IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah  satu  hasil  program  pemuliaan  pohon  yang  diharapkan  adalah diperolehnya klon unggulan hasil uji klon. Menurut PT Setyamitra Bhaktipersada
2011a,  JUN  diproduksi  dengan  bioteknologi  melalui  pembiakan  propagasi vegetatif kloning dengan stek pucuk dan dilakukan modifikasi sistem perakaran
sehingga menghasilkan akar tunjang majemuk. Menurut Zobel dan Talbert 1984 Pembiakan  vegetatif  memiliki  banyak  manfaat  pada  bidang  kehutanan  yakni:  i
pengawetan  genotipe  dengan  bank  klon;  ii  multiplikasi  pada  genotipe  yang diinginkan  untuk  penggunaan  khusus  seperti  pada  kebun  benih;  iii  evaluasi
genotipe dan interaksinya dengan lingkungan melalui uji klon; iv mendapatkan perolehan  genetik  yang  maksimum  ketika  digunakan  untuk  regenerasi  pada
pengoperasionalan program penanaman.
4.1.Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Repeatability
Sebagai  uji  lanjut  terhadap  klon  JUN  dilakukan  penelitian  dengan menggunakan materi dari hasil perbanyakan vegetatif stek pucuk. Pada Tabel 5
dapat dilihat bahwa pertambahan diameter individu klon ramet JUN pada umur 6  bulan  tertinggi  telah    mencapai  4,02  cm.  Demikian  pula  pada  variabel  tinggi,
klon  dengan  pertambahan  tinggi  tertinggi  individu  klon  ramet  JUN  telah mencapai  ukuran  3,01  meter.  Keragaan  tanaman  pada  umur  6  bulan  disajikan
pada Lampiran 8. Pada  Tabel  5  disajikan  bahwa  koefisien  keragaman  setiap  variabel  berkisar
antara  6,55  sampai  54,35.  Pada  variabel  diameter,  koefisien  keragamannya berkisar  33,54-37,18.  Nilai  koefisien  keragaman  ini  memiliki  kisaran  lebih
rendah dibanding yang dimiliki oleh variabel tinggi yakni 42,14-54,35. Daya sintas klon jati pada uji klon ini menunjukkan performa yang sangat baik
yakni persentase rata-ratanya lebih dari 95. Rata-rata daya sintas yang tinggi ini menunjukkan  kecenderungan  adaptabilitas  yang  baik  tanaman  jati  di  Kabupaten
Purwakarta  Mahfuz  et  al.  2010.  Menurut  Na’iem  2004  dalam  Mahfuz  et  al. 2010,  rata-rata  daya  sintas  yang  bernilai    90  merupakan  indikator  yang  baik
dalam pertanaman uji.
Tabel 5 Nilai rata-rata variabel pertumbuhan pada setiap microsite
Microsite 1 Microsite 2
Mean Range
CV Mean
Range CV
D cm 1,975 ±0,030
0,08-4,06 37,18
2,135±0,031 0,28-4,23
36,96 T cm
113,09±2,34 7,0-279,0
51,80 130,00±2,56
2,5-293,5 50,38
DS 99,23±0,02
0,00-100,00 17,86
99,69±0,01 0,00-100,00
13,04 Microsite 3
Microsite 4 D cm
2,134±0,029 0,37-4,00
34,96 1,41±0,019
0,13-2,58 33,54
T cm 123,15±2,01
5,0-249,0 42,14
114,56±2,45 2,0-301,0
54,35 DS
99,97±0,01 86,74-100,00
6,73 98,76±0,02
0,00-100,00 22,95
Pada Tabel 6 disajikan hasil perhitungan ANOVA pada klon jati pada umur 6 bulan  nilai  kuadrat  harapan  disajikan  pada  Lampiran  2.  Pada  variabel  diameter
dan  tinggi,  sumber  variasi  klon  menunjukkan  perbedaan  yang  sangat  nyata. Sedangkan  pada  variabel  daya  sintas,  sumber  variasi  klon  menunjukkan
perbedaan yang nyata. Hal ini mengindikasikan adanya varisasi genetik antar klon Sofyan et al. 2011
Pada variabel daya sintas, interaksi micrositeklon pada umur 6 bulan belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Sedangkan pada variabel diameter dan tinggi
menunjukkan  pengaruh  yang  sangat  nyata.  Interaksi  antara  klon  dan  lingkungan juga  telah  dilaporkan  pada  penelitian  yang  dilakukan    Zhang  et  al.  2003  dan
penelitian  Yu  dan  Pulkkinen  2003.  Hasil  interaksi  yang  sangat  nyata mengindikasikan bahwa hasil pertumbuhan tanaman bukan hasil kinerja dari klon
atau  genetik  semata,  namun  merupakan  hasil  interaksi  antara  faktor  genetik dengan lingkungannya Kramer dan Kozlowski 1979 dalam Sofyan et al. 2011.
