Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Souci Indoprima
SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED
(EVA) DAN FINANCIAL VALUE ADDED (FVA) SEBAGAI
ALAT UKUR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN
PADA PT. SOUCI INDOPRIMA
OLEH
VIVI NOVITA 070502161
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAK
Judul Penelitian yang dilakukan adalah “ Analisis Perbandingan
Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Souci Indoprima”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan berdasarkan EVA dan FVA pada tahun 2005 sampai dengan 2009 pada PT. Souci Indoprima Medan.
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparatif yaitu membandingkan kinerja keuangan PT. Souci Indoprima dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan menggunakan data time
series dari tahun 2005 sampai dengan 2009.
Hasil penelitian ini adalah bahwa PT. Souci Indoprima dengan menggunakan EVA telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomisnya yaitu digambarkan dengan nilai EVA yang selalu positif dari tahun 2005 sampai dengan2008 kecuali pada tahun 2009. Sedangkan dengan metode FVA, PT. Souci Indoprima juga telah mampu menciptakan nilai tambah finansialnya, hal ini digambarkan dengan nilai FVA yang selalu positif dari tahun 2005 sampai dengan 2009.
Kata Kunci : Economic Value Added (EVA). Financial Value Added (FVA) dan
(3)
ABSTRACT
The title of research is the “Comparative Analysis of Economic Value Added (EVA) and The Financial Value Added (FVA) as A Tool Measuring Financial Performance Assessment at PT. Souci Indoprima”. The purpose if this study was to determine the financial performance based on EVA and FVA in 2005 until 2009 at PT. Souci Indoprima.
Type of research is comparative. Research is to compare the financial performance of PT. Souci Indoprima using Economic Value Added (EVA) and Financial Value Added (FVA). The research method used is descriptive method by using time series data from 2005 to 2009.
The results of this study is that of PT. Souci Indoprima using the EVA has been able to create added economic value that is represented by the value of EVA is always positive from 2005 until 2008, except 2009. While the FVA method, PT. Souci Indoprima also been able to create value-added financial, this is illustrated by the FVA is always positive from 2005 until 2009
Keywords : Economic Value Added (EVA), Financial Value Added (FVA),
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa pula Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Strata 1 (S-1) Ekonomi Manajemen
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, papa Supardi dan mama Rosita atas dukungan, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tak pernah putus untuk penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara lain: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Ketua dan sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu pengetahuan, saran dan masukan kepada penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.
(5)
5. Bapak Drs. Syahyunan , M.Si dan Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si dan selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya demi kemajuan negara.
7. General manager PT. Souci Indoprima, bapak Sanusi Ghazali Pane, SE, M.Si, beserta pegawai. Terima kasih telah bersedia memberikan bimbingan dan inrformasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. 8. Abang tersayang, Muhammad Rony, Amd, Muhammad Yusuf, ST,
Muhammad Riky, drg, kakak ipar Anggur dan Evi, kanda Hendi Prayogi, SE, sepupu Lily dan Dila. Terima kasih atas motivasi, nasehat serta do’a nya.
9. Sahabat tercinta : Maliza, Juli, Myta, Niken, Rizqa, Aya, Icha, Rika, Putri, Aleq, Agung, Budi, Ibal. serta teman- teman manajemen’07 USU. Terima kasih atas kenangan indah yang takkan terlupa. semoga kelak kita akan bertemu kembali dengan cerita indah masing-masing.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar penulisan skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Medan, April 2011 Penulis
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...11
2.1. Uraian Teoritis ...11
2.1.1. Economic Value Added (EVA) ...11
2.1.2. Financial Value Added (FVA) ...22
2.2. Penelitian Terdahulu ...29
2.3. Kerangka Konseptual ...30
BAB III METODE PENELITIAN ...32
3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
3.3. Batasan Operasional ... 32
3.4. Defenisi Operasional ... 34
3.5. Jenis dan Sumber Data ... 35
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.7. Metode Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...37
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...37
4.2. Hasil dan Pembahasan ...45
4.2.1. Economic Value Added (EVA) ...45
4.2.2. Financial Value Added (FVA) ...53
4.2.3. Hasil Analisis Berdasarkan Rasio Keuangan, EVA dan FVA PT. Souci Indoprima ...59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...62
5.1. Kesimpulan ...62
5.2. Saran ...63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(7)
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1. Kinerja Keuangan PT. Souci Indoprima Berdasarkan Rasio-
rasio Keuangan ... 6 Tabel 3.1. Langkah- langkah Perhitungan EVA ...34 Tabel 3.2. Langkah- langkah Perhitungan FVA ... 34 Tabel 4.1. Perhitungan NOPAT pada PT. Souci Indoprima Tahun
2005-2009 ...46 Tabel 4.2. Perhitungan WACC pada PT. Souci Indoprima Tahun
2005-2009 ...47 Tabel 4.3. Perhitungan Modal yang Diinvestasikan pada PT. Souci Indoprima
Tahun 2005-2009 ...49 Tabel 4.4. Perhitungan EVA pada PT. Souci Indoprima Tahun 2005-2009 ...51 Tabel 4.5. Net Operating Profit After Tax pada PT. Souci Indoprima
Tahun 2005-2009 ...54 Tabel 4.6. Perhitungan Equivalent Depreciation pada PT. Souci Indoprima
Tahun 2005-2009 ...55 Tabel 4.7. Perhitungan FVA pada PT. Souci Indoprima Tahun 2005-2009 ...57 Tabel 4.8. Perbandingan Rasio Keuangan, EVA, dan FVA PT. Souci
(8)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 1.1. Grafik Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan ... 6 Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ...31 Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Souci Indoprima ...40 Gambar 4.2. Grafik Perkembangan NOPAT, Biaya Modal, dan EVA selama
periode 2005-2009 ...53 Gambar 4.3. Grafik Perkembangan NOPAT, ED, D, dan FVA selama
(9)
ABSTRAK
Judul Penelitian yang dilakukan adalah “ Analisis Perbandingan
Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Souci Indoprima”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan berdasarkan EVA dan FVA pada tahun 2005 sampai dengan 2009 pada PT. Souci Indoprima Medan.
