2.5 Jenis Bambu yang Digunakan 2.5.1 Bambu Andong
Gigantochloa pseudoarundinacea Steud. Widjaja
Bambu andong memiliki nama lokal lain, yaitu bambu gombong, pring gombong, pring andong, pring surat Jawa, awi andong, awi gombong Sunda.
Bambu ini tersebar di seluruh pulau jawa, tumbuh di dataran rendah mencapai ketinggian 1500 m dpl dan tumbuh baik di daerah tropis yang lembab.
Rumpunnya simpodial, tegak, dan padat. Bambu andong dicirikan dengan rebungnya yang hijau dengan garis-garis kuning yang tertutup bulu coklat sampai
hitam, dan buluhnya lurus tinggi mencapai 7-30 m. Percabangan bambu andong terletak jauh di atas permukaan tanah, satu cabang lateral lebih besar daripada
cabang lainnya, dan ujungnya melengkung. Buluh mudanya tertutup bulu coklat, dan ketika tua gundul dan buluh menjadi hijau dengan garis kuning, ruas
panjangnya 40-45 cm kadang mencapai 60 cm, berdiameter 5-13 cm, tebal dinding mencapai 20 mm. Biasanya bambu andong banyak digunakan untuk
bahan bangunan, pipa air, dan alat musik tradisional. Perusahaan bambu telah menggunakannya sebagai bahan baku sumpit Widjaja 2001.
2.5.2 Bambu Betung Dendrocalamus asper Schult.f. Backer ex Heyne
Bambu betung mempunyai rumpun yang sedikit rapat. Tinggi buluhnya sampai 20 m dan berdiameter sampai 20 cm. Buku-bukunya sering mempunyai
akar-akar pendek yang menggerombol. Panjang ruas 40-60 cm, dinding buluh cukup tebal sekitar 1-1½ cm. Cabang-cabang yang bercabang lagi hanya terdapat
di buku-buku bagian atas. Cabang primer lebih besar dari cabang-cabang yang lain, dan sering dominan. Bambu ini dapat dijumpai dan tumbuh baik di tempat-
tempat mulai dari dataran rendah sampai daerah ketinggian 2000 m dpl. Jenis ini akan tumbuh dengan baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah yang
beriklim tidak terlalu kering. Selain untuk bahan bangunan, buluhnya sering dipakai untuk tempat
mengambil air, saluran air di desa-desa, penampung air aren yang disadap, dan untuk pipa penyuling air aren menjadi saguer atau sopi. Selain itu, buluhnya juga
dipakai untuk membuat dinding rumah yang dianyam atau dibelah. Baik juga untuk bahan anyaman misalnya keranjang, dan tempat makanan atau tempat beras
seperti yang terdapat di Sumatra Sastrapradja et al. 1980. Bambu betung mempunyai sifat fisik dan mekanik yang lebih baik daripada jenis bambu lainnya
sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi komponen struktural maupun sebagai bahan bangunan Surjokusumo dan Nugroho 1994.
2.5.3 Bambu Tali Gigantochloa apus J.A. J.H. Schultes Kurz
Bambu tali diduga berasal dari Burma dan sekarang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Umumnya bambu tali tumbuh di dataran rendah dan dapat
juga tumbuh dengan baik di daerah pegunungan sampai ketinggian 1.000 m dpl. Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai
tinggi 10-20
m, berwarna
hijau terang
sampai kekuning-kuningan.
Percabangannya tidak sama besar. Cabang primer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang berikutnya. Pada buku-bukunya tampak
adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang coklat kehitam- hitaman yang lekat.
Bambu tali paling banyak diusahakan orang sebagai tanaman pekarangan di desa-desa karena kegunaannya yang bermacam-macam, antara lain sebagai bahan
baku pokok dalam pembuatan kerajinan anyaman, baik yang berupa alat-alat rumah tangga maupun hiasan. Beberapa pembuat alat musik bambu ada juga yang
menggunakan bahan baku dari bambu jenis ini. Beberapa ahli pernah mencoba bambu ini untuk bahan baku pembuatan kertas tetapi hasilnya kurang memuaskan
sebab kertas yang dihasilkan tidak berwarna putih Sastrapradja et al. 1980.
2.6 Bambu Laminasi