1. Sebagai bentuk kecintaannya kepada Kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun.
2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu Batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya Bangsa Indonesia yang telah turun temurun
diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia yang memang sudah diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009.
3. Jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan karena benca Gempa Bumi 2006 silam
dan juga tentunya menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar UKM yang membutuhkan pekerjaan.
Awalnya berdirinya Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang memang membawa ikon kedaerahan Bogor seperti kijang, kujang, bunga
teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang di launching oleh Walikota Bogor
sendiri. Setelah itu motif tersebut di patenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak
ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor. Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan
motif-motif yang membawa ikon Kota Bogor, salah satunya yang paling laris adalah motif Hujan Gerimis yang merupakan julukan Kota Bogor yaitu Kota
Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi pemsarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sudah
mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai mengenal keberadaan reputasi akan kekhasan dan kualitas Batik Bogor Tradisiku
menunjukkan eksistensinya di dunia batik, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja, tetapi Batik Bogor Tradisiku turut menopang mahakarya Batik
Indonesia.
4.2. Analisis Kelayakan Usaha
Dalam melakukan pengembangan usaha, Batik Bogor Tradisiku melakukan pengembangannya dengan meningkatkan jumlah produksi dan
meningkatkan pasar yang telah ada selama ini. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah selama ini jumlah produksi yang dilakukan oleh UKM sudah
mencapai titik optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dimiliki dan melakukan peramalan penjualan terhadap pengembangan produksi yang akan dilakukan berdasarkan deret waktu time series.
Perhitungan untuk mengetahui banyaknya kapasitas produksi optimum yang perlu dikembangkan oleh Batik Bogor Tradisiku dilakukan
menggunakan aplikasi Lindo dengan membuat model linear. Model linear dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3. Penentuan formulasi persamaan
linear tersebut berdasarkan margin laba, harga pokok produksi, modal, dan waktu pengerjaan sehingga menghasilkan formulasi yang disajikan pada
Lampiran 3. Berdasarkan dari data yang telah diolah, didapat kapasitas optimum produksi sebesar 34 unit per bulan untuk batik tulis, 242 unit per
bulan untuk batik cap, dan 325 unit per bulan untuk kain printing. Dapat dilihat pada Tabel 2 Kapasitas optimum produksi Batik Bogor Tradisiku.
Tabel 2. Kapasitas optimum produksi
Jenis Batik Kondisi Normal
unitbulan Kapasitas Optimum
unitbulan Penambahan
produksi unitbulan
Batik Tulis 34
34 Batik Cap
224 242
18 Kain Printing
325 325
Total 583
601 18
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum diperoleh bahwa hanya batik cap saja yang mengalami peningkatan produksi. Hal tersebut
dikarenakan dalam penentuan kapasitas optimum yang dilakukan pada tiga jenis batik yang berbeda terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perhitungan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah laba yang dihasilkan, harga pokok produksi, dan waktu pengerjaannya. Pada batik cap
akan lebih menguntungkan untuk ditingkatkan produksinya bila dilihat dari margin laba yang dihasilkan dengan waktu pengerjaannya yang tidak terlalu
lama bila dibandingkan dengan batik tulis yang memerlukan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya walaupun memiliki margin laba yang lebih
besar. Selain itu bila dilihat dari sisi penjualan, batik cap lebih banyak dipilih atau dibeli oleh konsumen dibandingkan dengan batik tulis.