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparatif yaitu membandingkan kinerja keuangan PT. Souci Indoprima dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan menggunakan data time
series dari tahun 2005 sampai dengan 2009.
Hasil penelitian ini adalah bahwa PT. Souci Indoprima dengan menggunakan EVA telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomisnya yaitu digambarkan dengan nilai EVA yang selalu positif dari tahun 2005 sampai dengan2008 kecuali pada tahun 2009. Sedangkan dengan metode FVA, PT. Souci Indoprima juga telah mampu menciptakan nilai tambah finansialnya, hal ini digambarkan dengan nilai FVA yang selalu positif dari tahun 2005 sampai dengan 2009.
Kata Kunci : Economic Value Added (EVA). Financial Value Added (FVA) dan
(10)
ABSTRACT
The title of research is the “Comparative Analysis of Economic Value Added (EVA) and The Financial Value Added (FVA) as A Tool Measuring Financial Performance Assessment at PT. Souci Indoprima”. The purpose if this study was to determine the financial performance based on EVA and FVA in 2005 until 2009 at PT. Souci Indoprima.
Type of research is comparative. Research is to compare the financial performance of PT. Souci Indoprima using Economic Value Added (EVA) and Financial Value Added (FVA). The research method used is descriptive method by using time series data from 2005 to 2009.
The results of this study is that of PT. Souci Indoprima using the EVA has been able to create added economic value that is represented by the value of EVA is always positive from 2005 until 2008, except 2009. While the FVA method, PT. Souci Indoprima also been able to create value-added financial, this is illustrated by the FVA is always positive from 2005 until 2009
Keywords : Economic Value Added (EVA), Financial Value Added (FVA),
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam menentukan alternatif kebijakan, perusahaan perlu mengumpulkan data yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Salah satu data yang dapat digunakan perusahaan dalam mempertimbangkan pengambilan alternatif kebijakan perusahaan adalah data kinerja perusahaan.
Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. (Sugiyarso & Winarni, 2005:111).
Penilaian kinerja merupakan kegiatan yang sangat penting karena dari hasil dari penilaian tersebut, kita dapat mengetahui keberhasilan perusahaan dalam suatu periode dan juga kelemahan – kelemahannya. Sehingga diharapkan penyusunan rencana di waktu mendatang dapat memperbaiki kelemahan- kelemahan tersebut dan hasil yang dianggap baik dapat dipertahankan. Jadi, hasil dari penilaian kinerja dapat digunakan sebagai pedoman dalam perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya.
Saat ini perusahaan tidak hanya sebagai organisasi yang aktivitasnya berorientasi pada laba tetapi orientasi utamanya adalah memaksimalkan
(12)
kemakmuran pemegang saham. Keberhasilan perusahaan dalam pencapaian tujuan keuangannya dapat dilihat dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dilakukan dengan analisis data keuangan yang tersusun dalam laporan keuangan. Hal terpenting dari analisis laporan keuangan dari segi investor adalah untuk meramalkan masa depan, dan dari segi manajemennya, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan yang lebih penting sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang.
Pada umumnya perusahaan melakukan analisis keuangan dengan menggunakan rasio- rasio keuangan. Rasio keuangan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu liquidity and activity ratio, debt ratio dan profitability ratio. (Syamsuddin,2002). Pada umumnya ada tiga kelompok yang berkepentingan dengan rasio-rasio keuangan yaitu para pemegang saham, kreditur, serta manajemen perusahaan (the firm’s own management).
Para pemegang saham menaruh perhatian pada tingkat keuntungan,baik yang sekarang maupun tingkat keuntungan pada masa yang akan datang. Para kreditur pada umumnya merasa berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditur ingin mendapatkan jaminan bahwa perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya akan mampu membayar bunga dan pinjaman pokok tepat pada waktunya. Sedangkan bagi manajemen perusahaan sendiri (the
firm’s own management) merasa berkepentingan dengan seluruh keadaan
(13)
oleh para pemilik perusahaan maupun para kreditur, oleh karena itu manajemen perusahaan akan berusaha mempertahankan rasio-rasio yang dianggap baik oleh kedua kelompok tersebut.
Analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara perbandingan,yaitu dengan cross-sectional approach dan time series
analysis. Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruk suatu perusahaan dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Perbandingan ini juga dapat dilakukan dengan membandingkan rasio finansial perusahaan dengan rasio rata–rata industri (the firm’s ratio to
industry average).
Time series analysis dilakukan dengan cara membandingkan rasio-rasio
finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Perkembangan perusahaan akan dilihat pada trend dari tahun ke tahun sehingga dengan melihat perkembangan ini perusahaan dapat membuat rencana-rencana untuk masa depannya.
Perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan labanya yaitu dengan meningkatkan penjualan, namun saat ini akibat persaingan yang semakin ketat maka perusahaan lebih menekankan pada pengurangan biaya operasi dengan tujuan peningkatan labanya. Salah satu cara yang banyak dilakukan perusahaan belakangan ini adalah dengan mengurangi biaya operasi yang berasal dari sumber daya manusianya yaitu dengan menggunakan jasa perusahaan outsourcing.
(14)
Keuntungan dalam pengunaan outsourcing maka perusahaan akan mengurangi pengeluaran dalam hal perekrutan karyawan-karyawan baru, biaya pelatihan, pengeluaran seperti pesangon, jaminan hari tua, karena karyawan yang direkrut oleh perusahaan outsourcing biasanya dikontrak selama waktu tertentu. Oleh karena itu, tidak heran jika perusahaan outsourcing mulai bermunculan karena perusahaan jasa ini memberikan prospek yang jelas kedepannya meski banyak pula yang menentang penggunaan outsourcing.
Kompetisi dalam usaha jasa outsourcing ini pastinya akan semakin meningkat. Perusahaan outsourcing akan berusaha mengembangkan usahanya dengan menarik investor dan menjalin networking yang seluas-luasnya, hal itu dilakukan tentu saja dengan pencitraan nilai yang baik dari perusahaan
outsourcing tersebut. Salah satu perusahaan outsourcing yang juga sedang
berkompetisi dengan perusahaan lainnya adalah PT. Souci Indoprima.
PT Souci Indoprima adalah sebuah merk dagang yang berdiri pada tanggal 28 Desember 2002. PT Souci Indoprima merupakan perusahaan jasa yang melayani jasa alih sumber daya manusia (man power outsourcing) maupun alih daya proses bisnis (business process outsourcing) dari industri-industri yang ada di area Sumatera.
PT. Souci Indoprima merupakan perusahaan yang mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. PT. Souci menggunakan rasio keuangan seperti current ratio, debt ratio. return on equity (ROE), dan
(15)
Current ratio mewakili rasio likuiditas. Rasio ini dihitung dengan
membagi aktiva lancar dengan utang lancar. Current ratio digunakan untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek (Fakhruddin & Hadianto,2001:59).
Debt ratio mewakili rasio leverage. Rasio ini dihitung dengan
membagikan total utang dengan total aktiva. Debt ratio digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio semakin besar pula risiko yang dihadapi.
Return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) mewakili rasio
profitabilitas. Return on equity dihitung dengan cara membagikan laba setelah pajak dengan modal sendiri. Return on equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio ini juga dipengaruhi besar kecilnya utang, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini akan semakin besar. Return on assets dihitung dengan cara membagikan laba setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.
(16)
Tabel 1.1
Kinerja Keuangan PT.Souci Indoprima Berdasarkan Rasio-Rasio Keuangan
Uraian/Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Current Ratio 380% 497% 401% 339% 634%
Debt Ratio 59,48% 52,34% 54,27% 45,53% 34,02%
ROA 19,36% 13,42% 8,34% 7,78% 6,31%
ROE 47,8% 28,2% 18,2% 14,3% 9,6%
Sumber : Laporan keuangan PT. Souci Indoprima (data diolah)
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat gambaran bahwa kinerja keuangan pada PT. Souci Indoprima berdasarkan rasio keuangan secara umum dalam kondisi baik. Dapat terlihat rasio-rasio tersebut mengalami fluktuasi, seperti penurunan dalam beberapa tahun, tetapi kemudian dapat diikuti dengan kenaikan di tahun berikutnya. Para investor pasti akan mengharapkan jika rasio keuangan perusahaan menjadi semakin baik.berikut ini gambaran grafik current ratio, debt ratio, ROA, ROE pada PT. Souci Indoprima.
