HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Pertumbuhan Awal Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu hasil program pemuliaan pohon yang diharapkan adalah diperolehnya klon unggulan hasil uji klon. Menurut PT Setyamitra Bhaktipersada 2011a, JUN diproduksi dengan bioteknologi melalui pembiakan propagasi vegetatif kloning dengan stek pucuk dan dilakukan modifikasi sistem perakaran sehingga menghasilkan akar tunjang majemuk. Menurut Zobel dan Talbert 1984 Pembiakan vegetatif memiliki banyak manfaat pada bidang kehutanan yakni: i pengawetan genotipe dengan bank klon; ii multiplikasi pada genotipe yang diinginkan untuk penggunaan khusus seperti pada kebun benih; iii evaluasi genotipe dan interaksinya dengan lingkungan melalui uji klon; iv mendapatkan perolehan genetik yang maksimum ketika digunakan untuk regenerasi pada pengoperasionalan program penanaman. 4.1.Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Repeatability Sebagai uji lanjut terhadap klon JUN dilakukan penelitian dengan menggunakan materi dari hasil perbanyakan vegetatif stek pucuk. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pertambahan diameter individu klon ramet JUN pada umur 6 bulan tertinggi telah mencapai 4,02 cm. Demikian pula pada variabel tinggi, klon dengan pertambahan tinggi tertinggi individu klon ramet JUN telah mencapai ukuran 3,01 meter. Keragaan tanaman pada umur 6 bulan disajikan pada Lampiran 8. Pada Tabel 5 disajikan bahwa koefisien keragaman setiap variabel berkisar antara 6,55 sampai 54,35. Pada variabel diameter, koefisien keragamannya berkisar 33,54-37,18. Nilai koefisien keragaman ini memiliki kisaran lebih rendah dibanding yang dimiliki oleh variabel tinggi yakni 42,14-54,35. Daya sintas klon jati pada uji klon ini menunjukkan performa yang sangat baik yakni persentase rata-ratanya lebih dari 95. Rata-rata daya sintas yang tinggi ini menunjukkan kecenderungan adaptabilitas yang baik tanaman jati di Kabupaten Purwakarta Mahfuz et al. 2010. Menurut Na’iem 2004 dalam Mahfuz et al. 2010, rata-rata daya sintas yang bernilai 90 merupakan indikator yang baik dalam pertanaman uji. Tabel 5 Nilai rata-rata variabel pertumbuhan pada setiap microsite Microsite 1 Microsite 2 Mean Range CV Mean Range CV D cm 1,975 ±0,030 0,08-4,06 37,18 2,135±0,031 0,28-4,23 36,96 T cm 113,09±2,34 7,0-279,0 51,80 130,00±2,56 2,5-293,5 50,38 DS 99,23±0,02 0,00-100,00 17,86 99,69±0,01 0,00-100,00 13,04 Microsite 3 Microsite 4 D cm 2,134±0,029 0,37-4,00 34,96 1,41±0,019 0,13-2,58 33,54 T cm 123,15±2,01 5,0-249,0 42,14 114,56±2,45 2,0-301,0 54,35 DS 99,97±0,01 86,74-100,00 6,73 98,76±0,02 0,00-100,00 22,95 Pada Tabel 6 disajikan hasil perhitungan ANOVA pada klon jati pada umur 6 bulan nilai kuadrat harapan disajikan pada Lampiran 2. Pada variabel diameter dan tinggi, sumber variasi klon menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Sedangkan pada variabel daya sintas, sumber variasi klon menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini mengindikasikan adanya varisasi genetik antar klon Sofyan et al. 2011 Pada variabel daya sintas, interaksi micrositeklon pada umur 6 bulan belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Sedangkan pada variabel diameter dan tinggi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Interaksi antara klon dan lingkungan juga telah dilaporkan pada penelitian yang dilakukan Zhang et al. 2003 dan penelitian Yu dan Pulkkinen 2003. Hasil interaksi yang sangat nyata mengindikasikan bahwa hasil pertumbuhan tanaman bukan