miokardial. Proteksi ini karena tetapnya aliran koroner karena oklusi subtotal, sirkulasi kolateral atau akibat myocardial preconditioning Birnbaum dkk, 2003;
Sucu dkk, 2004.
Gambar 2. EKG pasien STEMI tanpa distorsi QRS a dan c dan distorsi b dan d
2.4 Intervensi Koroner Perkutan primer IKPp
Terdapat dua terapi utama pada pasien dengan penyakit jantung koroner yaitu obat-obatan medikamentosa dan terapi intervensi dengan cara membuka pembuluh
darah koroner yang menyempit. Tujuan utama dalam memberi terapi pada pasien adalah untuk menghilangkan gejala seperti angina dan meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pada beberapa kasus, terapi intervensi tidak saja menunda atau menghentikan progesifitas penyakit, akan tetapi juga memperpanjang umur harapan hidup
Anderson dkk, 2007; Aroesti JM, 2006. Tindakan angioplasti pada pembuluh darah koroner pertama kali dilakukan
oleh Andreas Gruentzig pada tahun 1977 sebagai suatu tindakan non bedah untuk melakukan revaskularisasi pada arteri koroner. Pada dasarnya, tindakan ini
merupakan suatu prosedur mekanis yang menggunakan kateter dengan balon melalui
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah arteri femoralis atau radialis untuk melebarkan pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan, balon kemudian diinflasi untuk melebarkan
pembuluh darah. Laporan awal menyebutkan bahwa angioplasti dengan balon dapat mengurangi keparahan stenosis dan menghilangkan gejala angina akibat iskemik otot
miokard King dkk, 2008; Priori dkk, 2005. Hasil beberapa studi telah mengklarifikasi tindakan angioplasti dalam
efektifitas tindakan, komplikasi yang mungkin muncul, dan pemilihan pasien. Teknik yang digunakan juga telah berkembang dengan pesat dan adanya alat baru yang dapat
digunakan untuk mengganti balon. Teknik intervensi yang berkembang pesat ini berhubungan dengan penggunaan stent yaitu bare-metal stent BMS dan drug-eluting
stent DES, yang telah meningkatkan efektifitas dan keamanan tindakan revaskularisasi pada tindakan intervensi koroner King dkk, 2008; Priori dkk, 2005.
Keberhasilan alat ini stent menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan teknik intervensi perkutan koroner IKP dengan menggunakan stent lebih dari 70 kasus
dibandingkan dengan hanya dengan angioplasti saja kurang dari 30 kasus pada akhir tahun 1990-an. Lebih dari satu juta prosedur intervensi koroner perkutan IKP
telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir di Amerika Serikat, dan diperkirakan hampir dua juta prosedur telah dilakukan di seluruh dunia setiap tahunnya. Tingkat
keberhasilan prosedur IKP telah banyak diteliti dan dibandingkan dengan pilihan terapi infark miokard akut lainnya. Kepuasan hasil prosedur IKP yang berkualitas
disebabkan antara lain karena prosedur ini disukai oleh pasien dan prosedur yang dilakukan telah memiliki standar dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dan efek
samping yang rendah King dkk, 2008; Ardissino dkk, 2003; Priori dkk, 2005 . Terapi reperfusi dini merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk
mengembalikan aliran darah pembuluh darah arteri koroner yang tersumbat oleh trombus dalam waktu 12 jam sejak awal serangan. Pilihan terapi reperfusi dini
tersebut yaitu obat medikamentosa trombolitik dan intervensi perkutan koroner primer IKPp. Beberapa studi menunjukan bahwa angka keberhasilan reperfusi dini
dengan obat trombolitik berkisar 50-60 TIMI thrombolysis in myocardial infarction flow 3, sedangkan jika dilakukan dalam 4 jam pertama sejak pertama kali
Universitas Sumatera Utara
sakit dada dirasakan maka didapat 50-70 keberhasilan reperfusi Ramrakha P dkk, 2006. Jika terapi reperfusi dini dilakukan dengan tindakan IKPp angka keberhasilan
ini akan mencapai sebesar 90-95 reperfusi TIMI flow 3 Widimsky P dkk, 2007; Ramrakha P dkk, 2006. Tindakan IKPp yang dilakukan 6 jam dari pertama sakit
dada dirasakan dapat menyelamatkan 70-90 sel otot jantung, sedangkan jika dilakukan dalam rentang waktu 6-12 jam dapat menyelamatkan 50-60. Tindakan
IKPp akan memberikan mamfaat yang sangat maksimal jika dilakukan dalam 3 jam pertama keluhan sakit dada dirasakan. Jika prosedur IKPp dilakukan pada rentang
waktu 12 jam setelah serangan sakit dada pertama dirasakan, maka mayoritas sel otot jantung pada area yang tersumbat akan mengalami nekrosis, sehingga manfaat
tindakan menjadi sangat kecil Ramrakha P dkk, 2006. Tujuan dari tindakan IKPp adalah untuk membuka sumbatan trombus
sehingga aliran darah kembali lancar dalam rentang waktu 12 jam sejak keluhan sakit dada dirasakan Kalla K dkk, 2006; Cambou JP dkk, 2007; Keeley EC dkk,
2007. Hasil yang diharapkan dari tindakan IKPp pada pasien STEMI 12 jam adalah didapat rekanalisasi aliran darah arteri koroner epikardial makrovaskular dan
reperfusi miokardium mikrovaskular pada pembuluh darah infark culprit vessel. Prosedur IKPp dikatakan berhasil bila setelah tindakan mencapai TIMI flow 2-3
dengan residual stenosis 20 Ramrakha P dkk, 2006 ; Vlaar PJ dkk, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Teori Birnbaum dkk, 2003; Lee dkk, 2001