0% 100% 200% 300% 400% 500% 600% 700%
2005 2006 2007 2008 2009
current Ratio Debt Ratio ROA ROE
Sumber : Laporan Keuangan PT. Souci Idoprima Gambar 1.1
(17)
Kelebihan pengukuran perhitungan dengan menggunakan rasio keuangan adalah kemudahan dalam perhitungan selama data historis tersedia, sedangkan pengukuran ini juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu diantaranya (Weston dan Brigham,2005:313) :
1. Banyak perusahaan besar mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berlainan dan dalam keadaan ini maka sulit untuk mencari rata-rata industri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding yang tepat. 2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi diatas rata-rata, sehingga
pencapaian prestasi rata-rata semata belumlah harus dinyatakan baik, patokan terbaik seharusnya adalah perusahaan dengan rasio yang sangat baik.
3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca, nilai yang tercatat pada neraca kerap kali sangat berbeda dari nilai yang sebenarnya. Oleh karena itu, analisis rasio bagi perusahaan dari tahun ke tahun, atau analisis komparatif atas perusahaan-perusahaan pada usia yang berbeda harus diinterpretasikan secara cermat dan dengan pertimbangan.
4. Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio. 5. Perusahaan dapat menggunakan teknik window dressing (teknik untuk
mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangannya nampak lebih baik bagi analisis kredit.
6. Perbedaan praktek operasi dan akuntansi bisa menyebabkan distorsi dalam perbandingan.
Salah satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka dapat digunakan
(18)
pengukuran kinerja dengan berdasarkan nilai (value based). Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan dalam melakukan pengendalian modalnya, rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan para pemegang saham, serta dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan insentif bagi para karyawan.
Adanya Economic Value Added (EVA) akan mempermudah untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai (value), karena EVA merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan akibat dari aktivitas dan strategi manajemen. Dengan adanya EVA, pemilik perusahaan hanya akan memberi imbalan (reward) aktivitas yang menambah nilai dan membuang aktivitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan perusahaan. Diharapkan pemilik perusahaan dapat mendorong manajemen mengambil tindakan atau strategi yang value added karena hal ini memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih baik.
Menurut Tunggal (2001:1) EVA atau nilai tambah ekonomis (NITAMI) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi pada suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital) . EVA menunjukkan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Dengan kata lain, apabila manajemen memusatkan diri pada EVA, maka mereka akan mengambil keputusan-keputusan keuangan yang konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan.
(19)
Pengukuran value added yang belum begitu banyak dikemukakan adalah
Financial Value Added (FVA). Financial Value Added (FVA) merupakan metode
baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Iramani:2005).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Economic Value Added (EVA) dalam pengukuran kinerja keuangan pada PT. Souci Indoprima?
2. Bagaimana Financial Value Added (FVA) dalam pengukuran kinerja keuangan pada PT. Souci Indoprima?
3. Bagaimana perbandingan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) dalam pengukuran kinerja keuangan pada PT. Souci Indoprima?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja keuangan berdasarkan EVA dan FVA pada tahun 2005 sampai dengan 2009 pada PT. Souci Indoprima Medan.
(20)
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam pengukuran kinerja keuangan di masa mendatang.
b. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pihak lain yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian di masa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan di bidang keuangan khususnya EVA dan FVA.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis
2.1.1. Economic Value Added (EVA)
A. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Model EVA menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan ivestor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Hasil perhitungan EVA yang positif merefleksikan tingkat return yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal.
Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001).
Ada beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut, menurut Utomo (1999:36), EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik dalam menilai kinerja dan
(22)
prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan.
Menurut Anjar V. Thakor (dalam Tunggal 2001:1), Economic Value (also
conomic Value Added) – Revenue - Direct Cost (Including taxes)-Opportunity cost of using capital = After tax profit – Opportunity cost of using capital
Glen Arnold (dalam Tunggal 2001:2) juga berpendapat Economic Value
Added (EVA) was trademarked by Stern Stewart & Co. is a variant of economic profit, which is the modern term for residual income. Economic profit for a period is a the amount earned by business after deducting all operating expenses and a charge for the opportunity cost of capital employed.
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value
added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi
perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of
Capital).
Laba operasi perusahaan dapat ditingkatkan tanpa penambahan modal, berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu dengan berinvestasi pada proyek-proyek yang memberikan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of
capital) berarti perusahaan hanya menerima proyek yang bermutu dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau kegiatan yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA pada suatu
(23)
perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan biaya modalnya terlebih dahulu.
Peningkatan EVA dan penciptaan nilai dapat terjadi ketika suatu perusahaan dapat mencapai yang berikut (Young & O’Bryne, 2001:62) :
a. Meningkatnya pengembalian atas modal yang ada. Jika NOPAT meningkat sedangkan WACC dan modal yang diinvestasikan tetap maka EVA akan meningkat.
b. Pertumbuhan yang menguntungkan, nilai diciptakan ketika pertumbuhan NOPAT melebihi WACC.
c. Pelepasan dari aktiva yang memusnahkan nilai. Jika pengurangan modal lebih mengganti kerugian dengan peningkatan perbedaan NOPAT dan WACC, EVA meningkat.
d. Periode lebih panjang dimana diharapkan NOPAT lebih tinggi dibandingkan WACC.
e. Pengurangan biaya modal.
