinding. Peta administrasi Kabupaten Karo dan fokus wilayah penelitian ditampilkan pada Gambar 4.
4.2 Kependudukan
Adapun jumlah penduduk Kabupaten Karo berdasarkan sensus jumlah penduduk tahun 2000 dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2008 sebanyak
360.880 jiwa, berdasarkan proporsi jumlah laki-laki sebanyak 177.637 jiwa dan perempuan 183.243 jiwa BPS Kabupaten Karo 2008. Jumlah penduduk dirinci
menurut kecamatan dan jenis kelamin ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Berdasar Sensus Pendudk Tahun
2000. No Kecamatan
Jumlah Penduduk Jiwa Laki-laki Perempuan Total
1 Mardinding 8.134
8.114 16.248
2 Laubaleng 9.750
9.962 19.712
3 Tigabinanga 9.813
9.696 19.509
4 Juhar 6.632
7.394 14.026
5 Munte 10.543
10.637 21.180
6 Kutabuluh 6.030
6.147 12.177
7 Payung 5.424
5.634 11.058
8 Tiganderket 6.976
7.296 14.272
9 Simpang Empat
10.214 10.396
20.610 10 Naman
Teran 6.155
6.127 12.282
11 Merdeka 6.396
6.410 12.806
12 Kabanjahe 30.871
31.271 62.142
13 Berastagi 21.130
23.881 45.011
14 Dolat Rayat
4.143 4.214
8.357 15 Tigapanah
15.733 16.243
31.976 16 Merek
7.957 7.923
15.880 17 Barusjahe
11.736 11.898
23.634 Jumlah 177.637
183.243 360.880
Sumber : BPS Kabupaten Karo,2009 Dari total penduduk 360.880 jiwa, 95.211 jiwa 72,44 bekerja di sektor
pertanian.
4.3 Penggunaan Lahan
Dilihat dari penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Karo, penggunaan lahan didominasi oleh penggunaan lahan kering berupa perladangan dan
perkebunan seluas 96.045 Ha atau 41 dari luas wilayah, selanjutnya diikuti oleh kawasan hutan seluas 77.142 Ha seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9 Penggunaan Lahan Di Kabupaten Karo.
No Penggunaan Lahan
Luas Area Ha
1. Lahan sawah
12.328 2. Lahan
Kering - Pekarangan
- Kebun Campuran - Perladangan
- Perkebunan 4.251
22.896 59.720
6.524 3. Kawasan
Hutan - Hutan Lindung
- Suaka alam 67.214
9.621 4. Padang
rumput 4.254
5. Rawa yang tidak ditanami
399 6. Tidak
diusahakan 7.418
7. Lain-lain 18.150
Total 212.725
Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2009. Secara garis besar penggunaan lahan di Kabupaten Karo dibagi dalam
kelompok hutan lindung, budidaya lahan kering, hutan produksi dan sawah. Penggunaan lahan yang dominan adalah untuk budidaya lahan kering.
Penggunaan lahan kedua terbesar adalah kawasan hutan.
4.4. Karakteristik Wilayah Penelitian
a. Kecamatan Barus Jahe.
Barus Jahe sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Karo memiliki luas lahan kering 12.804 Ha, penggunaan lahan berdasarkan RTRW Kabupaten Karo
Tahun 2003-2013 adalah sebagai fungsi lindung 4.271 Ha, pekarangan 273 Ha, hutan produksi 1.025 Ha, tanaman keras 2.984 Ha, kebun campuran
3.421 Ha dan lain-lain 830 Ha. Lahan di Kecamatan Barus Jahe didominasi oleh lahan kering. Lahan sawah yang ada berupa lahan sawah dengan irigasi ½
teknis seluas 935 Ha.
Kecamatan Barus Jahe terdiri dari 19 desa dengan jumlah penduduk berdasar data tahun 2009 sebanyak 23.634 jiwa dan rumah tangga yang
berpencaharian pada sektor pertanian sebanyak 6.522 rumah tangga 97,13. b.
Kecamatan Tiga Panah. Kecamatan Tiga Panah memiliki luas 18.684 Ha, dengan rencana
penggunaan lahan adalah sebagai fungsi pekarangan 151 Ha, kebun 750 Ha, ladang 10.078 Ha, penggembalaan 573 Ha, hutan rakyat 482 ha kolam 9 Ha,
sawah 265 Ha dan lain-lain 6.376 Ha. Lahan di Kecamatan Tiga Panah didominasi oleh lahan kering.
Kecamatan Tiga Panah terdiri dari 22 desa dengan jumlah penduduk berdasar data tahun 2009 sebanyak 31.976 jiwa dan rumah tangga yang
berpencaharian pada sektor pertanian sebanyak 6.773 rumah tangga 84,65. c.
Kecamatan Simpang Empat. Kecamatan Simpang Empat memiliki luas 9.333 Ha, dengan penggunaan
lahan adalah sebagai fungsi hutan negara 500 Ha, perkebunan 120 Ha, pekarangan 60 Ha, kebun 495 Ha, ladang 7.740 Ha, hutan rakyat 293 ha
kolam 80 Ha, rawa-rawa 20 Ha dan lain-lain 25 Ha. Lahan di Kecamatan Simpang Empat didominasi oleh lahan kering.
Kecamatan Simpang Empat terdiri dari 17 desa dengan jumlah penduduk berdasar data tahun 2009 sebanyak 20.610 jiwa dan rumah tangga yang
berpencaharian pada sektor pertanian sebanyak 4.594 rumah tangga 80,50.
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Pertanian
4.5 Perekonomian Kabupaten Karo
Berdasarkan data Produksi Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Karo dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2008
PDRB tertinggi disumbangkan oleh sektor pertanian disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi.
Pertumbuhan tersebut merupakan perubahan jumlah produksi yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung hal ini merupakan
gambaran tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu daerah. Bagi suatu daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang
dicapai dan juga berguna untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan di masa yang akan datang. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat
dilihat melalui perubahan PDRB atas dasar harga konstan, di mana pada tahun