Setelah dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi, diperlukannya peramalan penjualan pada batik cap agar dapat dilihat apakah
pasar dapat menyerap produksi batik cap yang bertambah dalam pengembangan usaha yang dilakukan UKM. Data yang dibutuhkan untuk
melakukan peramalam penjualan adalah data penjualan pada batik cap selama 48 bulan 4 tahun, Januari 2008-Desember 2011 dan menggunakan aplikasi
Minitab. Diperlukan uji stasioner terlebih dahulu untuk menentukan jenis peramalan yang tepat. Berdasarkan hasil yang telah diolah, data penjualan
Batik Cap menunjukkan tidak stasioner maka jenis peramalan yang tepat adalah Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double
Exponential Smoothing. Tidak stasioner dimaksud bahwa pada data menunjukkan adanya tren atau seasonal Santoso, 2009. Hasil dari uji
stasioner menggunakan aplikasi Minitab dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil peramalan dengan menggunakan ketiga metode Analisis Tren
Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing menunjukkan bahwa metode yang paling tepat adalah metode Analisis Tren
Linear karena metode ini menunjukkan tingkat kesalahan yang paling kecil. Metode peramalan yang tepat adalah yang memiliki tingkat kesalahan yang
paling kecil. Hasil tingkat kesalahan dari jenis peramalan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Lag A
u to
c o
rr e
la ti
o n
12 11
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
1,0 0,8
0,6 0,4
0,2 0,0
-0,2 -0,4
-0,6 -0,8
-1,0
Autocorrelation Function for SALES
w ith 5 significance limits for the autocorrelations
Gambar 4. Uji Stasioner dengan Autocorrelation
Tabel 3. Metode peramalan dan nilai kesalahan
Jenis Peramalan MAPE
MAD MSD
Analisis Tren Linear 103,95
59,47 6893,71
Analisis Tren Kuadratik 111,07
59,75 6407,91
Double Exponential Smoothing 105,23
59,60 7539,65
Berikut hasil analisis tren menggunakan metode analisis tren linear sehingga menghasilkan peramalan penjualan yang menggunakan aplikasi
minitab dapat dilihat pada Gambar 5.
I ndex S
A L
E S
60 54
48 42
36 30
24 18
12 6
1 400
300 200
100
Accuracy Measures MAPE
103,95 MAD
59,47 MSD
6893,71 Variable
Forecasts Actual
Fits
TREND ANALI SI S LI NEAR
Linear Trend Model Yt = 19.8014 + 5.28957 t
Gambar 5. Model Tren Linear Pada studi kelayakan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku
aspek yang perlu dikaji untuk menentukan bahwa usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan adalah dengan memperhatikan aspek
finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial.
4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku memiliki prospek
yang cukup potensial di daerah Bogor. Hal tersebut dididasarkan pada ketentuan Walikota Bogor yang mewajibkan kepada seluruh Dinas di
wilayah Bogor untuk mengenakan Batik Bogor pada hari-hari tertentu. Pada tahun 2011 sudah hampir semua dinas di wilayah Bogor memesan
Batik Bogor di Batik Bogor Tradisiku sehingga memiliki potensi untuk seluruh Dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor tersebut. Selain
itu, permintaan Batik Bogor untuk Dinas di Bogor berpotensi untuk naik karena setiap tahun Dinas selalu memesan Batik untuk seragam
yang mereka kenakan setiap minggunya. Tidak hanya itu saja, sekolah- sekolah di wilayah Bogor sudah ikut memesan batik Bogor.
Penjualan Batik Bogor sendiri menunjukkan tren yang cenderung meningkat tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2011 cenderung turun
tetapi meningkat kembali dengan peramalan yang telah dilakukan untuk satu tahun kedepan. Dengan mempertimbangkan peramalan yang
meningkat dan kapasitas optimum yang produksi, maka ditetapkan penjualan untuk tahun kedepan sebesar 7212 unit batiktahun dan
penjualan pakaian jadi serta seragam sebesar 4044 unittahun sehingga penjualan total sebesar 11256 unittahun.
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum bahwa kenaikan penjualan hanya terlihat pada penjualan Batik Cap saja
sehingga peramalan penjualan juga dilakukan untuk Batik Cap saja. Dapat dilihat perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum
produksi Batik Cap per bulan pada Tabel 4. Melihat dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa peramalan penjualan Batik Cap sebesar
3691 unitbulan. Dengan kapasitas sebesar 2904 dapat diasumsikan bahwa produksi sebesar 2904 dapat diserap oleh pasar seluruhnya.
Batik Bogor Tradisiku memiliki satu pesaing di industri Batik Bogor. Pesaingnya yaitu Batik Bogor Handayani Geulis yang baru
mulai merintis usahanya pada awal tahun 2012. Posisi Batik Bogor Tradisiku masih berada diatas pesaingnya dikarenakan Batik Bogor
Tradisiku sudah merintis usahanya lebih lama, yaitu sudah berjalan 4 tahun dan sudah memiliki banyak pelanggan sehingga cukup susah
pelanggan untuk beralih ke pesaingnya. Selain itu, Batik Bogor Tradisiku memiliki hubungan yang sangat baik dengan pelanggannya.