Menurut Abdullah (2003:142) tujuan penerapan metode EVA adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penerapan Model EVA
Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kreditur terutama pemegang saham dan bukan menggunakan nilai buku yang bersifat historis. Perhitungan EVA juga
(24)
diharapkan mendukung penyajian laporan keuangan yang akan mempermudah pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditur, karyawan, pemerintah, pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan lainnya.
2. Manfaat Penerapan Model EVA
Manfaat yang diperoleh dalam penerapan model EVA bagi suatu perusahaan adalah :
a. Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat ukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).
b. Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang dapat memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahan dapat dimaksimalkan.
c. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya.
d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dengan demikian sebaiknya diambil, begitu juga sebaliknya.
Menurut Tunggal (2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:
(25)
a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend) b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk
investasi dengan biaya modal yang rendah.
B. Metode Perhitungan Economic Value Added
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri, secara matematis EVA dapat ditentukan sebagai berikut (Brigham & Houston: 2006) :
EVA = NOPAT – (ie x E) di mana :
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes ie = Opportunity cost of equity
Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x TA) di mana :
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes WACC = Weighted Average Cost of Capital TA = Total Asset (Total Modal)
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:
(26)
a. Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
b. Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
c. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah
pajak merupakan sejumlah laba yang akan dihasilkan jika perusahaan tidak memiliki utang ataupun aset finansial. NOPAT dapat dihitung sebagai berikut :
NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak) Keterangan :
NOPAT : Net Operating Profit After Tax EBIT : Earning Before Interest and Taxes
b. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah hasil penjumlahan dari
hasil perkalian besarnya porsi masing-masing jenis modal dengan biaya modal yang bersangkutan. Menurut Durant (1999) modal terdiri dari 2 tipe yaitu pinjaman dan ekuitas. Biaya dari modal yang dipinjam adalah berupa tingkat bunga yang dikenakan oleh pemegang obligasi dan bank, sedangkan biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor.
(27)
WACC = Wd.Kd (1 – T) + Wp.Kp + Ws. Ks Atau :
Menurut Prawironegoro dan Purwanti (2008:35) WACC atau biaya modal rat-rata tertimbang adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal. Adapun rumus untuk menghitung WACC adalah :
WACC =
equity debt
debt
+ Cost of Debt(1-T) + debt equity equity
+ Cost of Equity
Perusahaan dapat menghitung WACC dengan mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Jumlah utang dalam struktur modal, pada nilai pasar 2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal, pada nilai pasar 3. Biaya hutang
4. Tingkat pajak 5. Biaya ekuitas 6. Total investasi
Cost of Capital mempunyai dua makna,dari sisi investor dan perusahaan.
Dari sisi investor, cost of capital adalah opportunity cost yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan, sedangkan dari sisi perusahaan cost of capital adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan sumber dana yang dibutuhkan. Untuk praktisi keuangan istilah cost of capital digunakan sebagai :
(28)
1. Discount rate untuk membawa cash flow pada masa mendatang suatu proyek
ke nilai sekarang.
2. Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima suatu poyek. 3. Biaya modal pada perhitungan EVA.
Cost of capital terdiri dari cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity
(biaya ekuitas). Sedangkan ekuitas dapat dibagi lagi menjadi saham preferen dan saham biasa.
Hutang adalah pinjaman perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (Sugiyarso dan Winarni,2005:4). Hutang terdiri dari hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek yaitu hutang yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditur atau yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Hutang jangka panjang yaitu yaitu hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Biaya hutang adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki, terjadi karena adanya resiko kredit (credit risk), yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur. Semakin lama hutang jatuh tempo maka resiko kreditnya akan semakin besar. Dengan kata lain cost of debt adalah tarif yang dibayarkan perusahaan untuk memperoleh hutang baru jangka panjang di pasar sekarang.
Biaya hutang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan
(29)
memperhitungkan pajak penghasilan (tax deductible), maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax). Biaya hutang setelah pajak = Kd* = Kd (1 - T)
Keterangan :
Kd* : Biaya hutang setelah pajak Kd : Biaya hutang sebelum pajak T : Tarif pajak
Equity adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity)
setelah dikurangi kewajibannya.dalam perusahaan. Equity adalah modal pemilik. Ekuitas terdiri dari modal saham (capital stock) dan saldo laba. Modal saham adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan yang timbul sebagai akibat pembelian sejumlah sertifikat saham yang dikeluarkan perusahaan. Modal saham meliputi saham preferen,saham biasa. Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periode setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode yang lalu.
Cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor
karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga dan pokok utang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik turun) daripada laba operasi, sehingga menyebabkan timbulnya tambahan resiko.
Saham preferen mempunyai sifat campuran antara utang dan saham biasa. Saham preferen mempunyai dividen tetap yang dibayarkan setiap periodnya, jadi per lembar saham preferen bersifat perpetual. Tidak seperti utang, karena kegagalan membayar deviden saham preferen tidak mengakibatkan pembubaran perusahaan. Saham preferen memiliki resiko yang lebih besar dari saham biasa
(30)
tetapi lebih kecil dari utang. Biaya saham preferen adalah jumlah hasil dividen dari saham preferen. Biaya saham preferen dapat diperkirakan dengan mengamati tingkat pengembalian yang disyaratkan pada yang lain, peringkat lembar saham preferen yang sama.
