3.4.1.Analisis Skalogram
Analisis terhadap kelengkapan sarana dan prasarana, baik sistem pemukiman dan sistem agribisnis dilakukan dengan metoda skalogram. Analisis
skalogram dilakukan berawal dari konsep wilayah nodal, dimana wilayah diasumsikan sebagai suatu sel hidup yang terdiri dari inti daan plasma yang
masing-masing mempunyai fungsi yang saling mendukung. Inti dalam hal ini diasumsikan sebagai pusat kegiatan industri dan pusat pasar serta pusat inovasi.
Sedangkan plasma atau hinterland merupakan pusat pemasok dari bahan mentah, tenaga kerja dan pusat pemasaran barang-barang hasil industri yang diproduksi di
pusat inti. Berdasarkan konsep wilayah nodal tersebut, pusat atau hinterland suatu
wilayah dapat ditentukan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduknya. Unit wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis
fasilitas umum, industri dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas yang secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah yang lain akan
menjadi pusat atau mempunyai hirarki tinggi. Sebaliknya, jika suatu wilayah mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum,
industri serta jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas paling rendah merupakan wilayah hinterland dari unit wilayah yang lain. Analisis skalogram
yang digunakan adalah skalogram dengan pembobotan. Tabel analisis yang digunakan seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Tampilan Tabel Untuk Analisis Skalogram dengan Pembobotan.
No Kecamatan Desa
Penduduk …. SD … F Σ total
fasilitas Σ jenis
fasilitas indeks
1 B
1
F
1
F
1
k Σ F1.K
bkNak B
2
: N B
n
FN Σ Kec yang
memiliki fasilitas
Ak
Σ total fasilitas
Bk Bobot
Nak
Analisis skalogram dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 dua, skalogram sistem pemukiman dengan cakupan wilayah desa berdasarkan Data
Potensi Desa PODES dan skalogram sistem agribisnis dengan cakupan wilayah kecamatan berdasarkan form Alat dan Mesin Hortikultura yang ditambah dengan
data primer dan sekunder lainnya. Pembagian ini disesuaikan dengan ketersediaan data. Skalogram sistem agribisnis disusun berdasarkan form standar alat dan
mesin hortikultura yang dikeluarkan oleh BPS dan Departemen Pertanian serta ditambah dengan data sekunder database agribisnis penyuluhan dan data primer
berdasarkan wawancara. Form alat dan mesin hortikultura merupakan form bagi penyuluhmantri tani PPL untuk melakukan pendataan alat dan mesin
hortikultura di setiap kecamatan. Alat dan mesin hortikultura tersebut terbagi menjadi :
1. Alat budidaya pertanian,
2. Alatmesin pasca panen, dan
3. Alatmesin pengolahan.
3.4.2 Analisis Margin Tata Niaga
Analisis ini digunakan untuk mengetahui selisih suatu komoditas. Secara singkat rumus analisis ini adalah :
Margin Pemasaran : Mp = Pr – Pf atau Mp =
Σ bi + Σ ki Margin keuntungan
: Ski = [kiPr – Pf x 100] Sbi = [biPr – Pf x 100]
Sp = PfPr x 100 Keterangan
: Mp : Margin Pemasaran
Pr : Harga di tingkat konsumen
Pf : Harga di tingkat produsen
bi : Biaya tata niaga ke-i
ki : Keuntungan ke-i
Ski : Bagian keuntungan yang diterima lembaga Sbi : Share biaya dari margin
Sp : Besarnya kontribusi harga yang diterima produsen
3.4.3 Analisis Input dan Output
Analisis Input-Output I-O secara teknis dapat menjelaskan karakteristik struktur ekonomi wilayah yang ditunjukkan dengan distribusi sumbangan sektoral
serta keterkaitan sektoral perekonomian wilayah. Selain itu analisis Input-Output digunakan untuk menentukan sektor unggulan pada perekonomian Kabupaten
Karo, berdasarkan data yang diturunkan dari Tabel I-O Provinsi Sumatera Utara. Tabel Input-output yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel
Input-Output Kabupaten Karo yang di Ras dari Tabel Input Output Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000, yang di updating menjadi Tabel I-O tahun 2009
yang selanjutnya di-ras menjadi tabel I-O Kabupaten Karo tahun 2009. Mengacu pada Tabel I-O Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 dengan 71
sektor perekonomian 71X71 yang diturunkan ke level kabupaten maka diperoleh Tabel I-O Kabupaten Karo dengan 24 sektor 24X24 yang di-update ke tahun
2009. Sektor-sektor perekonomian dalam Tabel I-O Kabupaten Karo 24 sektor merupakan hasil agregasi dari sektor-sektor dalam Tabel I-O Provinsi Sumatera
Utara 71 sektor yang disesuaikan dengan klasifikasi sektor lapangan usaha untuk penentuan PDRB. Sektor-sektor perekonomian dalam Tabel I-O Kabupaten
Karo tahun 2009 ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7.