Dengan menambahkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pelanggan tidak akan mudah pelanggan berpaling ke tempat lain.
Tabel 4. Ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi batik cap
Tahun 2011 Ramalan Penjualan
Batik Cap unitbulan Kapasitas Optimum
Produksi Batik Cap unitbulan
Januari 278
242 Februari
284 242
Maret 289
242 April
294 242
Mei 300
242 Juni
305 242
Juli 310
242 Agustus
316 242
September 321
242 Oktober
326 242
November 331
242 Desember
337 242
Total 3691
2904
Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix 4P, yaitu Produk, Lokasi, Harga, dan Promosi menunjukkan produk yang
akan dipasarkan tersebut. Produk yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku adalah berupa batik tulis, batik cap, kain printing, batik dalam
bentuk pakaian jadi, dan seragam untuk siswa sekolah di wilayah Bogor dan sekitarnya. Lokasi Batik Bogor Tradisiku berada di Jalan Jalak No.
2 Tanah Sareal Bogor dekat dengan pusat kota Bogor sehingga konsumen mudah menjangkau dan fasilitas transportasi yang mudah
sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh konsumen. Harga yang ditawarkan untuk Batik Tulis antara Rp
450.000,00 hingga Rp 1.500.000,00, Batik Cap antara Rp 200.000,00 hingga Rp 400.000,00, kain printing antara Rp 65.000,00 hingga Rp
120.000,00, pakaian jadi sekitar Rp 160.000,00 hingga Rp 400.000,00, dan seragam Rp 39.000,00. Harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan
dalam pembuatan batik. Bentuk promosi yang dilakukan Batik Bogor Tradisiku adalah dengan mengikuti pameran yang ada di Bogor dan
juga diluar Bogor. Salah satu pameran yang selalu diikuti oleh Batik Bogor Tradisiku adalah Ina Craft, Batik Bogor Tradisiku selalu
mengikuti pameran ini setiap tahunnya. Selain itu, bentuk promosi lainnya adalah dengan membuat website Batik Bogor Tradisiku
sehingga tidak hanya penduduk lokal yang bisa memesan tetapi
penduduk nasional dapat memesan lewat website Batik Bogor Tradisiku. Word of mouth dan pamflet juga digunakan sebagai bentuk
promosi yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu, dari aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan Batik Bogor
Tradisiku layak untuk dijalankan. 4.2.2 Aspek Teknis
Aspek teknis dimaksudkan apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah lokasi usaha, kebutuhan bakan baku dan proses produksi.
1. Lokasi usaha Faktor lokasi merupakan faktor yang secara langsung
mempengaruhi kegiatan usaha karena lokasi usaha erat hubungannya dengan pemasran hasil produksi. Lokasi usaha Batik Bogor
Tradisiku berada di dua tempat, tempat produksi pertama yaitu terletak di Neglasari 1 RT 0304 No.69 Cibuluh Bogor Utara
sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 0402 Tanah Sareal Bogor. Tempat pertama merupakan tempat yang
hampir seluruh proses produksi dilakukan disini kecuali proses pembuatan batik tulis dan batik cap berada di tempat kedua yang
selanjutnya juga diproses di tempat pertama. Tempat kedua juga digunakan sebagai tempat pemasaran hasil produksi yang siap
dipasarkan. Tempat pertama cocok sebagai tempat produksi karena
lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk kota Bogor yang ramai sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan baik. Selain itu
yang lokasinya dekat dengan hutan, maka dapat mencari kayu bakar dengan mudah untuk tambahan bahan baku.
Awalnya tempat produksi batik bogor hanya di tempat pertama saja tetapi agar tempat pemasaran dapat mudah dijangkau oleh
konsumen di Bogor, yang sejak awal target utama pemasarannya adalah masyarakat Bogor, maka pemilik mulai mencari tempat yang
lebih tepat. Tempat kedua digunakan sebagai gallery dan proses pembuatan batik tulis dan cap agar selain membeli konsumen dapat
melihat proses produksi batik. Selain itu tempat pertama merupakan tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan
transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang
kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi.
