19 5.
Sa lesTota l Assets X
5
Sa les to Tota l Assets atau penjualan terhadap total asset merupakan rasio
yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai
rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan revenue. Semakin besar perputaran total aktiva
semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang
kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah: pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja
menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya.
2.1.5.2 Analisis Z-Score Model Springate
Model ini dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate. Dengan mengikuti prosedur yang dikembangkan Altman, Springate menggunakan
step – wise multiple discriminate analysis untuk memilih empat dari 19 rasio
keuangan yang popular sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona bangkrut atau zona aman. Model Springate merumuskan sebagai
berikut : S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Springate yaitu :
A =
Universitas Sumatera Utara
20 B =
� �
C = �
D = Model tersebut memiliki standar dimana :
1. Perusahaan yang mempunyai skor Z 0,862 diklasifikasikan sebagai
perusahaan sehat. 2.
Perusahaan yang mempunyai skor Z 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.
3. Nilai cut-off yang berlaku untuk model ini adalah 0,862. Model ini memiliki
akurasi 92,5.
2.1.5.3 Analisis Z-Score Model Zmijewski
Perluasan studi dalam prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Zmijewski pada tahun 1983 menambah validasi rasio keuangan sebagai alat deteksi
kegagalan keuangan perusahaan. Zmijewski melakukan studi dengan menelaah ulang studi bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua puluh tahun.
Rasio keuangan dipilih dari rasio-rasio keuangan penelitian terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 3573 perusahaan sehat
selama tahun 1972 sampai dengan tahun 1978, indikator F-test terhadap rasio- rasio kelompok, Rate of Return, liquidity, leverage, turnover, fixed payment
coverage, trends, firm size , dan stock return volatility, menunjukkan adanya
Universitas Sumatera Utara
21 perbedaan yang signifikan antara perusahaan yng sehat dan yang tidak sehat.
Dengan kriteria penilaian semakin besar nilai X maka semakin besar kemungkinan probabilitas perusahaan tersebut bangkrut. Model yang berhasil
dikembangkan yaitu Fanny dan Saputra, 2000:4 : X = -4,3
– 4,5X
1
+ 5,7X
2
– 0,004X
3
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Zmijewski yaitu :
X
1
= x 100
X
2
= x 100
X
3
= Dimana :
X
1
= Return On Asset atau Return On Investment X
2
= Debt Ratio X
3
= Current Ratio Model tersebut memiliki standar yaitu :
1. Cut-off
yang digunakan dalam model ini adalah 0 2.
Jika nilai Z positif maka perusahaan berpotensi bangkrut dan apabila negatif perusahaan berarti sehat.
3. Tingkat akurasi dari model Zmijewski adalah 94,9.
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam metode Z-Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski tidak
Universitas Sumatera Utara
22 hanya terfokus pada bagian-bagian keuangan perusahaan saja tetapi juga dapat
dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat mempengaruhi rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa implementasi metode Z-Score model
Altman, model Springate dan model Zmijewski pada sebuah perusahaan di samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan
mengarahkan perusahaan
yang sedang
mengalami masalah
dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas,
dan aktivitas perusahaan. Metode Z-Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski
pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah
keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah daripada yang
dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu. Hal yang menarik mengenai metode analisis Z-
Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski adalah keandalannya
sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tetapi bila nilai Z mulai turun dengan
tajam, perusahaan harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya.
Pengamatan dimulai dengan menghitung nilai Z dari periode-periode sebelumnya dan dibandingkan dengan nilai Z sekarang. Bila kecendrungan
menurun, cobalah pahami apa yang telah berubah sehingga menghasilkan rasio-
Universitas Sumatera Utara
23 rasio yang menyebabkan skor jatuh. Memantau kecenderungan nilai Z akan
membantu mengevaluasi perubahan keuangan perusahaan. Weston dan Copeland 2005:125 menyebutkan sebab-sebab terjadinya
ketidaksehatan suatu perusahaan yang berujung pada kondisi kegagalan perusahaan tersebut. Kondisi itu dapat berupa:
1. Kegagalan ekonomi yang diartikan:
a. Ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.
b. Biaya modal perusahaan lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis
investasi. c.
Realisasi laba yang diterima perusahaan tidak dapat menututup biaya. 2.
Kegagalan bisnis yaitu: a.
Jika perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo dan perusahaan dinyatakan pailit.
b. Jika total kewajiban melebihi nilai wajar dari total aktivanya.
c. Modal atau networth perusahaan adalah negatif.
Pada umumnya, jauh sebelum perusahaan mengalami kegagalan, tanda- tanda awal yang menunjukkan ke arah kecendrungan yang kurang
menguntungkan itu telah kelihatan, tetapi sering kali manajemen mengindahkan bahkan tidak memperhatikan sama sekali. Manajemen juga terkadang
menganggap bahwa tanda-tanda yang menunjukkan tidak sehatnya perusahaan merupakan gejala sementara yang akan hilang dengan sendirinya, tanpa perlu ada
campur tangan manajemen. Anggapan ini mengakibatkan pihak manajemen
Universitas Sumatera Utara
24 terlambat melakukan tindakan antisipasi maupun proses perbaikan terhadap
kinerja perusahaan. Menurut Adnan dan Kuniasih 2001 rasio tingkat kesehatan perusahaan
dengan rasio-rasio dalam potensi kebangkrutan mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menentukan kondisi keuangan perusahaan tersebut.
2.1.6 Pengertian Economic Value Added EVA