Konsep Sistem Pengelolaan Agribisnis

biaya bibit, pupuk, perbaikan saluran irigasi, obat-obatan, bahan-bahan atau alat- alatnya yang digunakan bukan barang modal, sewa alat pertanian, bahan pengikat, pembungkus, biaya administrasi, biaya pengangkutan dan lain sebainya. Jenis-jenis transaksi yang dapat disajikan dalam penyusunan tabel input-output adalah 1 tabel transaksi total atas dasar harga pembeli, 2 tabel transaksi total atas dasar harga produsen, 3 tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan 4 tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Analisis tabel I-O hanya melihat kondisi perekonomian pada satu tahun tertentu, oleh karena itu idealnya tabel I-O dibuat setiap tahun. Namun untuk melakukan kegiatan tersebut tidaklah mudah, karena survei dilakukan secara komprehensif untuk seluruh sektor perekonomian dalam waktu yang lama dan biaya yang besar. Berdasarkan kondisi tersebut, berkembang metode pembuatan tabel I-O dengan pendekatan lain yakni melakukan penyesuaian tabel I-O yang sudah ada untuk merefleksikan kondisi perekonomian saat ini updating. Selain itu berkembang juga pendekatan lain, yaitu menggunakan informasi perekonomian tabel I-O suatu daerah untuk diterapkan pada daerah lain derivasi. Dengan dua pendekatan tersebut, maka tabel I-O dapat dimodifikasi setia tahun dan dapat dibuat di setiap daerah Miller dan Blair, 1985, dalam Samiun 2008. Metode updating dikenal juga dengan sebutan metode survei parsial, karena tidak perlu melakukan survei secara komprehensif seperti pembuatan tabel I-O metode survei. Dengan metode ini, data yang diperlukan adalah matriks koefisien input atau koefisien teknologi sebagai tabel dasar, total output, total permintaan antara dan total input antara masing-masing sektor. Derivasi tabel I-O atau sering juga disebut sebagai metode non survei dilakukan apabila suatu daerah sama sekali belum mempunyai tabel I-O, oleh karena itu harus menggunakan tabel daerah lain untuk dijadikan sebagai tabel dasar untuk menderivasi. Glasson 1977, tabel input-output regional membutuhkan dua tipe informasi : pertama data akunting regional dan kedua adalah taksiran arus inter regional dan antar industri. Salah satu persoalan penting terkait tabel I-O adalah masalah mendisagregasikan input antar industri. Metode yang paling populer agaknya adalah mensurvei industri-industri di dalam daerah-daerah yang bersangkutan untuk mengidentifikasi komposisi inputnya. Akan tetapi hal ini biasanya tidak dapat ditempuh karena pertimbangan biaya dan cenderung untuk diganti dengan mendisagregasikan data input-output nasional. Jadi, misalnya 10 input untuk industri teknik secara nasional berasal dari industri manufakturing, maka juga diasumsikan bahwa 10 input industri teknik regional berasal dari industri manufakturing. Penggunaan keofisien-koefisien input nasional ini memang sangat menghemat dalam pengumpulan data dan mungkin tidak begitu menyesatkan, asalkan teknologi yang digunakan oleh industri yang sama di daerah-daerah lain.