Tabel 6 Analisis ragam, komponen ragam  dan repeatability
Source DF
Type III SS Mean
Square F
Value Pr  F
R
Diameter
0,6199±0,0530 Ms
3 223,22
74,40 171,30
,0001 19,12
Klon 41
94,90 2,31
5,33 ,0001
3,91 Ms
klon 123
108,33 0,88
2,03 ,0001
4,84 Error
2411 1047,20
0,43 72,12
Tinggi 0,8015±0,0356
Ms 3
140754,88 46917,96
14,85 ,0001
1,79 Klon
41 781097,37
19051,16 6,03
,0001 6,11
Ms klon
123 692206,69
5627,70 1,78
,0001 4,47
Error 2407
7602390,37 3158,45
87,62
Daya Sintas
0,3633±0,0587 Ms
3 1,72
0,57 10,52
,0001 5,44
Klon 41
3,26 0,08
1,46 0,0354
3,16 Ms
klon 123
6,23 0,05
0,93 0,6804
ts
-1,63 Error
493 26,80
0,05 93,04
= nyata pada taraf 5 = nyata pada taraf 1
ts
= tidak nyata
Hasil  analisis  pada  Tabel  6  menunjukkan  bahwa  ragam  klon  memberikan sumbangan  persentase  yang  kecil.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  pada  umur  6
bulan,  faktor  genetik  belum  memberikan  pengaruh  yang  signifikan  terhadap parameter pertumbuhan.
Pada  penelitian  ini,  sumber  keragaman  eror  untuk  ketiga  variabel  cukup besar.  Eror  penelitian  yang  besar  juga  dilaporkan  pada  penelitian  Yu  dan
Pulkkinen  2003.  Pada  penelitian  pohon  klon  hibrid  Populus  spp.  berumur  3 tahun ini dilaporkan bahwa komponen keragaman erornya berkisar 80. Hal ini
disebabkan oleh adanya heterogenitas lingkungan tempat tumbuh. Konsistensi  hasil  uji  klon  ini  dapat  diketahui  dari  nilai  repeatability-nya.
Nilai repeatability untuk klon sebesar 0,4–0,6 dinyatakan sedang kurang dari 0,4 dan lebih dari 0,6 dinyatakan tinggi. Pada Tabel 8 disajikan taksiran repeatability
diameter  dan  tinggi  pada  setiap  microsite.  Dari  4  microsite  yang  diteliti,  nilai repeatability
diameter 0,62  dan  tinggi
0,80  dapat  dinyatakan cukup tinggi.
Pada Tabel 7 disajikan nilai taksiran repeatability  diameter dan tinggi pada setiap  microsite.  Pada  kedua  variabel  menunjukkan  nilai    repeatability  yang
bervariasi antar microsite. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan klon-klon yang  diuji  belum  menunjukkan  kekonsistenan.  Nilai  repeatability  untuk  daya
sintas  microsite  2  tidak  menunjukkan  perbedaan  yang  signifikan  dan  eror  sangat besar  data  disajikan  pada  Lampiran  3.  Oleh  karena  itu,  nilai  repetability  daya
sintas tidak diestimasi Zhang et al. 2003.