Biaya Saham Preferen = Kp = 0 P Dp
Keterangan :
Kp : Biaya saham preferen Dp : Dividen tetap
P0 : Harga saham preferen yang beredar saat ini per lembar
Biaya saham biasa adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor pada saham biasa pada perusahaan yang bersangkutan. Jika laba tidak ditahan,maka laba akan dibagikan sebagai dividen, tetapi jika laba ditahan berarti pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi haknya kepada perusahaan (plow back fund). Oleh karena itu, pemegang saham mengisyaratkan perusahaan memberikan keuntungan paling tidak sebesar keuntungan yang dapat diperoleh pemegang saham dalam alternatif investasi yang memiliki risiko yang sama dengan risiko perusahaan.
Biaya saham biasa = Ks = 0 1 P D
+ g
Keterangan :
Ks : Biaya saham biasa
D1 : Dividen pada akhir periode P0 : Harga Saham
(31)
c. Modal yang Diinvestasikan
Menurut Young & O’Byrne (2001:39) modal yang diinvestasikan adalah seluruh keuangan perusahaan terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva tidak menanggung bunga (non interest bearing liability) seperti utang,upah yang akan jatuh tempo (accrued wages),pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang menanggung bunga,dan kewajiban jangka panjang lainnya.
Modal yang Diinvestasikan = utang jangka pendek + utang jangka panjang + kewajiban jangka panjang lainnya + ekuitas pemegang saham.
C. Keunggulan dan Kelemahan EVA
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain adalah:
a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi .
b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
(32)
c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.
e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan- kelemahan tersebut antara lain (dalam Iramani : 2005) : a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur
aktivitas-aktivitas penentu .
b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.
2.1.2. Financial Value Added (FVA)
A. Pengertian Financial Value Added (FVA)
Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial Value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai
(33)
tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Iramani, 2005).
Terdapat tiga (3) keputusan dalam manajemen keuangan yang akan menjadi value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Ketiga keputusan tersebut adalah :
1. Operating Decision adalah suatu keputusan yang harus diambil perusahaan
dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola biaya-biaya yang timbul baik variable cost maupun fixed cost sedemikian rupa sehingga menghasilkan operating profit margin bagi perusahaan. Pertumbuhan volume penjualan (sales growth) merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan yang ini merupakan value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Dengan sales growth yang tinggi dan income tax rate tertentu akan meningkatkan operating profit margin yang pada akhirnya financial value
added diharapkan juga akan meningkat.
2. Financing Decision adalah suatu keputusan pembiayaan perusahaan dimana
perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling efisien, yang direfleksikan oleh cost of capital yang dibayarkan selama periode n. Cost of
capital ini kemudian menjadi faktor pembagi terhadap nilai income yang
diterima. Dalam konteks value driver, semakin rendah cost of capital yang ditanggung oleh perusahaan maka semakin besar nilai per 1 sen uang yang diterima oleh perusahaan. Konsekuensinya, pada formula measure, semakin kecil cost of capital, semakin besar income yang diterima, sehingga semakin besar nilai FVA
(34)
3. Investment Decision, adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-pilihan
investasi yang secara normatif harus mampu memaksimalkan nilai perusahaan. Proses pemilihan alternatif investasi harus mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan yang terlibat, karena akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini juga mempengaruhi komposisi working capital dan fixed capital yang merupakan komponen pengubah nilai dalam konteks pengukuran FVA. Manajemen harus bisa mengoptimalkan pengelolaan
working capital dan fixed capital-nya agar tidak tercipta idle capital atau
kapital yang kurang efektif dalam proses peningkatan nilai perusahaan. Otomatis, jumlah working capital dan fixed capital yang besar akan menciptakan tanggungan cost of capital yang lebih besar bagi perusahaan. Ini juga akan menurunkan nilai FVA, karena sumber dana menjadi besar.
B. Metode Perhitungan FVA
Secara matematis, FVA dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : FVA = NOPAT – (ED – D)
di mana:
FVA : Financial Value Added
NOPAT : Net Operating Profit After Taxes
ED-D : Equivalent Depreciation – Depreciation
Interpretasi dari hasil pengukuran FVA dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jika FVA > 0, hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah finansial bagi
perusahaan.
b. Jika FVA < 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan.
(35)
c. Jika FVA = 0, hal ini menunjukkan posisi impas.