2.6. Penelitian-Penelitian Yang Terkait Dengan Kajian

Sumunaringtyas 2010 mengkaji mengenai peran agribisnis hortikutura dalam perekonomian wilayah dengan studi kasus di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.Dalam penilitian ini, salah satu analisis yang digunakan adalah analisis input output. Di mana sektor stroberi, buah-buahan, kentang dan sayur-sayuran memiliki kontribusi yang rendah terhadap kontribusi PDRB dan jumlah output total. Kontribusi PDRB sektor stroberi, , buah-buahan, kentang dan sayur-sayuran terhadap total PDRB masing-masing adalah 0,06, 1,09,0,11 dan 0,66. Kontribusi output total sektor stroberi, buah-buahan, kentang dan sayur-sayuran adalah 0,04,1,86,0,07 dan 1,2. Sektor hortikultura memiliki keterkaitan yang lebih kuat dengan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. Sektor hortikultura terkait ke belakang cukup kuat dengan sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan manghasilkan output yan digunakan sebagai input oleh sektor-sektor hortikultura. Hotman 2006 mengkaji mengenai Peran Sektor Tanaman Bahan Makanan dalam pembangunan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara menggunakan pendekatan analisis input-output 2002 berdasarkan updating. Dalam analisa keterkaitan, diperoleh bahwa subsektor sayuran merupakan sektor dengan keterkaitan langsung ke belakang terbesar baik keterkaitan langsung maupun total dibandingkan dengan sektor tanaman bahan makan lainnya. Hasil lainnya adalah bahwa sektor tanaman bahan makanan memiliki keterkaitan langsung ke belakang terbesar terhadap sektor industri karet, plastik, kimia dan pupuk dengan nilai 0,11429. Sektor tanaman bahan makanan di Provinsi Sumatera Utara mempunyai keterkaitan tertinggi ke depan teringgi dengan sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Jaya 2009 melakukan penelitian mengenai kebocoran wilayah dalam komoditas kayu manis rakyat di kabupaten Kerinci, Jambi. Dalam penelitian ini, salah satu analisis yang digunakan adalah analisis input-output. Peran sektor kayu manis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Kerinci antara lain 1 output sektor kayu manis berkontribusi 5,58 terhadap keseluruhan nilai output, 2 nilai tambah bruto sektor kayu manis berkontribusi sebesar 6,35 terhadap keseluruhan nilai tambah bruto. Hasil analisis indikasi kebocoran wilayah menunjukkan bahwa sektor kayu manis terbukti memilki indikasi kebocoran ke depan dan kebocoran ke belakang berdasarkan nilai forward linkage dan backward linkage yang kurang dari 1 satu. Samiun 2008 mengkaji tentang Analisis Perekonomian Provinsi maluku Utara : Pendekatan Multisektoral. Pada penelitian tersebut, penulis melakukan updating tabel input-output Provinsi Maluku Utara dengan menggunakan metode RAS. Tabel Input-output dilakukan untuk mengkaji sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan hasil kajian tersebut diperoleh hasil bahwa input primer memiliki kontribusi 43,80 terhadap total input, input antara sebesar 46,07 dan impor 10,13. Kontribusi input antar lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontribusi input primer. Penelitian di atas mengacu pada konsep sektor unggulan dengan tidak hanya berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif saja, tetapi juga berdasarkan keterkaitan sektor tersebut dengan sektor lainnya. Sitanggang 2002 melakukan penelitian tentang Peran Sektor Agroindustri Tehadap Perekonomian Sumatera Utara, Analisis Tabel Input Output tahun 2000. Dari hasil kajiannya terlihat bahwa sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang dan keterkaitan tak langsung ke belakang lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya masing 0,68 dan 1,9. Berbeda dengan keterkaitan langsung ke depan dengan nilai 0,35 lebih rendah bila dibandingkan sektor pertanian dan non agroindutri, sedangkan keterkaitan tidak langsung ke depannya sebesar 1,77 lebih rendah dibanding sektor perdagangan dan pertambangan, namun lebih besar dibanding sektor pertanian dan non agroindustri. Suryawardana 2006 melakukan kajian mengenai analisis keterkaitan sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur. Pada penelitian ini juga menggunakan tabel input-output Provinsi Jawa Timur 2000 100 sektor menjadi tabel input- output Provinsi Jawa Timur 2003 44 sektor. Pada kajian ini juga dilakukan agregasi atau reklasifikasi terlebih dahulu sebelum dilakukan updating dengan metode RAS. Menurut Jalili 2006, untuk berbagai alasan input-output peneliti memperbarui tabel input-output dengan melakukan agregasi terhadap sektor- sektor yang ada. Hal ini memberikan pengaruh terhadap 1 efek dari agregasi pada keakuratan hasil yang diperoleh berdasarkan metode yang dipilih, dan 2 efek dari agregasi terhadap stabilitas antar waktu koefisien input-output. Tabel input-output yang lebih rinci atau detil dapat memberikan informasi yang lebih banyak, tetapi dengan tujuan tertentu peneliti melakukan agregasi. Penyusunan tabel input-output dengan metode survei memang lebih akurat, tetapi hal tersebut selain memerlukan biaya juga terdapat lag atau waktu anatar survei, pengolahan data dan penerbitan. Updating tabel input-output dengan metode non survei merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Dalam penelitiannya, dilakukan perbandingan terhadap berbagai metode updating tabel input-output apabila dilakukan agregasi. Hasil kajian menujukkan bahwa metode RAS adalah metode yang paling efisien di antara metode-metode lainnya. Metode RAS juga memiliki keunggulan dibandingkan metode-metode lainnya yaitu NAIVE dan Langrangian. Jackson dan Murray 2003 juga mengkaji mengenai berbagai metode updating tabel input-output. Berdasarkan kajian tersebut, metode RAS merupakan metode yang banyak digunakan karena memiliki kelebihan-kelebihan tertentu. Metode ini merupakan metode yang paling rasional, sehingga umum digunakan. Metode RAS dapat bekerja pada matriks ukuran besar dan mengakomodir nilai positif dan negatif dari matriks tersebut.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Peningkatan perekonomian daerah dapat di lakukan melalui integrasi berbagai sektor yang ada di dalam wilayah. Hal tersebut berarti bahwa peningkatan perekonomian wilayah dapat dilakukan dengan memberdayakan sumberdaya lokal yang ada di dalam wilayah itu sendiri. Dengan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada dengan sebaik-baiknya diharapkan dapat meningkatkan proses income multiplication serta dapat menghindari terjadinya kebocoran wilayah regional leakage. Kontribusi PDRB K a b u p a t e n K a r o pada tahun 2009 berasal dari sembilan sektor sebagai kontributor utama yaitu sektor pertanian,sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa, dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 pada tahun 2009 dan 5,21 pada tahun 2008. Pemilihan sektor prioritas di Kabupaten Karo merupakan suatu upaya pemerintah dalam mewujudkan perekonomian yang lebih baik. Sektor prioritas tersebut mampu menarik sektor-sektor lainnya untuk bergerak secara sinergis sehingga dapat meningkatkan perekonomian di wilayahnya. Sektor pertanian khususnya subsektor hortikultura dianggap mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat yang lebih layak dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat bahwa subsektor hortikultura memiliki potensi dalam peningkatan nilai tambah khususnya bagi sektor pertanian sekaligus dapat memperluas penyerapan tenaga kerja. Hortikultura sebagai bagian dari sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan merupakan satu lapangan usaha yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan berbagai jenis komoditasnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri pengolahan. Sumber-sumber pertumbuhan pembangunan pertanian yang dapat memicu pertumbuhan wilayah, meliputi : peningkatan produktivitas sumberdaya pertanian,