Tabel  7 Nilai repeatability per microsite Microsite
R Diameter
Tinggi Daya Sintas
1 0,6600±0,0532
0,7092±0,0485 0,7035±0,0485
2 0,4584±0,0610
0,5443±0,0599 -
3 0,7512±0,0446
0,7688±0,0423 0,1815±0,0807
4 0,6422±0,0544
0,5650±0,0589 0,2832±0,0702
Nilai taksiran repeatability ini memiliki kemungkinan untuk berubah dengan adanya  pertambahan  waktu.  Merujuk  pada  penelitian  Curnel  et  al.  2001  pada
pohon  ceri  liar  Prunus  avium  L.  dilaporkan  bahwa  heritabilitas  tinggi  pohon pada  umur  1  tahun  0,60  menurun  pada  umur  2  tahun  0,49  yang  kemudian
meningkat  lagi  pada  umur  9  tahun  0,64.  Hal  disebabkan  oleh  adanya
pengkondisian percobaan budidaya di laboratorium dan persemaian. Pengaruh ini kemudian menurun seiring dengan waktu dan kondisi hutan dimana efek genotipe
menjadi  predominan  Curnel  et  al.  2001.    Callister  dan  Collins  2008 melaporkan  hasil  uji  progeni  asal  klon  berumur  3,5  tahun  yang  memberikan
gambaran nilai heritabilitas dalam arti luas sebesar H
2
= 0,37 untuk diameter dan H
2
= 0,28 untuk tinggi.
4.2.Korelasi antar Variabel Pertumbuhan
Menurut  White  et  al.  2009,  ketika  dua  sifat  yang  berbeda  pada  suatu populasi  diukur,  memungkinkan  adanya  asosiasi  atau  korelasi  keduanya.  Suatu
pengamatan  korelasi  fenotipik  antara  dua  sifat  kemungkinan  disebabkan  oleh faktor genetik atau lingkungan.
Gambar 2  Kerangka penyebaran korelasi fenotipik
Tabel  8  dan  Gambar  2  menyajikan  korelasi  antar  ketiga  variabel.  Korelasi fenotipik  antara  diameter  dengan  tinggi  dapat  dinyatakan  cukup  kuat  0,754.
y = 0.433x + 79.03 R² = 0.014
50 100
150 200
250 300
350
50 100
T ing
gi c
m
Daya sintas y = 0.007x + 1.201
R² = 0.026
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0 4.5
50 100
D ia
m et
er cm
Daya sintas
y = 59.33x + 6.926 R² = 0.558
50 100
150 200
250 300
350 400
1 2
3 4
5 T
ing gi
cm
Diameter cm
Sedangkan  korelasi  fenotipik  antara  daya  sintas  dengan  masing-masing  diameter dan  tinggi  cukup  lemah.  Menurut  White  et  al.  2009,  korelasi  fenotipik  yang
diamati  antara  dua  sifat  kemungkinan  dipengaruhi  oleh  penyebab  faktor  genetik dan  lingkungan.    Oleh  karena  itu,  korelasi  genetik  juga  harus  diestimasi.  Seperti
korelasi fenitipik untuk diameter dan tinggi, pada korelasi genetiknya juga positif dan korelasinya kuat 0,942.
Tabel 8 Korelasi genetik di atas diagonal dan korelasi fenotipik di bawah diagonal Diameter
Tinggi Daya Sintas
Diameter 0,942
0,332 Tinggi
0,754 0,194
Daya Sintas 0,154
0,114 : tanda diagonal
Pada korelasi genetik antar microsite disajikan pada Tabel 9, pada variabel diameter  dan  tinggi  menunjukkan  korelasi  yang  masih  lemah.  Sedangkan  pada
variabel  daya  sintas  masih  sangat  rendah.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  pada umur 6 bulan, ketiga variabel tersebut belum stabil sehingga belum bisa dilakukan
seleksi. Tabel 9  Korelasi genetik antar microsite
Microsite Korelasi Genetik
Diameter Tinggi
Daya Sintas Ms
1
Ms
2
0,643 0,679
- Ms
1
Ms
3
0,412 0,344
0,057 Ms
1
Ms
4
0,170 0,438
0,280 Ms
2
Ms
3
0,434 0,277
- Ms
2
Ms
4
0,398 0,382
- Ms
3
Ms
4
0,129 0,190
-0,237 Ms
x
Ms
y
: Variabel yang dibandingkan dari microsite x dan microsite y
Menurut  Williams  et  al.  2002,  korelasi  genetik  digunakan  untuk:  i memprediksi  respon  pada  saat  panen  untuk  seleksi  yang  dilakukan  pada  pohon
muda;  ii  membantu  prediksi  respon  dari  suatu  sifat  yang  sulit  diukur dibandingkan dengan sifat lain yang lebih mudah diukur; iii memprediksi respon
terhadap  seleksi  di  suatu  lokasi  dengan  lokasi  lainnya;  iv  indeks  seleksi dibangun  menggunakan  korelasi  genetik  dan  heritabilitas  untuk  memaksimalkan
keunggulan dalam sifat-sifat tertentu yang dipilih pada waktu yang sama.
