2.3. Bahan Organik dan Pupuk organik
Bahan organik tanah merupakan hasil pelapukan sisa tanaman atau hewan yang bercampur dengan bahan mineral tanah. pembentukkannya dalam tanah
umumnya terjadi secara alami. Kadar bahan organik dalam tanah dengan mudah dapat berkurang karena proses-proses perombakan oleh jasad mikro tanah
Suhardjo, et al., 1993. Kandungan bahan organik berbeda-beda pada tanah yang berbeda. Tanah-
tanah di daerah pegunungan seperti Andisol dapat memiliki bahan organik lebih dari 5. Tanah yang bertekstur kasar dan sering digunakan untuk pertanian
intensif tanpa pengembalian cukup bahan organik dapat mengandung bahan organik kurang dari 1 sedangkan pada tanah gambut bahan organik yang ada
bisa sampai 100 Anwar dan Sudadi, 2007. Penambahan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos dapat
meningkatkan unsur tersedia bagi tanaman salah satunya unsur N. Penambahan pupuk organik dalam pengaruhnya untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara
memang lebih sedikit dibandingkan dengan penambahan pupuk anorganik, tetapi dapat lebih cepat terdekomposisi Widowati, 2007.
Kotoran sapi merupakan salah satu bentuk pupuk organik. Kotoran sapi yang diberikan ke dalam tanah mengalami dekomposisi yang berakhir dengan
mineralisasi dan terbentuknya bahan yang relatif resisten yaitu humus. Humus yang tersusun dari selulosa, lignin, dan protein mempunyai kandungan C-organik
umumnya sebesar 58 sehingga dapat dipahami bahwa pemberian kotoran sapi akan meningkatkan jumlah humus dalam tanah yang juga berarti meningkatkan C-
organik tanah Syukur dan Harsono, 2008. Peningkatan C-organik dalam tanah juga akan meningkatkan bahan organik tanah Brady, 1990.
Menurut Inoko 1982, beberapa komponen nitrogen dalam limbah hewan atau lumpur terurai dengan mudah. Simanjuntak 2005 menyatakan bahwa
kotoran sapi dapat memberikan energi bagi kehidupan mikroorganisme tanah, menambah inokulum ke dalam tanah, serta memperbaiki kondisi lingkungan
terutama aerasi dan kelembaban tanah. Kotoran sapi yang diberikan ke dalam tanah dengan nisbah CN30 segera diubah secara cepat oleh mikroorganisme
heterotropik seperti bakteri, fungi, dan aktinomycetes.
Kemampuan dekomposisi bahan organik tanah cukup mirip dengan tingkat mineralisasi N per unit dari total organik N yang ada pada tanah. bahan organik
tanah cukup stabil pada kurun waktu beberapa tahun Miranda et al., 2008. Proses pengomposan dan penyimpanan dari material organik dengan
nisbah CN yang rendah, akan mengurangi proses kemampuan dekomposisi. Tetapi hal itu sering tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan CN karena
kehilangan C dan N biasanya bersamaan dengan proses dekomposisi Gale et al., 2006.
2.4. Jagung Zea mays