hasil kinerja dari klon atau genetik semata, namun merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungannya Kramer dan Kozlowski 1979 dalam Sofyan et al. 2011. Tabel 6 Analisis ragam, komponen ragam dan repeatability Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr F R Diameter 0,6199±0,0530 Ms 3 223,22 74,40 171,30 ,0001 19,12 Klon 41 94,90 2,31 5,33 ,0001 3,91 Ms klon 123 108,33 0,88 2,03 ,0001 4,84 Error 2411 1047,20 0,43 72,12 Tinggi 0,8015±0,0356 Ms 3 140754,88 46917,96 14,85 ,0001 1,79 Klon 41 781097,37 19051,16 6,03 ,0001 6,11 Ms klon 123 692206,69 5627,70 1,78 ,0001 4,47 Error 2407 7602390,37 3158,45 87,62 Daya Sintas 0,3633±0,0587 Ms 3 1,72 0,57 10,52 ,0001 5,44 Klon 41 3,26 0,08 1,46 0,0354 3,16 Ms klon 123 6,23 0,05 0,93 0,6804 ts -1,63 Error 493 26,80 0,05 93,04 = nyata pada taraf 5 = nyata pada taraf 1 ts = tidak nyata Hasil analisis pada Tabel 6 menunjukkan bahwa ragam klon memberikan sumbangan persentase yang kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umur 6 bulan, faktor genetik belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap parameter pertumbuhan. Pada penelitian ini, sumber keragaman eror untuk ketiga variabel cukup besar. Eror penelitian yang besar juga dilaporkan pada penelitian Yu dan Pulkkinen 2003. Pada penelitian pohon klon hibrid Populus spp. berumur 3 tahun ini dilaporkan bahwa komponen keragaman erornya berkisar 80. Hal ini disebabkan oleh adanya heterogenitas lingkungan tempat tumbuh. Konsistensi hasil uji klon ini dapat diketahui dari nilai repeatability-nya. Nilai repeatability untuk klon sebesar 0,4–0,6 dinyatakan sedang kurang dari 0,4 dan lebih dari 0,6 dinyatakan tinggi. Pada Tabel 8 disajikan taksiran repeatability diameter dan tinggi pada setiap microsite. Dari 4 microsite yang diteliti, nilai repeatability diameter 0,62 dan tinggi 0,80 dapat dinyatakan cukup tinggi. Pada Tabel 7 disajikan nilai taksiran repeatability diameter dan tinggi pada setiap microsite. Pada kedua variabel menunjukkan nilai repeatability yang bervariasi antar microsite. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan klon-klon yang diuji belum menunjukkan kekonsistenan. Nilai repeatability untuk daya sintas microsite 2 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dan eror sangat besar data disajikan pada Lampiran 3. Oleh karena itu, nilai repetability daya sintas tidak diestimasi Zhang et al. 2003. Tabel 7 Nilai repeatability per microsite Microsite R Diameter Tinggi Daya Sintas 1 0,6600±0,0532 0,7092±0,0485 0,7035±0,0485 2 0,4584±0,0610 0,5443±0,0599 - 3 0,7512±0,0446 0,7688±0,0423 0,1815±0,0807 4 0,6422±0,0544 0,5650±0,0589 0,2832±0,0702 Nilai taksiran repeatability ini memiliki kemungkinan untuk berubah dengan adanya pertambahan waktu. Merujuk pada penelitian Curnel et al. 2001 pada pohon ceri liar Prunus avium L. dilaporkan bahwa heritabilitas tinggi pohon pada umur 1 tahun 0,60 menurun pada umur 2 tahun 0,49 yang kemudian meningkat lagi pada umur 9 tahun 0,64. Hal disebabkan oleh adanya pengkondisian percobaan budidaya di laboratorium dan persemaian. Pengaruh ini kemudian menurun seiring dengan waktu dan kondisi hutan dimana efek genotipe menjadi predominan Curnel et al. 2001. Callister dan Collins 2008 melaporkan hasil uji progeni asal klon berumur 3,5 tahun yang memberikan gambaran nilai heritabilitas dalam arti luas sebesar H 2 = 0,37 untuk diameter dan H 2 = 0,28 untuk tinggi. 