4.3.Implikasi pada Pemuliaan Pohon
Nilai rataan pertambahan diameter dan tinggi, serta daya sintas pada keempat microsite
percobaan  disajikan  pada  Tabel  10.  Dari  variabel  diameter  dan  tinggi, pertumbuhan terbaik ditunjukkan oleh klon yang ditanam pada microsite 2.  Daya
sintas  terbaik  berturut-turut  terdapat  pada    microsite  3,  2,  1,  dan  4.  Daya  sintas pada  keempat  microsite  dapat  dinyatakan  cukup  bagus  karena  memiliki  daya
sintas lebih dari 90.
Tabel  10  Rangking  microsite berdasarkan uji Duncan Diameter
Tinggi Daya Sintas
Microsite Mean
cm Microsite
Mean cm
Microsite Mean
2 2,135
A
2 130,769
A
3 99,97
A
3 2,134
A
3 123,146
B
2 99,70
B
1 1,973
B
4 114,725
C
1 99,23
BC
4 1,415
C
1 113,092
C
4 98,76
C
Nilai mean rata-rata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
Adanya  variasi  pertumbuhan  tanaman  ini  selain  dipengaruhi  oleh  jenis  klon juga  dipengaruhi  oleh  perbedaan  faktor  lingkungan  tempat  tumbuh  seperti  yang
ada  pada  setiap  microsite.  Menurut  Griffin  2001  dalam  Evans  dan  Turnbull 2004,  aplikasi  penggunaan  klon  yang  efektif  membutuhkan  diantaranya,  i
pemahaman  interaksi  antara  genotipe,  site,  dan  umur,  ii  komitmen  untuk manajemen mutu melalui tindakan silvikultur.
Gambar 3 Perbandingan diameter dan tinggi rata-rata
Pada lahan percobaan, diberikan tindakan silvikultur yang berbeda pada setiap microsite
.  Berdasarkan  uji  Duncan  Tabel  10,  microsite  2  merupakan  lokasi
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0
Rata-rata microsite 2
Rata-rata keseluruhan
D ia
m et
er c
m
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
120.0 140.0
160.0 180.0
200.0
Rata-rata microsite 2
Rata-rata keseluruhan
T ing
gi cm
terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan klon. Pada microsite 2, klon ditanam dengan jarak tanam 3 x 4 m serta diberi pupuk dasar 5 kg. Rata-rata pertambahan
diameter pada microsite 2 ini yakni 2,13 cm untuk variabel diameter dan 130,00 cm  untuk  variabel  tinggi.  Pada  Gambar  3,  digambarkan  nilai  rata-rata  diameter
pada  microsite  2  yang  lebih  tinggi  10,11  dari  rata-rata  diameter  keseluruhan. Sedangkan nilai rata-rata tingginya lebih tinggi 7,29 dari rata-rata keseluruhan.
