BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu,
Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu, Laboratorium Biokomposit, dan Workshop Pengerjaan Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah gergaji mesin, pisau golok, cutter, mikroskop, komputer, software Motic Images Plus 2.0 ML, oven, desikator, kaliper,
timbangan, kempa, clamp, dan Universal Testing Machine UTM. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 3 jenis bambu, yaitu bambu
betung, bambu tali, dan bambu andong yang diperoleh dari pasaran dengan panjang ± 6 meter, serta perekat epoxy.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan Bahan
Bambu dikeringkan sampai kadar air kering udara ±
12. Kemudian bambu dipotong menjadi 3 bagian, yaitu bagian ujung, tengah, dan pangkal.
Masing-masing bagian dipotong buku dan ruasnya sepanjang 1,5 - 2 cm untuk pengamatan anatomi secara makroskopis. Selain itu, setiap bagian juga dipotong
dan dibelah sepanjang 30 cm untuk dibuat bambu laminasi, pengujian kekuatan lentur dan kekuatan tarik.
3.3.2 Pengukuran Dimensi
Sebelum dibelah, setiap ruas bambu diukur dimensinya panjang, diameter dalam, dan diameter luar sesuai dengan standar ISO: N22157-2004 Laboratory
Manual on Testing Methods for Determination of Physical and Mechanical Properties of Bamboo. Pengukuran panjang p dilakukan di empat tempat pada
masing-masing sampel, kemudian dirata-ratakan. Sedangkan diameter luar D dan dalam d dilakukan empat kali pada setiap sampel, dua kali pada masing-
masing ujung lalu nilainya dirata-ratakan. Diameter dalam diperoleh dari pengurangan diameter luar dengan dua kali tebalnya.
3.3.3 Anatomi Makroskopis
Bagian penampang lintang ruas dan buku disayat dengan cutter yang tajam dan diletakkan pada mikroskop. Sampel diamati dengan mikroskop perbesaran 10
kali, kemudian difoto dengan software Motic Images Plus 2.0 ML yang sudah terinstal di komputer. Ikatan pembuluh yang terdapat pada sampel dihitung
jumlahnya dan diukur diameternya. Perhitungan dilakukan di seluruh luas penampangnya, sedangkan pengukuran diameter hanya diambil sebanyak 40-50
dari jumlah ikatan pembuluh secara acak pada masing-masing luas penampang. Luas ikatan pembuluh dihitung dengan menggunakan rumus luas lingkaran,
kemudian proporsi luas distribusi ikatan pembuluh dihitung dengan cara menghitung luas total ikatan pembuluh dibagi dengan luas penampangnya.
3.3.4 Pengujian Sampel 3.3.4.1 Kekuatan Lentur
Sampel pengujian kekuatan lentur diambil dari batang tanpa buku dan batang dengan buku. Sampel yang digunakan adalah bilah yang mengandung kulit
dan matriks, berukuran panjang 30 cm dan lebar 2 cm, sedangkan tebalnya mengikuti tebal bambu. Ukuran tersebut dibuat berdasarkan ASTM D143-94 yang
dimodifikasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan UTM merk Instron dengan metode pembebanan satu titik one point loading seperti Gambar 2.
Gambar 2 Metode pembebanan satu titik.
Dari pengujian tersebut dapat ditentukan besarnya nilai lentur statis MOE dan MOR. Besarnya nilai lentur statis yang dihitung berdasarkan ASTM D143-
94:
MOR MOE
∆ ∆
Dimana: MOR = Modulus of Rupture kgcm
2
L = Jarak sangga cm MOE = Modulus of Elasticity kgcm
2
b = Lebar balok cm ∆
y = Lenturan yang timbul cm h = Tinggi balok cm
∆ P = Beban yang diberikan kg
Pmaks = Beban maksimal kg
3.3.4.2 Kekuatan Tarik
Pengujian dilakukan dengan menggunakan UTM merk Instron. Sampel pengujian kekuatan tarik dibuat dari dua batang bambu yang berbeda, yaitu batang
tanpa buku Gambar 3 dan batang yang terdapat buku Gambar 4. Ukuran sampel dibuat berdasarkan ASTM D 143-94 yang dimodifikasi.
Gambar 3 Pengujian kekuatan tarik tanpa buku.
Gambar 4 Pengujian kekuatan tarik dengan buku.
Batang tanpa buku dibuat menjadi 4 sampel, yaitu bilah yang terdapat kulit dan matriks a, sampel bagian luar b, sampel bagian pusat c, serta bagian dalam
d. Kemudian batang bambu yang terdapat buku hanya dibuat satu bilah yang terdapat kulit dan matriks. Semua bambu yang diuji dibuat menjadi ukuran
panjang 30 cm dan lebar 2 cm, sedangkan tebalnya mengikuti tebal bambu.
Gambar 5 Skema pembuatan sampel kekuatan lentur dan kekuatan tarik.
3.3.4.3 Kadar Air
Sampel pengujian kekuatan lentur dipotong bagian ujung-ujungnya menjadi ukuran panjang 2 cm dan lebar 2 cm, sedangkan tebalnya mengikuti tebal
bambu. Kemudian sampel ditimbang untuk mengetahui berat awalnya, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 103
± 2
o
C selama 24 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator selama ±5 menit, kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat kering tanurnya. Besarnya kadar air dihitung dengan menggunakan rumus:
KA BA BKT
BKT x 100
Dimana: KA = Kadar Air
BA = Berat Awal contoh uji gram BKT = Berat Kering Tanur contoh uji gram
3.3.4.4 Kerapatan dan Berat Jenis
Penentuan kerapatan dan berat jenis dilakukan dengan menggunakan contoh uji yang sama untuk penentuan kadar air. Kerapatan merupakan
perbandingan berat kering udara contoh uji dengan volume kering udaranya. Volume kering udara diperoleh dari ukuran dimensi panjang, lebar, dan tebal pada
saat kering udara. Sedangkan berat jenis adalah hasil dari perbandingan antara berat kering tanur dengan volume kering udara, yang kemudian dibagi dengan
kerapatan air.
ρ BJ
+ , -.
Dimana: ρ
= Kerapatan kayu gramcm
3
Bku = Berat kering udara gram Vku = Volume kering udara cm
3
BKT = Berat Kering Tanur gram ρ
air = Kerapatan air pada suhu 4
o
C 1 gramcm
3
3.3.5 Pembuatan Bambu Laminasi
Selain dibuat sampel untuk pengujian, bilah bambu tanpa buku juga dibuat untuk bambu laminasi dua lapis. Pembuatan bambu laminasi terdiri atas 3 bilah
bambu yang dibelah menjadi dua bagian, kemudian masing-masing bilah yang telah dibelah tersebut direkatkan pada bidang luar dengan luar tepi dengan tepi,
dalam dengan dalam, dan kombinasi keduanya Gambar 6. Laminasi bambu yang dibuat berukuran panjang 30 cm dan lebar 2 cm, sedangkan tebalnya mengikuti
tebal bambu. Kulit dan matriks yang terdapat di bagian dalam dibuang sebelum direkat dengan perekat epoxy.
Gambar 6 Posisi bidang rekat bambu laminasi.
3.3.6 Pengujian Bambu Laminasi