2.6 Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-
perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat Kadariah, 1999. Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-
ubah akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan hasil Gittinger, 1986.
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti switching value. Pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat
minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnyaa proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih
sekarang menjadi nol bunga NPV = 0. NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net BC sama dengan
satu Kasmir, 2003. Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga, yaitu :
1. Penurunan harga output 2. Kenaikan biaya total
3. Kenaikan biaya investasi 4. Kenaikan biaya operasional.
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian Hanindita 2006 yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Merang Volvariella volvaceae Studi Kasus
Usaha Agribisnis Putra Hasan Mushroom di Kecamatan Karang Bahagia, Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang
kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional- organisasi-manajerial, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan
bahwa budidaya jamur merang layak untuk dilaksanakan. Dengan rincian analisis finansial berupa NPV sebesar Rp 47.304.408 pada tingkat DF
16, IRR sebesar 66 dan BC senilai 2,22 dengan PBP selama 1,6 tahun.
Penelitian Sembiring 2007 yang berjudul Analisis Finansial dan Ekonomi Usaha Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Studi Kasus PT. XYZ. Hasil dari analisis kelayakan investasi terhadap arus manfaat-biaya finansial menunjukkan nilai diatas kriteria kelayakan.
Nilai NPV yang diperoleh untuk analisis ini sebesar Rp. 43.593.614.577. Tingkat pengembalian internal IRR yang diperoleh sebesar 51,83 persen.
Nilai Net BC yang dihasilkan 7,273. Proyek secara finansial akan memperoleh pengembalian terhadap modal yang ditanamkan setelah satu
tahun 5,35 bulan. Penelitian Siregar 2009 yang berjudul Kajian Kelayakan Biogas
Dari Limbah Ternak Studi Kasus: PT. Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB. Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang kelayakan
proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi- manajerial, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa proyek
biogas dari limbah ternak layak untuk dilaksanakan. Penelitian Musiroh 2003 yang berjudul Pemanfaatan Pasta
Cacing Tanah Lumbricus rubellus sebagai Bahan Pupuk Organik Cair dengan Pengomposan Stardec dan Effluent Cair Gas-Bio. Program Studi
Teknologi Hasil Ternak. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian yang dibahas menunjukkan bahwa cacing tanah
yang diolah menjadi pasta cacing tanah memiliki kandungan yang layak digunakan sebagai bahan pupuk organik cair melalui berbagai percobaan
pengaplikasian bahan pupuk organik cair pasta cacing tanah.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Saat ini produksi cacing tanah dalam negeri masih sangat rendah. Misalnya, provinsi Jawa Barat pada tahun 1999 memproyeksikan produksi
cacing tanah sebanyak 12.787,04 ton yang diproduksi oleh sekitar 400 pembudidaya cacing tanah di 15 kabupaten Rukmana, 2000. Setiap
tahunnya tidak banyak pengusaha yang terjun untuk menggeluti usaha cacing tanah ini, karena mayoritas para pengusaha atau calon pengusaha
lebih tertarik pada bisnis sayuran dengan alasan kecenderungan perilaku konsumsi sayur pada masyarakat yang terus meningkat. Padahal usaha
cacing tanah ini sangat menjanjikan jika dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh, dan proses produksi yang mudah serta biaya produksi
yang relatif jauh lebih murah jika dibandingkan dengan produksi dan biaya yang harus ditanggung pada usaha sayuran.
Pada usaha budidaya cacing tanah ini juga tentunya mengandung resiko seperti pada bentuk usaha lainnya. Resiko yang sangat mungkin
dialami pada usaha budidaya cacing tanah ini adalah preferensi produk dari konsumen dimana terdapat produk subtitusi pakan ternak lain yang
dapat menggantikan cacing tanah. Hal ini akan sangat berpengaruh dari harga yang bersaing dan manfaat yang diperoleh dari pemberian pakan
ternak berupa cacing tanah ini. Hal ini juga mengingat bahwa budidaya cacing tanah ini baru dilaksanakan oleh Magenta Farm sehingga informasi
mengenai keberadaan produknya pun belum cukup meluas. Magenta Farm merupakan unit usaha tani baru yang optimis pada
bisnis produk cacing tanah dengan melihat jumlah permintaan pasar yang belum dapat dipenuhi oleh para peternak cacing tanah, khususnya pada
pasar lokal. Fokus orientasi dari produksi cacing tanah ini adalah untuk dijual dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya ternak unggas
dan ikan yang berada di kawasan Leuwiliang Bogor. Analisis kriteria investasi penting untuk melihat kelayakan
pelaksanaan proyek budidaya cacing tanah oleh Magenta Farm. Aspek-