4.2.Korelasi antar Variabel Pertumbuhan Menurut White et al. 2009, ketika dua sifat yang berbeda pada suatu populasi diukur, memungkinkan adanya asosiasi atau korelasi keduanya. Suatu pengamatan korelasi fenotipik antara dua sifat kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan. Gambar 2 Kerangka penyebaran korelasi fenotipik Tabel 8 dan Gambar 2 menyajikan korelasi antar ketiga variabel. Korelasi fenotipik antara diameter dengan tinggi dapat dinyatakan cukup kuat 0,754. y = 0.433x + 79.03 R² = 0.014 50 100 150 200 250 300 350 50 100 T ing gi c m Daya sintas y = 0.007x + 1.201 R² = 0.026 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 50 100 D ia m et er cm Daya sintas y = 59.33x + 6.926 R² = 0.558 50 100 150 200 250 300 350 400 1 2 3 4 5 T ing gi cm Diameter cm Sedangkan korelasi fenotipik antara daya sintas dengan masing-masing diameter dan tinggi cukup lemah. Menurut White et al. 2009, korelasi fenotipik yang diamati antara dua sifat kemungkinan dipengaruhi oleh penyebab faktor genetik dan lingkungan. Oleh karena itu, korelasi genetik juga harus diestimasi. Seperti korelasi fenitipik untuk diameter dan tinggi, pada korelasi genetiknya juga positif dan korelasinya kuat 0,942. Tabel 8 Korelasi genetik di atas diagonal dan korelasi fenotipik di bawah diagonal Diameter Tinggi Daya Sintas Diameter 0,942 0,332 Tinggi 0,754 0,194 Daya Sintas 0,154 0,114 : tanda diagonal Pada korelasi genetik antar microsite disajikan pada Tabel 9, pada variabel diameter dan tinggi menunjukkan korelasi yang masih lemah. Sedangkan pada variabel daya sintas masih sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umur 6 bulan, ketiga variabel tersebut belum stabil sehingga belum bisa dilakukan seleksi. Tabel 9 Korelasi genetik antar microsite Microsite Korelasi Genetik Diameter Tinggi Daya Sintas Ms 1 Ms 2 0,643 0,679 - Ms 1 Ms 3 0,412 0,344 0,057 Ms 1 Ms 4 0,170 0,438 0,280 Ms 2 Ms 3 0,434 0,277 - Ms 2 Ms 4 0,398 0,382 - Ms 3 Ms 4 0,129 0,190 -0,237 Ms x Ms y : Variabel yang dibandingkan dari microsite x dan microsite y Menurut Williams et al. 2002, korelasi genetik digunakan untuk: i memprediksi respon pada saat panen untuk seleksi yang dilakukan pada pohon muda; ii membantu prediksi respon dari suatu sifat yang sulit diukur dibandingkan dengan sifat lain yang lebih mudah diukur; iii memprediksi respon terhadap seleksi di suatu lokasi dengan lokasi lainnya; iv indeks seleksi dibangun menggunakan korelasi genetik dan heritabilitas untuk memaksimalkan keunggulan dalam sifat-sifat tertentu yang dipilih pada waktu yang sama. 4.3.Implikasi pada Pemuliaan Pohon Nilai rataan pertambahan diameter dan tinggi, serta daya sintas pada keempat microsite percobaan disajikan pada Tabel 10. Dari variabel diameter dan tinggi, pertumbuhan terbaik ditunjukkan oleh klon yang ditanam pada microsite 2. Daya sintas terbaik berturut-turut terdapat pada microsite 3, 2, 1, dan 4. Daya sintas pada keempat microsite dapat dinyatakan cukup bagus karena memiliki daya sintas lebih dari 90. Tabel 10 Rangking microsite berdasarkan uji Duncan Diameter Tinggi Daya Sintas Microsite Mean cm Microsite Mean cm Microsite Mean 2 2,135 A 2 130,769 A 3 99,97 A 3 2,134 A 3 123,146 B 2 99,70 B 1 1,973 B 4 114,725 C 1 99,23 BC 4 1,415 C 1 113,092 C 4 98,76 C Nilai mean rata-rata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata Adanya variasi pertumbuhan tanaman ini selain dipengaruhi oleh jenis klon juga dipengaruhi oleh perbedaan faktor lingkungan tempat tumbuh seperti yang ada pada setiap microsite. Menurut Griffin 2001 dalam Evans dan Turnbull 2004, aplikasi penggunaan klon yang efektif membutuhkan