Identifikasi Sektor-sektor perekonomian Tabel I-O Kabupaten Karo tahun 2009 24 sektor
Kode I-O
Sektor Kode
I-O Sektor
1 Tanaman bahan makanan lainnya
13 Konstruksi
2 Sayur-sayuran
14 Perdagangan besar dan eceran
3 Buah-buahan 15 Restoran
4 Tanaman Perkebunan
16 Hotel 5 Peternakan
dan hasil-hasilnya
17 Pengangkutan 6 Kehutanan
18 Komunikasi 7 Perikanan
19 Bank 8
Minyak dan Gas Bumi 20
Real Estate 9 Penggalian
21 Jasa Perusahaan
10 Industri bukan migas
22 Pemerintahan Umum
11 Listrik dan
gas 23 Swasta
12 Air Bersih
24 Jasa Perorangan Rumah Tangga
Asumsi yang digunakan dalam penurunan Tabel I-O dari tingkat provinsi ke tingkat kabupaten adalah bahwa terdapat kemiripan struktur ekonomi antara
Kabupaten Karo dengan Provinsi Sumatera Utara sebagai induknya. Metode yang digunakan untuk mendapatkan Tabel I-O Kabupaten Karo tahun 2009 adalah
dengan metode RAS Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan metode RAS. Hasil dari metode RAS adalah Tabel I-O Kabupaten Karo tahun 2009. Data
yang diperoleh antara lain adalah; input antara masing-masing sektor, nilai tambah, total input atau output, dan jumlah permintaan akhir. Untuk
mendetailkan data input primer atau Nilai Tambah Bruto NTB menjadi upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung maka didekati dengan
nilai proporsi dari tabel I-O dasar. Tabel Input
Output Provinsi Sumatera Utara
Tahun 200 71X71 sektor
Proses Agregasi menjadi Tabel
Input Output KabupatenKaro
Tahun 2009 24X24 sektor
Matriks Koefisien Teknis Tabel
Input Output Kabupaten Karo
Tahun 2009 24X24 sektor
Metode RAS Kabupaten Karo 2009
Konversi Data PDRB menjadi Total Input Kabupaten Karo Tahun 2009 berdasarkan
Proporsi Data PDRB dan Total Input Kabupaten Karo 2009
Data Permintaan Akhir
Tabel Input Output Kabupaten
Karo Tahun 2009 24X24 sektor
Sumber : Diadopsi dan dimodifikasi dari Sumunaringtyas 2010
Gambar 3. Kerangka Analisis
Subsistem Jasa Layanan Pendukung
Arahan Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kabupaten Karo
Penetapan Wilayah Pengembangan Subsektor Hortikultura
Luar wilayah
Sistem Agribisnis Hortikultura
Analisis Deskriptif Analisis Ekonomi
Wilayah Analisis Input-Output
Sistem Tata Niaga Analisis Margin Tata
Niaga Sarana dan Prasarana
Sistem Agribisnis Skalogram terhadap
Sistem Agribisnis Sarana dan Prasarana
Sistem Permukiman Skalogram terhadap
Sistem Permukiman Barusjahe
Simpang Empat Tigapanah
Subsistem Hulu
Subsistem Usahatani
Subsistem Hilir
Keterkaitan antar sektor , subsistem agribisnis , peran perekonomian wilayah Analisis SIG