Microsite terbaik  berikutnya  yakni  microsite  3  jarak  tanam  5  x  2  m  dan
pupuk  dasar  3  kg.  Pada  variabel  diameter,  perbedaan  yang  tidak  nyata ditunjukkan  pada  microsite  3  dengan  microsite  2.  Kemungkinan  hal  ini
disebabkan  oleh  adanya  faktor  perlakuan  tambahan  atau  lainnya  yang  diberikan oleh  petani  pada  klon-klon  tersebut.  Pada  microsite  3  terlihat  bahwa  sebagian
besar lahan percobaan bersih dari rumput atau gulma, tanah pada bagian pangkal batang  digemburkan,  dan  pada  beberapa  klon  ditaburi  dengan  arang.  Dengan
adanya penambahan arang ke dalam tanah ini, dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman,  daya  simpan,  dan  ketersediaan  hara  yang  lebih  tinggi.  Hal  ini
berhubunggan  dengan  meningkatnya  kapasitas  tukar  kation,  luasan  permukaan, serta penamahan unsur hara secara langsung oleh arang Glaser et al. 2002 dalam
Siregar  2002.  Arang  juga  dapat  meningkatkan  kandungan  bahan  organik  tanah dan  kesuburan  tanah  Khisitomo  et  al.  1985  dalam  Siregar  2002.  Chidumayo
1994 dalam Siregar 2002 melaporkan bahwa pada umumnya tinggi pucuk akan meningkat  24  dan  produksi  biomassa  meningkat  13  setelah pemberian  arang
pada tanah alfisol dan ultisol. Pada    microsite  2  dan  1,  sebagian  besar  lahan  percobaan  tidak  mendapatkan
perlakuan  seperti  penggemburan  tanah  dan  penaburan  arang  seperti  pada microsite
3. Namun, pada microsite 2 dan 1 lahan percobaannya cukup bersih dari rumput  atau  gulma.  Sedangkan  pada  microsite  4,  rumput  atau  gulma  cenderung
banyak  dan  tidak  digarap  dengan  baik  oleh  petani.  Apabila  dilihat  kesuburan lahannya data disajikan pada Lampiran 6, microsite 4 merupakan microsite yang
memiliki nilai porositas, unsur N, P dan K yang paling rendah. Peranan  pemuliaan  hanya  akan  efektif  jika  ada  kombinasi  yang  konsisten
antara  tindakan  silvikultur  dan  tanpa  adanya  tindakan  silvikulur  yang berkelanjutan, potensial genetik yang dimiliki tidak akan diwujudkan  Zobel dan
Talbert  1984;  Griffin  20 awal klon jati ini umur
dipengaruhi  oleh  lingk Gambar  4  dapat  dilihat
paling rendah. Variabel yakni microsite 2.
Gambar 4    Performa  pertu tinggi dan diam
Berdasarkan  nilai  r menyajikan  data  bahwa
tinggi  34  dan  pada  r Sedangkan pada variabe
dan pada klon terbaik k
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0
MS 1 D
ia m
et er
cm
50 100
150 200
MS 1 T
ing gi
c m
2001  dalam  Evan  dan  Turnbull  2004.  Pada  pe mur  6 bulan, variabel diameter merupakan sifat y
gkungan  19  dari  komponen  ragam  micros at  bahwa  pada  microsite  4,  pertambahan  diamete
el diameternya 31 lebih rendah daripada micros
ertumbuhan  lima  klon  terbaik  dari  setiap  microsite  b iameter
i  rata-ratanya  disajikan  pada  Lampiran  5,  pada wa  jika  dibandingkan  dengan  kontrol,  rata-rata
rata-rata  klon  terbaik  kode  klon  19  lebih  ti bel tinggi, rata-rata klon lebih besar 111 daripa
kode klon 24 lebih besar 169. Pada kedua var
MS 2 MS 3
MS 4
MS 2 MS 3
MS 4
pertumbuhan yang paling
rosite .  Pada
meter  klonnya rosite
terbaik
berdasarkan
a  Gambar  5 a  klon  lebih
tinggi  58. pada kontrol
ariabel, nilai
Klon 19 Klon 24
Klon 8 Klon 9
Klon 31
Klon 24 Klon 9
Klon 2 Klon 11
Klon 33
rata-rata  klon  terbaik  pada  kedua  variabel  jauh  lebih  besar  daripada  kontrol. Namun,  peringkat  klon  terbaik  ini  juga  belum  konsisten.  Pada  Gambar  4  dapat
dilihat bahwa klon terbaik dari variabel diameter kode klon 19  dan klon terbaik dari  variabel  tinggi    kode  klon  24  tidak  selalu  menempati  peringkat  pertama.