diantaranya, i pemahaman interaksi antara genotipe, site, dan umur, ii komitmen untuk manajemen mutu melalui tindakan silvikultur. Gambar 3 Perbandingan diameter dan tinggi rata-rata Pada lahan percobaan, diberikan tindakan silvikultur yang berbeda pada setiap microsite . Berdasarkan uji Duncan Tabel 10, microsite 2 merupakan lokasi 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 Rata-rata microsite 2 Rata-rata keseluruhan D ia m et er c m 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 180.0 200.0 Rata-rata microsite 2 Rata-rata keseluruhan T ing gi cm terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan klon. Pada microsite 2, klon ditanam dengan jarak tanam 3 x 4 m serta diberi pupuk dasar 5 kg. Rata-rata pertambahan diameter pada microsite 2 ini yakni 2,13 cm untuk variabel diameter dan 130,00 cm untuk variabel tinggi. Pada Gambar 3, digambarkan nilai rata-rata diameter pada microsite 2 yang lebih tinggi 10,11 dari rata-rata diameter keseluruhan. Sedangkan nilai rata-rata tingginya lebih tinggi 7,29 dari rata-rata keseluruhan. Microsite terbaik berikutnya yakni microsite 3 jarak tanam 5 x 2 m dan pupuk dasar 3 kg. Pada variabel diameter, perbedaan yang tidak nyata ditunjukkan pada microsite 3 dengan microsite 2. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya faktor perlakuan tambahan atau lainnya yang diberikan oleh petani pada klon-klon tersebut. Pada microsite 3 terlihat bahwa sebagian besar lahan percobaan bersih dari rumput atau gulma, tanah pada bagian pangkal batang digemburkan, dan pada beberapa klon ditaburi dengan arang. Dengan adanya penambahan arang ke dalam tanah ini, dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, daya simpan, dan ketersediaan hara yang lebih tinggi. Hal ini berhubunggan dengan meningkatnya kapasitas tukar kation, luasan permukaan, serta penamahan unsur hara secara langsung oleh arang Glaser et al. 2002 dalam Siregar 2002. Arang juga dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan kesuburan tanah Khisitomo et al. 1985 dalam Siregar 2002. Chidumayo 1994 dalam Siregar 2002 melaporkan bahwa pada umumnya tinggi pucuk akan meningkat 24 dan produksi biomassa meningkat 13 setelah pemberian arang pada tanah alfisol dan ultisol. Pada microsite 2 dan 1, sebagian besar lahan percobaan tidak mendapatkan perlakuan seperti penggemburan tanah dan penaburan arang seperti pada microsite 3. Namun, pada microsite 2 dan 1 lahan percobaannya cukup bersih dari rumput atau gulma. Sedangkan pada microsite 4, rumput atau gulma cenderung banyak dan tidak digarap dengan baik oleh petani. Apabila dilihat kesuburan lahannya data disajikan pada Lampiran 6, microsite 4 merupakan microsite yang memiliki nilai porositas, unsur N, P dan K yang paling rendah. Peranan pemuliaan hanya akan efektif jika ada kombinasi yang konsisten antara tindakan silvikultur dan tanpa adanya tindakan silvikulur yang berkelanjutan, potensial genetik yang dimiliki tidak akan diwujudkan Zobel dan Talbert 1984; Griffin 20 awal klon jati ini umur dipengaruhi oleh lingk Gambar 4 dapat dilihat paling rendah. Variabel yakni microsite 2. Gambar 4 Performa pertu tinggi dan diam Berdasarkan nilai r menyajikan data bahwa tinggi 34 dan pada r Sedangkan pada variabe dan pada klon terbaik k 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 MS 1 D ia m et er cm 50 100 150 200 MS 1 T ing gi c m 2001 dalam Evan dan Turnbull 2004. Pada pe mur 6 bulan, variabel diameter merupakan sifat y gkungan 19 dari komponen ragam micros at bahwa pada microsite 4, pertambahan