2. Kebutuhan bahan baku dan proses produksi Bahan baku berasal dari beberapa tempat, ada dari Pekalongan
dan Bogor. Untuk pendistribusiannya dilakukan dengan sistem pemesanan dan dipaket dari Pekalongan ke Bogor untuk menghemat
biaya distribusi. Untuk pembelian bahan baku di Bogor dilakukan dengan sistem pembelian sendiri atau langsung ke tempat penjualan
karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat produksi. Bahan baku langsung dibeli di tempat yang kualitasnya lebih baik dari tempat
yang lain untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Berikut merupakan proses produksi kain batik yang merupakan
produk utama yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku. Tahapan proses produksi kain batik dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tahap Proses Produksi Kain Batik Membuat gambar
atau desain Menyanting
Memberi warna pencelupan atau
pencoletan Perebusan atau
pelodoran
a. Membuat gambar atau desain Proses pertama dalam membuat batik adalah membuat gambar
atau desain dari batik bogor sendiri dengan menggunakan pinsil, ini merupakan tahapan untuk batik tulis dan cap saja. Sedangkan
untuk kain printing tidak melewati tahapan ini. b. Menyanting
Proses kedua adalah menyanting atau menggambar dengan menggunkan malam untuk menutupi kain agar tidak terkena
warna saat proses pewarnaan. Batik tulis menggunakan canting tulis, batik cap menggunakan canting cap, sedangkan pada kain
printing tidak melewati tahapan ini. c. Memberi warna pencelupan atau pencoletan
Proses ketiga adalah memberi warna pada kain. Pada batik tulis dan cap proses pemberian warna adalah dengan mencelupkan
kain ke air yang sudah diberi pewarna selama waktu yang ditentukan. Pada kain printing proses pertama langsung pada
pemberian warna terhadap kain dengan menggunakan cetakan warna yang disebut plangkan. Sebenarnya proses printing sama
dengan proses menyablon hanya saja pada kain printing di usaha Batik Bogor Tradisiku menggunakan obat berkualitas yang baik.
Untuk batik tulis, cap, dan printing proses pewarnaan bisa dilakukan berkali-kali tergantung berapa warna yang digunakan.
Pada kain printing warna yang berbeda digunakan pada plangkan yang berbeda pula.
d. Perebusan atau pelodoran Proses terakhir adalah perebusan atau pelodoran malam yang
tercetak di kain. Proses ini dilakukan kepada ketiga macam batik yang diproduksi. Hanya saja pada obatnya saja yang berbeda
dalam setiap perlakuaan ketiga batik tersebut. Untuk batik tulis dan cap perebusan dilakukan biasa saja menggunakan air yang
sudah diberi obat lalu malam akan luntur secara perlahan. Sedangkan untuk kain printing setelah pemberian warna kain di
rebus di obat yang berbeda setelah itu diberi pelembut kain. Setelah direbus lalu kain di angin-anginkan atau dijemur.
Untuk proses produksi pakaian jadi dan seragam setelah membuat kain langsung dijait ke penjahit rekan dari usaha Batik
Bogor Tradisiku. Yang dimaksud rekan atau mitra usaha Batik Bogor Tradisiku adalah Batik Bogor Tradisiku melakukan kerjasama
dengan beberapa penjahit untuk membuat baju ke para penjahit tersebut. Tetapi Batik Bogor Tradisiku memiliki satu penjahit yang
stand by dan bekerja secara langsung dengan Batik Bogor Tradisiku hanya saja segala kebutuhan bahan baku jahitan langsung
dibebankan kepada penjahit sehingga pembayaran jahitan langsung diberikan kepada penjahit.
4.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum Setelah membahas aspek pasar dan pemasaran serta aspek teknis,
selanjutnya akan membahas aspek manajemen dan hukum. Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek manajemen dan hukum
meliputi masalah perizinan dan legalitas, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan tenaga kerja.
1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan,
kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki Kasmir dan Jakfar, 2003. Usaha Batik Bogor Tradisiku secara
resmi telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan TDP 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15
Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000.
Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP dengan nomor
51732PKBDIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri TDI dengan nomor 53403.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari
2009.
2. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibuat untuk menunjukkan kedudukan
struktural masing-masing individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka.
