KEBEBASAN BEREKSPRESI

KEBEBASAN BEREKSPRESI

Tahun 2012 masih diwarnai dengan berbagai tindak intoleransi terhadap kelompok minoritas agama, sejumlah diantaranya berujung pada tindak kekerasan. Perempuan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari komunitas mengalami dampak berlapis akibat dari tindak intoleransi tersebut. Komnas Perempuan mengamati bahwa negara cenderung menyangkal adanya persoalan intoleransi, sehingga penanganan menjadi tidak efektif, bahkan terkesan membiarkan terus berlanjut dan berkembangnya tindak intoleransi. Sementara sejumlah banyak kasus penyerangan terhadap kelompok minoritas agama tidak diproses hukum secara tuntas dan akuntabel, melalui perangkat hukum negara justru mengkriminalisasi tokoh-tokoh dari komunitas yang diserang. Hal ini menunjukkan bahwa negara belum mampu menjamin, bahkan cenderung melalaikan tanggungjawabnya – dalam beberapa kasus, aktif melakukan tindak pelanggaran- atas hak warga negara atas kemerdekaan beragama dan berkeyakinan serta beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya itu.

Kekerasan Berulang terhadap Kelompok Syiah di Sampang

Pasca peristiwa pembakaran tiga rumah milik tokoh kelompok Syiah pada 29 Desember 2011, intimidasi dialami kelompok muslim Syiah di Dusun Nangkrenang, Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura sepanjang tahun 2012. Puncaknya, pada 26 Agustus 2012 pagi hari, terjadi serangan terhadap kelompok Syiah saat mereka berusaha melindungi anak-anak Syiah yang hendak berpergian untuk melanjutkan sekolah mereka di pesantren Syiah di luar Sampang. Serangan ini mengakibat satu orang meninggal dunia (Hamama, laki-laki, 50 Thn) 10 orang menderita luka kritis, serta puluhan orang mengalami luka-luka. Tercatat 49 rumah warga Syiah dirusak dan dibakar. Sebanyak 276 orang penganut Syiah yang terdiri dari anak-anak, perempuan dan lak-laki dewasa serta lansia mengungsi ke gedung olah raga (GOR) Sampang.

Ditenggarai bahwa pelaku serangan adalah sama dengan pelaku penyerangan sebelumnya. Untuk penanganan peristiwa 29 Desember 2011, Kepolisian Sampang telah membentuk 3 tim dan sudah menetapkan 1 orang tersangka dan kasus sudah P21. Persidangan pertama digelar pada 12 Maret 2012 di Pengadilan Negeri Sampang. Polisi juga menetapkan 1 orang tersangka lainnya, namun tidak ditahan. Pihak kepolisian juga tidak menahan individu-individu yang dikenali memimpin atau menyemangati serangan tersebut. Sebaliknya, Pengadilan Negeri Sampang melalui putusan No. 69/Pid.B/2012/ PN.Spg tertanggal 12 Juli 2012 memvonis Ustad Tajul Muluk, tokoh pimpinan Syiah Sampang, 2 (dua) tahun penjara karena dianggap terbukti “melakukan tindak pidana perbuatan yang pada pokoknya bersifat penodaan terhadap agama Islam.” Dalam putusan banding, Pengadilan Tinggi Jawa Timur memperberat menjadi empat tahun dalam berkas putusan No. 481/Pid/2012.PT Sby. 17 September 2012.

Untuk peristiwa tanggal 26 Agustus 2012, Penyidik Polda Jawa Timur telah menetapkan 8 (delapan) orang tersangka atas peristiwa tersebut, dan memeriksa 42 orang saksi. Namun demikian hanya 3 (tiga) orang tersangka yang telah diproses dan ditahan, salah satunya adalah Rois, saudara Tajul Muluk yang ditenggarai memimpin penyerangan. Ada pula sejumlah tersangka masih dalam pencarian penyidik. Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa 22 Januari 2013, memutuskan vonis 8 bulan

34 KOMNAS PEREMPUAN 34 34 34 AN AN AN KOMNAS PEREMPU KOMNAS PEREMPU KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 34 KOMNAS PEREMPUAN 34 34 34 AN AN AN KOMNAS PEREMPU KOMNAS PEREMPU KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

1 KUHP dan pasal 187 KUHP, yang secara terang-terangan dan bersama-sama melakukan perusakan terhadap rumah Tajul Muluk dan keluarganya.