diamete el diameternya 31 lebih rendah daripada micros ertumbuhan lima klon terbaik dari setiap microsite b iameter i rata-ratanya disajikan pada Lampiran 5, pada wa jika dibandingkan dengan kontrol, rata-rata rata-rata klon terbaik kode klon 19 lebih ti bel tinggi, rata-rata klon lebih besar 111 daripa kode klon 24 lebih besar 169. Pada kedua var MS 2 MS 3 MS 4 MS 2 MS 3 MS 4 pertumbuhan yang paling rosite . Pada meter klonnya rosite terbaik berdasarkan a Gambar 5 a klon lebih tinggi 58. pada kontrol ariabel, nilai Klon 19 Klon 24 Klon 8 Klon 9 Klon 31 Klon 24 Klon 9 Klon 2 Klon 11 Klon 33 rata-rata klon terbaik pada kedua variabel jauh lebih besar daripada kontrol. Namun, peringkat klon terbaik ini juga belum konsisten. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa klon terbaik dari variabel diameter kode klon 19 dan klon terbaik dari variabel tinggi kode klon 24 tidak selalu menempati peringkat pertama. Berdasarkan uji Duncan Lampiran 4, klon terbaik 19 dari variabel diameter dan klon terbaik 24 dari variabel tinggi memiliki pengelompokan yang tidak berbeda nyata dengan beberapa klon lainnya. Dari pengelompokan ini, kemudian dibandingkan klon-klon yang terbaik dari segi variabel diameter dan tinggi. Klon dengan kode 19, 24, 9, 23 dan 11 merupakan klon yang terbaik dari segi diameter dan tinggi. Gambar 5 Performa pertumbuhan klon Pada umur 6 bulan, karakter morfologi tidak mempengaruhi keragaan klon JUN. Pada Gambar 6, terlihat bahwa klon-klon yang memiliki keragaan terbaik dari variabel tinggi dan diameter cenderung menyebar. Karakter morfologi daun yang ditunjukkan oleh klon-klon diatas juga dianggap belum stabil karena karakternya terkadang berbeda antar microsite data disajikan pada Lampiran 6. Menurut UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang atau untuk yang diperbanyak melalui perbanyakan khusus tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 Rata-rata klon n=2456 Rata-rata klon terbaik n=64 Rata-rata kontrol n=54 D ia m et er cm 50 100 150 200 Rata-rata klon n=2456 Rata-rata klon terbaik n=64 Rata-rata kontrol n=54 T in gg i c m Keterangan: = Nomor lima klon terbaik dari variabel tinggi dan diameter x = Nomor klon A-R = disajikan pada Lampiran 6 Gambar 6 Biplot morfogi daun 41 klon JUN Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa seleksi yang akan dilakukan sebanyak 25 klon dari 41 jumlah klon JUN. Jumlah klon yang diseleksi ini sesuai dengan jumlah minimal Standar Khusus Sumber Benih untuk Kebun Benih Klonal pada Permenhut Nomor P.72Menhut-II2009 yakni jumlah klon minimal 25 pohon. Pada Tabel 11, disajikan data estimasi perolehan genetik genetic gain dan pendugaan respon. Perolehan genetik merupakan penambahan nilai pada sifat yang dirancang dalam program pengembangbiakan dari satu generasi ke generasi berikutnya Soekotjo 2009. Pada Tabel 11 disajikan data estimasi perolehan genetik dari masing-masing microsite, dimana perolehan genetik dan pendugaan respon untuk variabel daya sintas pada microsite 2 tidak dihitung karena tidak ada nilai repeatability-nya. Ketika dilakukan seleksi berdasarkan variabel diameter, respon yang dihasilkan terhadap tinggi berkisar 16,88–20,06. Sedangkan apabila dilakukan seleksi berdasarkan kriteria variabel tinggi, nilai respon terhadap diameter berkisar 19,52–28,36. Mempertimbangkan besarnya nilai korelasi antara diameter dengan tinggi Tabel 8 dan besarnya nilai respon tinggi terhadap diameter, maka dapat direkomendasikan untuk melakukan seleksi menggunakan variabel