UKM Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan UKM
seperti kegiatan produksi, operasional, pemasaran, keuangan, dan SDM. Pada setiap kegiatan tersebut terdapat seorang supervisor yang
bertanggung jawab khusus untuk masing-masing kegiatan. Penanggung jawab produksi bertugas untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan
tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan. Penanggung jawab operasional bertanggung jawab dalam
kegiatan-kegiatan operasional Batik Bogor Tradisiku seperti dalam hal transportasi dan belanja bahan baku batik. Penanggung jawab
pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan produk batik baik itu pada galeri dan pameran. Penanggung jawab keuangan
bertanggung jawab atas pencatatan keuangan serta mengontrol arus kas UKM Batik Bogor Tradisiku, sedangkan penanggung jawab
SDM bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku.
Adapun struktur organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Struktur Organisasi Usaha Batik Bogor Tradisiku
Direktur Utama
Penang- gung
Jawab Operasi-
onal Penang-
gung Jawab
Produksi Penang-
gung Jawab
Pemasar- an
Penang- gung
Jawab Keuang-
an Penang-
gung Jawab
SDM
3. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam
menjalankan suatu usaha. Jumlah semua tenaga kerja yang ada di Batik Bogor Tradisiku berjumlah 22 orang. Jam kerja yang berlaku
bagi karyawan mulai dari jam 08.00 hingga 17.00 WIB atau sekitar 9 jam per hari. Pada awal pendirian tahun 2008, UKM Batik Tradisiku
Bogor hanya memiliki 8 karyawan yang terbagi ke beberapa pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dari awal usaha dapat dilihat pada
Lampiran 5 yang menyajikan kebutuhan fisik dari tahun 0 tahun 2008.
Sistem perekrutan tenaga kerja di Batik Bogor Tradisiku tidak rumit. Tingkat pendidikan yang dibutuhkan juga tidak ditetapkan
terlalu tinggi, tidak perlu juga mahir dalam membatik karena sebelumnya ada pelatihan terlebih dahulu dari Batik Bogor
Tradisiku. Tenaga kerja yang direkrut juga tidak jauh dari orang sudah dikenal oleh pemilik sehingga pemilik dapat mengontrol
karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Dengan sistem seperti itu pemilik memiliki tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik.
Sistem pemberian gaji yang diterapkan di usaha Batik Bogor Tradisiku adalah sistem bulanan dan sistem upah jika adanya kerja
tambahan seperti menjaga pameran. Karyawan hanya mendapatkan libur seminggu sekali atau tergantung pesanan yang diterima. Selain
itu karyawan diperbolehkan untuk meminta kasbon untuk keperluan mendadak dan mendapatkan bonus tambahan untuk tunjangan Hari
Raya Idul Fitri. 4.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
Pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan menunjukkan apa dampak yang diberikan usaha tersebut terhadap masyarakat pada
khususnya dan pemerintah pada umumnya. Bila ditinjau dari aspek ekonomi dampak yang diberikan usaha Batik Bogor Tradisiku akan
membuka peluang bertambahnya pendapatan bagi karyawan yang hampir sebagian karyawannya berasal dari Bogor dan pendapatan bagi
masyarakat sekitar tempat usaha. Selain itu bagi pemerintah, dampak yang dirasakan dari usaha Batik Bogor Tradisiku adalah memberikan
pemasukan bagi pemerintah dengan pembayaran pajak yang dibayarkan Batik Bogor Tradisiku.
Ditinjau dari aspek sosial dampak yang diberikan Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat
sekitar sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran walaupun dalam jumlah kecil. Selain itu tersedianya
sarana dan prasarana berupa jalanan dan listrik bagi daerah sekitar tempat usaha.
Bila dilihat dari aspek lingkungan, usaha Batik Bogor Tradisiku memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dan dampak yang
ditimbulkan usaha tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari obat pewarna yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku ramah lingkungan karena
tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu pada usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dikatakan tidak menghasilkan limbah yang dapat
mengganggu lingkungan hanya kain hasil batik yang dapat diberikan atau dijual kembali kepada orang lain yang akan menghasilkan barang
lain. Oleh karena itu, dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan.