Berdasarkan  uji  Duncan  Lampiran  4,  klon  terbaik  19  dari  variabel  diameter dan  klon  terbaik  24  dari  variabel  tinggi  memiliki  pengelompokan  yang  tidak
berbeda nyata dengan beberapa klon lainnya. Dari pengelompokan ini, kemudian dibandingkan klon-klon yang terbaik dari segi variabel diameter dan tinggi. Klon
dengan kode 19, 24, 9, 23 dan 11 merupakan klon yang terbaik dari segi diameter dan tinggi.
Gambar 5  Performa pertumbuhan klon
Pada  umur  6  bulan,  karakter  morfologi  tidak  mempengaruhi  keragaan  klon JUN.  Pada  Gambar  6,  terlihat  bahwa  klon-klon  yang  memiliki  keragaan  terbaik
dari variabel tinggi dan diameter cenderung menyebar. Karakter morfologi daun yang  ditunjukkan  oleh  klon-klon  diatas  juga  dianggap  belum  stabil  karena
karakternya  terkadang  berbeda  antar  microsite  data  disajikan  pada  Lampiran  6. Menurut  UU  No.  29  tahun  2000  tentang  Perlindungan  Varietas  Tanaman,  suatu
varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang atau untuk yang diperbanyak melalui perbanyakan khusus
tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0
Rata-rata klon
n=2456 Rata-rata
klon terbaik
n=64 Rata-rata
kontrol n=54
D ia
m et
er cm
50 100
150 200
Rata-rata klon
n=2456 Rata-rata
klon terbaik
n=64 Rata-rata
kontrol n=54
T in
gg i
c m
Keterangan: =  Nomor lima klon terbaik dari variabel tinggi dan diameter
x  =  Nomor klon A-R  =  disajikan pada Lampiran 6
Gambar 6  Biplot morfogi daun 41 klon JUN
Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa seleksi yang akan dilakukan sebanyak 25  klon  dari  41  jumlah  klon  JUN.  Jumlah  klon  yang  diseleksi  ini  sesuai  dengan
jumlah  minimal Standar  Khusus  Sumber  Benih  untuk  Kebun  Benih  Klonal  pada Permenhut Nomor P.72Menhut-II2009 yakni jumlah klon minimal 25 pohon.
Pada  Tabel  11,  disajikan  data  estimasi  perolehan  genetik  genetic  gain  dan pendugaan  respon.  Perolehan  genetik  merupakan  penambahan  nilai  pada  sifat
yang dirancang dalam program pengembangbiakan dari satu generasi ke generasi berikutnya  Soekotjo  2009.  Pada  Tabel  11  disajikan  data  estimasi  perolehan
genetik  dari  masing-masing  microsite,  dimana  perolehan  genetik  dan  pendugaan respon untuk variabel daya sintas pada microsite 2 tidak dihitung karena tidak ada
nilai  repeatability-nya.  Ketika  dilakukan  seleksi  berdasarkan  variabel  diameter, respon  yang  dihasilkan  terhadap  tinggi  berkisar  16,88–20,06.  Sedangkan
apabila  dilakukan  seleksi  berdasarkan  kriteria  variabel  tinggi,  nilai  respon terhadap  diameter  berkisar  19,52–28,36.  Mempertimbangkan  besarnya  nilai
korelasi antara diameter dengan tinggi Tabel 8 dan besarnya nilai respon tinggi terhadap  diameter,  maka  dapat  direkomendasikan  untuk  melakukan  seleksi
menggunakan  variabel  tinggi.  Tingginya  nilai  korelasi  genetik  ini  menurut Siswamartana dan Wibowo 2005 bahwa korelasi genetik mengindikasikan klon
terbaik  yang  terpilih  berdasarkan  tinggi  akan  secara  langsung  mempengaruhi diameter. Selain itu, respon tinggi terhadap daya sintas menunjukkan respon yang
positif.
