Kemampuan dekomposisi bahan organik tanah cukup mirip dengan tingkat mineralisasi N per unit dari total organik N yang ada pada tanah. bahan organik
tanah cukup stabil pada kurun waktu beberapa tahun Miranda et al., 2008. Proses pengomposan dan penyimpanan dari material organik dengan
nisbah CN yang rendah, akan mengurangi proses kemampuan dekomposisi. Tetapi hal itu sering tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan CN karena
kehilangan C dan N biasanya bersamaan dengan proses dekomposisi Gale et al., 2006.
2.4. Jagung Zea mays
Jagung termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledone, ordo Graminae, famili Graminaceae, genus Zea dan
spesies Zea mays Purwono dan Hartono, 2008. Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Daerah yang baik untuk sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis
atau tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 50˚ LU-40˚ LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85-200 mmbulan selama masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya adalah antara 27-32˚
C Purwono dan Hartono, 2008. Tanaman Jagung dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut dpl. Namun daerah dengan ketinggian optimum 0-600 m dpl paling baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung dengan curah hujan 85-200 mmbulan. Penanaman jagung baik dilakukan pada awal musim hujan atau menjelang musim kemarau
Badan Litbang Pertanian, 2009. Menurut Djaenudin 2000, persyaratan tanah untuk pertumbuhan tanaman
jagung yang optimal adalah tanah yang dalam solumnya, konsistensi gembur, permeabilitas sedang, drainase cepat dan baik, dan pada pH sekitar 5.8-7.8.
Jagung hibrida memberikan hasil sekitar 0.5 hingga 1 ton ha
-1
lebih tinggi dibandingkan dengan jagung bersari beras. Jagung sebagian besar ditanam di
lahan kering 79 dan sebagian lagi 25 di lahan sawah irigasi Puslitbangtan, 1992 dalam Puslittanak, 1997.
2.5. Persamaan First Order Kinetic
Penggambaran untuk kinetika mineralisasi N tanah berfokus pada penggunaan model-model persamaan first order Stanford dan Smith, 1972;
Lerch et al, 1992. Model-model first order ini didasarkan pada asumsi bahwa tingkat mineralisasi N sebanding dengan jumlah N tersedia, dengan persamaan
dNdt = -kNm dimana N adalah konsentrasi N tersedia, Nm adalah jumlah N yang berpotensi termineralisasi, k adalah konstanta kecepatan mineralisasi, dan t adalah
waktu. Model persamaan first order kinetic merupakan integral dari persamaan tersebut sehingga didapatkan persamaan untuk first order kinetic adalah N =
Nm1-exp
-kt
Lerch et al., 1992. Model persamaan first order kinetic digunakan untuk mengestimasi hasil
analisis N-tersedia. Neve dan Hofman 1996 menjelaskan bahwa bentuk dari kurva mineralisasi N dapat disimulasikan dengan kurva persamaan first order
kinetic yaitu dengan persamaan N = Nm 1-exp
-kt
dimana Nm merupakan potensial N yang dapat dimineralisasi, k adalah konstanta kecepatan mineralisasi,
dan t adalah waktu inkubasi.
III. BAHAN DAN METODE