4.2.5 Aspek Finansial Analisis aspek keuangan diteliti untuk menentukan rencana
investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan Umar,
2009. Penentuan layaknya suatu bisnis dapat dilihat dari beberapa kriteria. Pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku
dilihat dari aspek finansial terdiri dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya operasional, modal dan penerimaan, analisis
kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria investasi dilakukan dari awal usaha didirikan
yaitu tahun 2008. Tahun persiapan tahun 0 adalah tahun 2008 dan tahun pengembangan usaha tahun 4. Hal tersebut dilakukan karena
pengembangan yang dilakukan UKM Batik Tradisiku Bogor berupa peningkatan produksi dengan melihat kapasitas optimum yang dapat
dipenuhi dari sumber daya yang ada. Sehingga tidak memerlukan investasi berupa mesin atau peralatan lainnya dalam pengembangan
yang dilakukan. 1. Rencana Kebutuhan Fisik
Rencana kebutuhan fisik pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan perencanaan kebutuhan fisik yang
dibutuhkan oleh usaha tersebut. Kebutuhan fisik ini berupa kebutuhan bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan baku
produksi, dan tenaga kerja. Dalam pengembangan kelayakan usaha ini yang meningkat adalah bahan baku dan peralatan yang
dibutuhkan dalam peningkatan produksi usaha tersebut. Peningkatan bahan baku hanya terjadi pada bahan baku produksi kain batik cap
karena pada peningkatan kapasitas optimum yang meningkat hanya pada batik cap saja.
Bahan baku yang meningkat adalah bahan baku pada aktivitas produksi batik cap berupa kain prima, malam cap, obat pewarna cap,
soda ash, minyak tanah, gas kecil, blue gas, dan kayu bakar. Untuk peralatan yang meningkat adalah pada canting cap saja karena
adanya peningkatan pada produksi batik cap juga. Tetapi pengembangan usaha ini tidak menyebabkan pertambahan tenaga
kerja. Hal tersebut didasarkan pada pengoptimalan sumber daya yang dimiliki usaha tersebut. Rincian kebutuhan fisik dapat dilihat
pada Lampiran 5 dan 12. 2. Rencana Anggaran Biaya RAB
Rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan seluruh biaya yang diperlukan dalam
pengembangan usaha ini. Rencana anggaran ini merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang telah
direncanakan. Biaya-biaya yang termasuk dalam dalam rencana anggaran biaya adalah biaya bangunan, peralatan dan perlengkapan,
bahan baku, lain-lain, serta tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Pada pengembangan usaha ini, rencana anggaran biaya
yang diperlukan adalah biaya peralatan dan perlengkapan, biaya bahan baku, biaya lain-lain, serta biaya upah tenaga kerja dan bonus.
Ringkasan rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 5. Rencana anggaran biaya
lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 13.
Tabel 5. Rencana anggaran biaya pada Batik Bogor Tradisiku
Item Kondisi Normal
Rp Kondisi
Pengembangan Rp
Biaya Peralatan dan Perlengkapan
5.100.000 15.100.000
Biaya Bahan Baku Produksi 490.461.000
612.890.000 Biaya Lain-lain
155.471.000 196.732.000
Biaya Upah tenaga kerja dan Bonus
302.564.000 318.776.000
Total 953.596.000
1.143.497.000
3. Biaya Operasional Biaya operasional dalam pengembangan usaha Batik Bogor
Tradisiku terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variabel cost. Biaya operasional yang dibutuhkan dalam
pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar Rp
1.281.218.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp
1.101.317.000,00. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik
turunnya produksi yang dihasilkan Ibrahim, 2003. Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tetap adalah biaya gaji
tetap, biaya transportasi, biaya pemasaran, biaya listrik, biaya konsumsi, biaya ATK, biaya kebutuhan workshop, biaya pameran,
dan biaya bunga pinjaman. Biaya Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang
dihasilkan Ibrahim, 2003. Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tidak tetap adalah biaya bahan baku, biaya upah
tenaga kerja penjahit dan bonus. Ringkasan biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat
dilihat pada Tabel 6. Biaya operasional yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 15.
Tabel 6. Biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku
Biaya Operasional Kondisi Normal
Rp Kondisi
Pengembangan Rp
Biaya tetap 529.361.000
586.096.000 Biaya variabel
571.956.000 695.122.000
Total 1.101.317.000
1.281.218.000
4. Modal dan Penerimaan Modal merupakan keseluruhan modal yang diperlukan untuk
membangun dan menjalankan usaha. Modal awal yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku murni dari uang pemiliknya. Tetapi pada
pertengahan Batik Bogor Tradisiku meminjam pada Bank BRI Syariah. Pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku tidak
diperlukan modal awal karena pengembangan pada usaha ini hanya penambahan produksi pada kapasitas optimal dari sumber daya yang
sudah dimiliki. Penerimaan merupakan komponen pemasukan dalam usaha.