Tabel 11  Estimasi perolehan genetik dan pendugaan respon
Kriteria Seleksi
Microsite 1
Microsite 2
D T
DS D
T DS
D 0,31  16,03
0,37  19,27 0,13  6,76
0,21  11,13 0,32  16,88
- T
28,23  23,43  26,17  21,71 6,00  4,98
23,53  19,52 20,08  16,66
- DS
2,28  2,40 1,38  1,45
5,94  6,25 1,90  2,00
1,21  1,27 -
Microsite 3
Microsite 3
D 0,35  18,25
0,38  20,06 0,07  3,44
0,30  15,60 0,33  17,20  0,08  4,29
T 30,12  24,99  28,36  23,54
3,05  2,53 27,85  23,11
20,85  17,30  3,81  3,16 DS
2,43  2,56 1,44  1,51
1,53  1,61 2,25  2,36
1,23  1,30 2,39  2,52
Nilai pendugaan respon ditulis di dalam tanda kurung
4.4.Serangan Hama
Dewasa  ini,  telah  berkembang  teknik  silvikultur  intensif.    Teknik  silvikultur internsif  ini  memadukan  tiga  elemen  utama  silvikultur,  yaitu  i  spesies  target
yang  telah  dimuliakan,  ii  manipulasi  lingkungan,  dan  iii  pengendalian  hama terpadu Soekotjo 2009.
Di  lapangan  percobaan,  sering  dijumpai  adanya  gejala  dan  tanda  serangan hama  gambar  disajikan  pada  Lampiran  9.  Hal  ini  menurut  Sumantoro  2005
disebabkan  oleh  sifat  ketahanan  terhadap  gangguan  hama  dan  penyakit  tidak dimiliki  secara  mutlak  oleh  suatu  organisme,  karena  vitalitasnya  suatu  saat  akan
menurun  oleh  banyak  faktor.  Kehidupan  hama  dan  penyakit  ini  akan  sangat dipengaruhi  oleh  keadaan  lingkungan.  Apabila  keseimbangan  faktor  lingkugan
dapat  dipertahankan  secara  ideal,  maka  interaksi  antara  faktor-faktor  tersebut menghasilkan  ekosistem  yang  tidak  terganggu,  maka  gangguan  hama  dan
penyakit dapat ditekan secara minimum.
Gejala  dan  tanda  serangan  hama  kemudian  dibandingkan  dengan  tulisan Sumantoro 2005 yang mengacu pada buku Bosbeschadeging en Bosbescherming
in  Indonesie karya  Prof.  Dr.  H.  A.  J.  M.  Beekman  1947.  Pada  sebagian  besar
tanaman,  ditemukan  gejala  serangan  pada  daun  yang  menyebabkan  hilangnya daging  daun  dan  tulang  daun.  Gejala  serangan  ini  bisa  disebabkan  oleh  ulat
Hyblaea  puera ,    ulat  Pyrausta  machaeralis,  dan  Valanga  nigricornis  belalang
hutan.  Pada  beberapa  tanaman  juga  ditemukan  serangan  hama  rayap  ordo Isoptera,  penggerek  batang  atau  oleng-oleng  Duomitur  ceramicus,  dan  kutu
putih  atau  kutu  sisik    family  Coccidae,  ordo  Homoptera.  Sebagian  besar tanaman 2.399 individu terserang hama dengan tingkat serangan lemah. Jumlah
tanaman yang terserang dengan tingkat sedang juga cukup banyak 238 individu dan tanaman yang terserang dengan tingkat kuat cukup rendah 12 individu.
Gambar 7  Jumlah individu klon yang terserang hama Tabel 12  Analisis ragam serangan hama pada umur 6 bulan
Source DF
Type III SS Mean Square
F Value Pr  F
Ms 3
6,01 2,00
20,79 ,0001
Clone 41
6,04 0,15
1,53 0,0174
Msclone 123
13,16 0,11
1,11 0,1971
Error 2476
238,70 0,09
Pada  Tabel  12,  disajikan  bahwa  tingkat  serangan  hama  pada  sumber keragaman  microsite  sangat  nyata.  Pada  Tabel  13  disajikan  bahwa  pada  sumber
keragaman  microsite,  microsite  4  mendapatkan  tingkat  serangan  hama  yang paling  rendah  dan  microsite  1  mendapatkan  tingkat  serangan  hama  yang  paling
tinggi.
2.399
238 12
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
1 2
3 Jum
la h
Indi v
idu n
Skor
Tabel 13  Tingkat serangan hama pada setiap microsite
Microsite Mean
4 1,03
C
2 1,09
B
3 1,13
A
1 1,56
A
Nilai mean rata-rata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
V. KESIMPULAN DAN SARAN