Perusahaan tentunya akan berusaha untuk memiliki nilai tambah financial bagi perusahaan dimana FVA > 0, hal ini terjadi manakala keuntungan bersih perusahaan dan penyusutan dapat mengcover equivalent depreciation atau (NOPAT+D) lebih besar dari ED. Jika ini tercapai maka perusahaan dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham karena NPV akan bernilai positif.
a. Equivalent Depreciation
Equivalent depreciation adalah biaya - biaya yang sederajat dengan biaya
penyusutan yang sebenarnya dimana diberikan kepada perusahaan berdasarkan penerimaan output untuk investasi aset. Rumus untuk menghitung equivalent
asset adalah sebagai berikut :
ED = (Q – VC)(1 –T) – FC (1 – T) + (D x T) Keterangan :
ED : Equivalent Depreciation Q : Penjualan (Rupiah) VC : Variabel Cost T : Tarif Pajak FC : Fixed Cost D : Depreciation
b. Penyusutan (Depreciation)
Penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva yang bersangkutan (Astuti,2004:21). Akan tetapi ada kecenderungan di kalangan pembaca laporan keuangan untuk menafsirkan penyusutan akuntansi sebagai pengumpulan dana untuk mengganti aktiva tersebut kelak. Akan tetapi ini tidak berarti dana kas yang besarnya sama dengan penyusutan yang tercatat akan disisihkan untuk
(36)
penggantian aktiva tetap. Pendapat tersebut mungkin saja digunakan untuk berbagai keperluan seperti peningkatan persediaan, peningkatan piutang, dan pos- pos modal kerja lainnya, untuk perolehan aktiva tetap atau pos-pos tidak lancer lainnya yang baru, untuk melunasi hutang atau menembus saham atau untuk membayar dividen. Bila suatu dana disisihkan khusus untuk penggantian aktiva tetap, maka diperlukan persetujuan manajemen, walau begitu dana tersebut jarang untuk ditemukan. Beban penyusutan merupakan pengakuan atas penurunan nilai pelayanan aktiva.
C. Keunggulan dan Kelemahan Financial Value Added a. Keunggulan Konsep Financial Value Added
Kelebihan FVA dibanding EVA adalah (Iramani : 2005) :
a. Jika ditilik ulang konsep NOPATD, FVA melalui definisi Equivalent
Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja
perusahaan, demikian juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi
b. FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai Equivalent Depreciation akibat bertambah panjangnya umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA, proses ini tidak secara jelas dijabarkan c. FVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan Accumulated
Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. Lebih
(37)
per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai
d. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan output-nya dengan hasil NPV, dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output yang lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu, FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat kontrol.
b. Kelemahan Financial Value Added (FVA)
Menurut Shrieves dan Wachowicz, dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan atau proyek. Fenomena ini tidak bisa diakomodasi dalam penentuan titik impas pada konsep NPV dan FVA.
2.1.3. Perbandingan EVA dengan FVA
Selain rasio-rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Financial
Value Added (FVA) juga dapat digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan
akibat aktivitas dan strategi perusahaan. Keduanya sama-sama berorientasi pada
value added ataupun nilai tambah perusahaan. Dengan penggunaan kedua metode
(38)
yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan, dan akan sangat membantu para pemegang saham untuk berinvestasi pada proyek yang lebih menguntungkan. EVA dan FVA juga tidak memerlukan ukuran lain berupa perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam penerapannya.
Adapun perbedaan-perbedan antara Economic Value Added (EVA) dengan
Financial Value Added (FVA) adalah sebagai berikut : Tabel 2.1
Perbedaan Economic Value Added (EVA) dengan Financial Value Added (FVA)
No Economic Value Added (EVA) Financial Value Added (FVA)
1 Menyatakan kesejahteraan tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal
Keuntungan dapat juga diciptakan dari fixed asset
2 Memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi
Memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan mengintegrasikan seluruh kontribusi asset bagi perusahaan.
3 Mengakomodasi kontribusi biaya modal (WACC) yang berperan penting dalam pemilihan investasi
Secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth
duration (durasi proses
penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai yaitu dengan
pengurangan equivalent depreciation
4 Berhubungan langsung dengan nilai pasar berdasarkan kreditur terutama pemegang saham
Berhubungan dengan nilai buku dari asset
Sumber :Tunggal (2001), Iramani(2005)
Tabel 2.2
Perbandingan Alat Ukur Perhitungan Economic Value Added (EVA) dengan Financial Value Added (FVA)
Alat Ukur EVA Alat Ukur FVA
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Weighted Average Cost Of Capital (WACC)
Equivalent Depreciation
Modal yang Diinvestasikan Penyusutan Sumber : Young, O’Byrne (2001), Sandias (2002)
(39)
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai EVA dan FVA ini pernah dilakukan oleh Napitupulu (2009), yang berjudul ”Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah”. Hasil dari penelitiannya adalah PT. Sumbetri Megah telah mampu meningkatkan nilai perusahaannya dilihat dari nilai EVA dan FVA yang selalu positif selama periode tahun 2003 sampai dengan 2007.