Komponen pemasukan pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari hasil penjualan hasil produksi dan nilai sisa.
Nilai sisa merupakan nilai barang yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Total penjualan dari kelima produk yang dipasarkan
pada kondisi pengembangan usaha adalah sebesar Rp 1.649.412.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp
1.232.375.000,00. Jumlah penerimaan pada pengembangan usaha ini relatif sama untuk beberapa tahun kedepan, hanya saja dibedakan
dari nilai akhir dari barang-barang. 5. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi merupakan penilaian pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, apakah pengembangan
usaha layak untuk dijalankan. Analisis kriteria investasi
memperhitungkan nilai waktu uang atau time value of money. Adapun kriteria yang digunakan sebagai penilaian terhadap
pengembangan kelayakan usaha ini adalah Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Gross
Benefit Cost Ratio Gross BC, Payback Period PBP, dan Profitability Index PI. Hasil perhitungan dari analisis kriteria
investasi dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 16.
Tabel 7. Perbandingan kriteria investasi pada kondisi normal dan kondisi pengembangan usaha Batik Bogor
Tradisiku
Kriteria Investasi Kondisi Normal
Kondisi Pengembangan
Net Present Value NPV
Rp 222.947.000 Rp 778.901.000
Internal Rate Return IRR
23,9 41,97
Net Benefit Cost Ratio Net BC
1,804 3,729
Gross Benefit Cost Ratio Gross BC
1,057 1,174
Payback Period PBP 4 thn 11 bln 22 hari
3 thn 9 bln 0 hari Profitability Index PI
2,774 6,341
a. Net Present Value NPV Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih
antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih aliran kas operasional
maupun aliran kas terminal di masa yang akan datang Umar,2009. Nilai NPV pada pengembangan sebesar Rp
778.901
.000,00 dan pada kondisi normal sebesar
Rp
222.947
.000,00. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur usaha yang telah ditentukan dengan
tingkat bunga sebesar 12. Ketentuan suku bunga didasarkan pada bunga pinjaman BRI Syariah sebesar 12. Makin tinggi
nilai NPV maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan
karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada nol NPV0, sesuai dengan syarat.
b. Internal Rate Return IRR
Internal Rate Return merupakan tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan. Nilai IRR pada pengembangan
usaha Batik Bogor Tradisiku adalah 41,97 dan pada kondisi normal sebesar 23,9. Angka ini lebih besar dari tingkat suku
bunga pinjaman sebesar 12 yang berarti modal yang ditanamkan usaha tersebut memiliki tingkat pengembalian yang
menguntungkan dibandingkan melakukan investasi di Bank. Semakin tinggi nilai IRR maka semakin layak usaha dijalankan.
Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena IRR yang dihasilkan lebih besar dari suku
bunga pinjaman 12 IRRdiscount rate, sesuai dengan syarat. c. Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net BC merupakan merupakan perbandingan antara present value kas masuk dengan present value kas keluar. Nilai Net BC
pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 3,729 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,804. Nilai ini berarti
perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar
nilai Net BC maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan
karena Net BC yang dihasilkan lebih besar dari satu Net BC1, sesuai dengan syarat.
d. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Gross BC merupakan present value manfaat kotor dengan
present value biaya kotor. Nilai Gross BC pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 1,174 sedangkan pada
kondisi normal sebesar 1,057. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan kotor dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Gross BC maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini
menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan
karena Gross BC yang dihasilkan lebih besar dari satu Gross BC1, sesuai dengan syarat.
e. Payback Period PBP Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi initial cash investment dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain PBP mengukur
seberapa cepat investasi yang ditanamkan dapat kembali. Dapat dilihat dari hasil pengolahan menunjukkan bahwa PBP pada
pengembangan usaha selama 3 tahun 9 bulan sedangkan pada kondisi normal selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Semakin cepat
pengembaliannya maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak
dijalankan karena PBP yang dihasilkan lebih kecil dari periode maksimum PBP periode maksimum, sesuai dengan syarat.
f. Profitability Index PI Dari hasil perhitungan pengembangan usaha Batik Bogor
Tradisiku sebesar 6,341 sedangkan pada kondisi normal sebesar 2,774. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih
besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan
usaha layak dijalankan karena PI yang dihasilkan lebih besar dari satu PI 1, sesuai dengan syarat.