tinggi. Tingginya nilai korelasi genetik ini menurut Siswamartana dan Wibowo 2005 bahwa korelasi genetik mengindikasikan klon terbaik yang terpilih berdasarkan tinggi akan secara langsung mempengaruhi diameter. Selain itu, respon tinggi terhadap daya sintas menunjukkan respon yang positif. Tabel 11 Estimasi perolehan genetik dan pendugaan respon Kriteria Seleksi Microsite 1 Microsite 2 D T DS D T DS D 0,31 16,03 0,37 19,27 0,13 6,76 0,21 11,13 0,32 16,88 - T 28,23 23,43 26,17 21,71 6,00 4,98 23,53 19,52 20,08 16,66 - DS 2,28 2,40 1,38 1,45 5,94 6,25 1,90 2,00 1,21 1,27 - Microsite 3 Microsite 3 D 0,35 18,25 0,38 20,06 0,07 3,44 0,30 15,60 0,33 17,20 0,08 4,29 T 30,12 24,99 28,36 23,54 3,05 2,53 27,85 23,11 20,85 17,30 3,81 3,16 DS 2,43 2,56 1,44 1,51 1,53 1,61 2,25 2,36 1,23 1,30 2,39 2,52 Nilai pendugaan respon ditulis di dalam tanda kurung 4.4.Serangan Hama Dewasa ini, telah berkembang teknik silvikultur intensif. Teknik silvikultur internsif ini memadukan tiga elemen utama silvikultur, yaitu i spesies target yang telah dimuliakan, ii manipulasi lingkungan, dan iii pengendalian hama terpadu Soekotjo 2009. Di lapangan percobaan, sering dijumpai adanya gejala dan tanda serangan hama gambar disajikan pada Lampiran 9. Hal ini menurut Sumantoro 2005 disebabkan oleh sifat ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit tidak dimiliki secara mutlak oleh suatu organisme, karena vitalitasnya suatu saat akan menurun oleh banyak faktor. Kehidupan hama dan penyakit ini akan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Apabila keseimbangan faktor lingkugan dapat dipertahankan secara ideal, maka interaksi antara faktor-faktor tersebut menghasilkan ekosistem yang tidak terganggu, maka gangguan hama dan penyakit dapat ditekan secara minimum. Gejala dan tanda serangan hama kemudian dibandingkan dengan tulisan Sumantoro 2005 yang mengacu pada buku Bosbeschadeging en Bosbescherming in Indonesie karya Prof. Dr. H. A. J. M. Beekman 1947. Pada sebagian besar tanaman, ditemukan gejala serangan pada daun yang menyebabkan hilangnya daging daun dan tulang daun. Gejala serangan ini bisa disebabkan oleh ulat Hyblaea puera , ulat Pyrausta machaeralis, dan Valanga nigricornis belalang hutan. Pada beberapa tanaman juga ditemukan serangan hama rayap ordo Isoptera, penggerek batang atau oleng-oleng Duomitur ceramicus, dan kutu putih atau kutu sisik family Coccidae, ordo Homoptera. Sebagian besar tanaman 2.399 individu terserang hama dengan tingkat serangan lemah. Jumlah tanaman yang terserang dengan tingkat sedang juga cukup banyak 238 individu dan tanaman yang terserang dengan tingkat kuat cukup rendah 12 individu. Gambar 7 Jumlah individu klon yang terserang hama Tabel 12 Analisis ragam serangan hama pada umur 6 bulan Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr F Ms 3 6,01 2,00 20,79 ,0001 Clone 41 6,04 0,15 1,53 0,0174 Msclone 123 13,16 0,11 1,11 0,1971 Error 2476 238,70 0,09 Pada Tabel 12, disajikan bahwa tingkat serangan hama pada sumber keragaman microsite sangat nyata. Pada Tabel 13 disajikan bahwa pada sumber keragaman microsite, microsite 4 mendapatkan tingkat serangan hama yang paling rendah dan microsite 1 mendapatkan tingkat serangan hama yang paling tinggi. 2.399 238 12 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 1 2 3 Jum la h Indi v idu n Skor Tabel 13 Tingkat serangan hama pada setiap microsite Microsite Mean 4 1,03 C 2 1,09 B 3 1,13 A 1 1,56 A Nilai mean rata-rata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

V. KESIMPULAN DAN SARAN