Lembang sebesar 5.92 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena bahan organik pada Andisol dapat dikomplek oleh mineral liat
alofan sehingga kadar bahan organik dapat dipertahankan. Hal ini juga dicirikan pula dengan warna tanah yang gelap.
Kadar N totalnya termasuk sedang yaitu sebesar 0.46, kadar P dengan
analisis P Bray I didapat sebesar 21.4 mg kg
-1
termasuk dalam kategori sangat tinggi. sedangkan hasil P
2
O
5
dengan menggunakan analisis P HCl 25 sebesar 23.65 mg kg
-1
termasuk dalam kategori tinggi. Adapun untuk kandungan basa- basa dapat dipertukarkan Ca termasuk dalam kategori rendah yaitu sebesar 4.12
cmol
+
kg
-1
termasuk kategori sedang yaitu sebesar 1.78 cmol
+
kg
-1
, K dalam kategori sedang yaitu sebesar 0.43 cmol
+
kg
-1
, Na dalam kategori rendah yaitu sebesar 0.29 cmol
+
kg
-1
, dan nilai Kapasitas Tukar Kation KTK termasuk tinggi yaitu sebesar 32.4 cmol
+
kg
-1
. Untuk unsur-unsur mikro seperti unsur aluminium Al, seng Zn, dan tembaga Cu pada tanah tidak terukur.
4.2 Karakteristik Kotoran Sapi yang Digunakan.
Kotoran sapi dianalisis untuk mengetahui sifat kimianya. Kadar air kotoran sapi didapat sebesar 26.1. Analisis C-organik dengan metode pengabuan kering
didapat nilai sebesar 32.3. Kadar abu yang juga diukur dengan metode pengabuan kering didapat sebesar 44.2. Analisis N-total dengan metode N-
Kjeldahl didapatkan hasil sebesar 0.74 atau 7400 mg kg
-1
. Analisis P total dari destruksi menggunakan asam-asam kuat HClO
4
dan HNO
3
didapatkan hasil sebesar 0.44. Untuk nisbah CN kotoran sapi didapatkan hasil sebesar 43.7.
Nisbah CN yang tinggi ini menunjukkan bahwa kotoran sapi yang digunakan belum matang.
4.3 Pengaruh Pemberian Kotoran Sapi pada Perubahan Kadar C-organik Andisol Lembang.
Hasil analisis pada Gambar 3 menunjukkan kadar C-organik yang dianalisis dengan metode Walkley and Black. Pada tiga minggu pertama, kadar C-organik
petak perlakuan kotoran sapi lebih tinggi dibandingkan petak kontrol namun pada minggu ke-4 kadar C-organik petak perlakuan kotoran sapi lebih rendah 0.45
dari petak kontrol. Memasuki minggu ke-6 dan ke-8 kadar C-organik petak perlakuan kotoran sapi meningkat lagi melebihi kadar C-organik pada petak
kontrol, kemudian menurun lagi pada minggu ke-10 dan ke-14, bahkan lebih rendah daripada petak kontrol.
Kadar C-organik baik pada petak kotoran sapi maupun kontrol mencapai kesetimbangan pada minggu ke-14. Perubahan kadar C-organik yang tidak linear
ini dapat disebabkan karena terjadi dekomposisi. Proses dekomposisi merupakan proses perombakan bahan organik menjadi CO
2
, H
2
O, dan senyawa organik baru lain Anwar dan Sudadi, 2007. Proses dekomposisi ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain suhu, tata udara tanah, dan pH Hardjowigeno, 2007. Dekomposisi akan cepat terjadi jika suhu tinggi, adanya udara yang cukup dalam
tanah, dan dalam pH yang tidak masam. Mikroorganisme yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik seperti Actinomycetes dapat berkembang baik
pada tanah dengan pH tanah agak masam hingga netral Hardjowigeno, 2007. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan kandungan C-organik
tanah pada minggu ke-1, 2, 3, 6, dan 8. Tetapi pada minggu ke-4, 10, dan 14 kadar C-organik pada petak kotoran sapi lebih rendah. Rendahnya kadar C-
organik pada minggu ke-4, 10, dan 14 ini diduga karena tingginya curah hujan di lapang data curah hujan disajikan di Tabel Lampiran 2, sehingga kemungkinan
gumpalan kotoran sapi pada petak perlakuan kotoran sapi yang belum tercampur sempurna dapat tercuci.
Gambar 3.
C-organik pada Petak Kontrol dan Petak Kotoran Sapi di Andisol Lembang selama 14 Minggu.
4.4 Pengaruh Pemberian Kotoran Sapi pada Perubahan Kadar Amonium dan Nitrat pada Andisol Lembang.