6. Analisis Sesitivitas Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui perubahan
hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu
dilakukan. Dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku analisis yang dilakukan menggunakan metode switching value, yaitu
mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi yang terjadi.
Alasan menggunakan tingkat inflasi dikarenakan dengan berubahnya tingkat inflasi dapat menyebabkan beberapa komponen
biaya juga berubah sehingga dapat dianalisis seberapa besar inflasi maksimum yang dapat diterima perusahaan. Dari hasil perhitungan
pengembangan usaha ditunjukan bahwa tingkat inflasi yang dapat ditolerir oleh usaha ini sebesar 23,29 persen dan saat kondisi normal
tingkat inflasi yang dapat ditolerir adalah sebesar 18,12 persen. Apabila angka inflasi melebihi 23,29 persen pada saat
pengembangan dan melebihi 18,12 persen pada saat kondisi normal maka usaha Batik Bogor Tradisiku tidak layak dijalankan karena
NPV yang negatif. Perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode Switching Value dapat dilihat pada Lampiran
11 dan 17. Hasil rekapitulasi analisis aspek finansial pada kondisi normal
dan pengembangan usaha menggunakan kriteria invesatasi dapat dilihat pada Tabel 8 dan analisis aspek finansial pada kondisi normal
dan pengembangan usaha menggunakan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 8. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria
investasi
Ringkasan Rencana Anggaran Biaya RAB No.
Item Kondisi Normal
Rp Kondisi
Pengembangan Rp
1 Biaya Peralatan dan
Perlengkapan 5.100.000
15.100.000 2
Biaya Bahan Baku Produksi
490.461.000 612.890.000
3 Biaya Lain-lain
155.471.000 196.732.000
4 Biaya Upah tenaga
kerja dan Bonus 302.564.000
318.776.000
Total 953.596.000
1.143.497.000
Ringkasan Biaya Operasional No.
Biaya Operasional Kondisi Normal
Rp Kondisi
Pengembangan Rp
1 Biaya Tetap
529.361.000 586.096.000
2 Biaya Variabel
571.956.000 695.122.000
Total 1.101.317.000
1.281.218.000
Ringkasan Penerimaan No.
Item Kondisi Normal
Rp Kondisi
Pengembangan Rp
1 Hasil Penjualannilai
sisa 1.232.375.000
1.649.412.000 Ringkasan Analisis Kriteria Investasi
No. Item
Kondisi Normal Kondisi
Pengembangan 1
Net Present Value NPV
Rp 222.947.000 Rp 778.901.000
2 Internal Rate Return
IRR 23,9
41,97 3
Net Benefit Cost Ratio Net BC
1,804 3,729
4 Gross Benefit Cost
Ratio Gross BC 1,057
1,174 5
Payback Period PBP 4 thn 11 bln 22 hari
3 thn 9 bln 0 hari 6
Profitability Index PI 2,774
6,341
Tabel 9. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis
sensitivitas
Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Normal
No. Item
Tingkat Inflasi 15
20 1
NPV tahun 0 sampai tahun 5
210.561 228.552
11.846 25.590
55.028 83.434
61.840 20.012 71.219 31.261
54.510 18.869 55.037 20.425
46.851 15.443 44.495 14.583
166.430 82.485
Total 222.947 134.498
2 Net BC
1,804 0,602
Inflasi Maksimum
18,12 Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Pengembangan
No. Item
Tingkat Inflasi 15
20 25
1 NPV tahun 0
sampai tahun 5 210.561
228.552 246.543
11.846 25.590
38.520 63.050
90.771 116.692
61.840 20.012
11.398 170.380
105.383 69.202
148.370 84.999
52.931 138.092
74.750 45.570
121.277 60.977
35.416 110.632
52.242 29.417
258.431 130.636
84.752
Total 723.566
184.086 95.865
2 Net BC
3,535 1,534
0,768 Inflasi
Maksimum
23,29
4.3. Implikasi Manajerial