Pembatasan Ibadat yang dialami Jemaat Gereja Kristen Yasmin, Bogor

Walaupun dari segi hukum, Mahkamah Agung RI telah menetapkan pembatalan Surat Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor di tahun 2010 yang mencabut izin pendirian rumah ibadah GKI Yasmin, namun penyegelan lokasi gereja Yasmin oleh Pemkot Bogor terus berlangsung hingga sekarang. Karenanya, jemaat GK Yasmin menjalankan ibadat di trotoar dengan setiap waktunya harus berhadapan dengan aksi kelompok yang menolak pendirian gereja Yasmin. Jemaat perempuan GK Yasmin menyampaikan bahwa setiap menjelang ibadat mereka mengalami ketakutan dan tidak tenang karena membayangkan akan menghadapi ancaman dan tekanan selama ibadat hari minggu. Selain mengurus advokasi status gereja, para perempuan juga berhadapan dengan situasi anak-anak mereka yang mengalami trauma karena sering menyaksikan kekerasan dan tekanan terhadap jemaat. Perempuan juga menyampaikan kesedihan mereka karena tidak dapat menjalankan ibadah sebagai keluarga utuh, sebab anak-anak tidak bisa beribadat bersama orang tuanya karena alasan keamanan.

Penyegelan dan Pelarangan Ibadah Gereja HKBP Filadelfia

Walaupun sejak Maret 2011 telah mengantongi putusan pengadilan Tata Usaha Negara untuk pencabutan SK Bupati yang menghalangi hak mendirikan rumah ibadah, Gereja Filadelfia beralamat

di Rt 01 Rw 09 Dusun III Kelurahan Jejalen Jaya, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat masih terus mengalami kesulitan menjalankan ibadah. Bahkan pembubaran paksa kegiatan ibadah berturut-turut terus terjadi, disertai dengan kekerasan dan intimidasi terhadap jemaat HKBP baik perempuan maupun anak-anak. Gangguan terhadap ibadah mingguan HKBP Filadelfia terus terjadi, misalnya pada tanggal 25 Maret 2012, massa yang membangkang pada keputusan pengadilan memasang pengeras suara dan musik dilokasi ibadah jemaat. Aparat pemerintahan setempat justru menguatkan intimidasi terhadap kelompok HKBP Filadelfia. Misalnya saja, pihak Kecamatan Tambun Bekasi seolah-olah mengajak berunding pihak HKBP Filadelpia, tanggal 30 Maret 2012, namun dalam pertemuan itu pihak HKBP Filadelfia mendapat tekanan untuk menandatangani kesepakatan agar mereka tidak lagi beribadah di lokasi gereja HKBP Filadelfia.

Aparat kepolisian yang bertugas di lapangan tidak tampak tanggap dalam menghadapi massa yang terus mengintimidasi, bahkan terkesan membiarkan. Kekerasan juga dialami oleh anggota masyarakat sipil yang hadir untuk menyatakan dukungannya bagi negara utuk menegakkan perlindungan bagi hak kebebasan beragama dan beribadat, serta kepada polisi. Komnas Perempuan mencatat dan menaruh perhatian serius pada intimidasi bernuansa seksual, termasuk ancaman perkosaan, yang diarahkan kepada perempuan dalam insiden tersebut.

Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Komunitas Ahmadiyah Tujuh Tahun Tinggal di Pengungsian

Serangan terhadap kelompok Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 menyisakan pengungsian warga Ahmadiyah dari Sumbawa di lokasi pengungsian Transito, Mataram. Sementara para penyerang tidak mendapat tindakan hukum karena belum diproses, para pengungsi dibiarkan

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

KOMNAS PEREMPUAN KOMNAS PEREMPUAN KOMNAS PEREMPUAN KOMNAS PEREMPUAN

Pemaksaan Pindah Agama dan Pelarangan Melakukan Perkawinan

Meski telah ada kebijakan Bupati Kuningan, Aang Hamid Suganda tahun 2012 yang membolehkan warga Ahmadiyah di Manis Lor untuk mendapatkan KTP, namun warga Ahmadiyah masih kesulitan untuk mencatatkan pernikahan. Sejak tahun 2000 hingga Maret 2012 terdapat 400 pasangan jemaat Ahmadiyah yang tidak bisa mencatatkan pernikahan mereka di KUA Kabupaten Kuningan. Untuk bisa mencatatkan pernikahan mereka terpaksa pindah penduduk ke daerah lain.

Agama Leluhur dan Penghayat

Diskriminasi terhadap penganut agama leluhur dan penghayat kepercayaan masih terjadi, diantaranya adalah hak untuk mendapatkan identitas kependudukan. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pasal 64 ayat 2, menyatakan bagi penghayat kepercayaan tetap dilayani dalam pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) namun untuk kolom agama dikosongkan, diberi tanda minus (-). Kesulitan mendapatkan KTP berakibat diskriminasi berlipatganda; perkawinan mereka tidak dapat dicatat, dan anak yang dilahirkan dari perkawinan berdasarkan agama leluhur/ penghayat dianggap tidak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya karena nama ayah tidak tercantum di akte kelahiran. Mereka juga sulit mengakses program pemerintah dengan identitasnya, seperti mendapat layanan kesehatan serta pengurusan perizinan pemakaman. Mereka tidak mendapatkan hak menjalankan kepercayaannya, sulit beribadah karena tidak dapat membangun rumah ibadah. Juga, tidak adanya materi pendidikan agama leluhur dan kepercayaan bagi anak-anak mereka di sekolah.

Komnas Perempuan menyatakan bahwa semua praktik di atas tidaklah sejalan dengan Pasal 29 ayat

2 Pasal 28E ayat 1 UUD 1945, yang menegaskan jaminan kemerdekaan beragama dan berkeyakinan dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu bagi semua warga negara. Juga, dengan Pasal 28I ayat 3 tentang identitas budaya dan masyarakat adat, serta Pasal 28I ayat 2 UUD 1945 tentang bebas dari diskriminasi. Karenanya, Komnas Perempuan merekomendasikan pemerintah melakukan perbaikan sistem pencatatan administrasi penduduk, termasuk pemutihan pencatatan perkawinan bagi para penganut agama leluhur/ penghayat yang telah dilakukan secara adat ataupun sesuai dengan kepercayaannya itu, sehingga dalam akta kelahiran anak penganut agama leluhur/penghayat dapat mencantumkan nama kedua orangtuanya, bukan hanya ibu.

Penyerangan Diskusi Irshad Mandji di Salihara dan LKIS Jogjakarta

Serangan dan pembubaran diskusi buku berjudul Allah, Liberty, and Love (IMAN, CINTA DAN KEBEBASAN) bersama sang penulis, Irshad Mandji, mencoreng kewibawaan hukum Indonesia. Serangan dan pembubaran ini terjadi di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada hari Jumat, 4 Mei 2012. Polisi yang membubarkan acara tersebut karena adanya intimidasi dari Front Pembela Islam (FPI). Juga, di Jogja atas intimidasi dari Majelis Mujahidin Indonesia, dan Gerakan Anti Maksiat.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PERBEDAAN SELF CONTROL PADA MAHASISWI YANG MEROKOK DI TERITORI PUBLIK DAN TERITORI PRIBADI

6 89 17

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK (Putusan Nomor 24/Pid.Sus/A/2012/PN.Pso)

7 78 16

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

5 65 215

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107