Nasution (2009) yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan
Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Pada PTPN
IV Medan”. Hasil dari penelitiannya adalah PTPN IV telah mampu meningkatkan nilai perusahaannya dilihat dari nilai EVA dan FVA yang selalu positif selama periode tahun 2003 sampai dengan 2007, kecuali FVA pada tahun 2006.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Iramani, staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya (2005). Penelitiannya berjudul ”Financial Value Added : Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan”. Hasil dari penelitian tersebut adalah kinerja FVA lebih baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan hasil NPV.
(40)
2.3. Kerangka Konseptual
Selain penggunaan rasio keuangan dalam pengukuran kinerja keuangan, dapat juga digunakan pengukuran berdasar value added yaitu dengan Economic
Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA). Economic Value Added
(EVA) adalah sama dengan laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal (Young & O’ Byrne, 2001:35). Perhitungan EVA dilakukan untuk mengukur kinerja perusahaan dan nilai tambah perusahaan dengan berdasarkan biaya modalnya. Biaya modal dalam suatu investasi adalah tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana. Biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya utang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing itu dalam struktur modal.
Financial Value Added (FVA) adalah selisih laba operasi setelah pajak
(NOPAT) dengan equivalent depreciation yang telah dikurangi penyusutan.
Equivalent Depreciation adalah jumlah biaya-biaya yang sederajat dengan biaya
penyusutan yang sebenarnya dimana diberikan pada perusahaan berdasarkan penerimaan output untuk investasi aset. Penyusutan adalah pengalokasian biaya perolehan aktiva secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Perhitungan FVA dilakukan dengan mengedepankan fixed
assets sebagai alat ukur kinerja keuangan dan nilai tambah perusahaan.
Kedua perhitungan kinerja keuangan berdasarkan nilai tersebut memiliki perbedaan yang mendasar dalam penilaian nilai tambah yaitu EVA yang memfokuskan penilaiannya dengan memperhitungkan biaya modalnya, sedangkan FVA memfokuskan penilaiannya dengan mengintegrasikan seluruh kontribusi aset
(41)
bagi perusahaan. EVA merupakan ukuran kinerja yang secara langsung berhubungandengan kekayaan pemegang saham dari waktu ke waktu. Dengan konsep EVA perusahaan mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dan secara adil dimana dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar tetapi EVA tidak menghitung aktivitas-aktivitas penentu dalam penciptaan nilainya. Sedangkan dengan menggunakan konsep FVA perusahaan mengakomodasi konsep value growth duration (durasi penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai yaitu ketika bertambahnya panjang umur aset sehingga aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan, tetapi konsep FVA tidak efektif diterapkan ketika perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di masa investasi yang diperhitungkan.
Dengan demikian, berdasar uraian tersebut kerangka konseptual yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
Sumber : Young & O’ Byrne (2001), Sandias (2002) (diolah) Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Kinerja Perusahaan
Berdasarkan EVA
EVA = NOPAT – (WACC x Modal yang Diinvestasikan)
Kinerja Perusahaan Berdasarkan FVA
FVA = NOPAT – (Equivalent
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan variabel penelitian mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Penelitian ini membandingkan pengukuran
Economic Value Added (EVA) dengan Financial Value Added (FVA) pada kinerja
keuangan PT. Souci Indoprima.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Souci Indoprima Medan, Jalan Sei Serayu No. 87 Medan. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan April 2011.
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional yang ditentukan oleh penulis agar tidak menyimpang dari pembahasan adalah sebagai berikut :
a. analisis yang digunakan hanya sebatas pada EVA dan FVA pada PT. Souci Indoprima untuk periode tahun 2005 sampai dengan 2009.
b. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan neraca PT. Souci Indoprima periode tahun 2005 sampai dengan 2009.
(43)
c. Komponen EVA yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Net Operating
Profit After Tax (NOPAT), Weighted Average Cost of Capital (WACC), dan
modal yang diinvestasikan oleh PT. Souci Indoprima periode tahun 2005 sampai dengan 2009.
d. Komponen FVA yang diguunakan dalam penelitian adalah Net Profit After Tax (NOPAT), Equivalent Depreciation, dan Depreciation atau penyusutan pada PT. Souci Indoprima pada periode tahun 2005 sampai dengan 2009.
3.4. Definisi Operasional
A. Economic Value Added (EVA)
EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan atau disebut juga modal yang dipakai dikalikan rata- rata tertimbang dari biaya modal (WACC). Modal yang diinvestasikan adalah jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya (Young & O’Byrne, 2001: 39). Langkah- langkah perhitungan Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut :
(44)
Tabel 3.1
Langkah-Langkah Perhitungan EVA
Komponen EVA Rumus Perhitungan
NOPAT EBIT (1- Tarif Pajak)
WACC Wd.Kd (1- T) +We.Ke
Modal yang diinvestasikan
Utang jangka pendek + Utang jangka panjang + Kewajiban jangka panjang lainnya + Ekuitas pemegang saham
EVA NOPAT – (WACC x Modal yang diinvestasikan) Sumber : Sartono (2001:100), Tunggal (2008:28), Young & O’Byrne (2001:39) Keterangan:
NOPAT : Net Operating Profit After Tax ( Laba Operasi Bersih Setelah Pajak) EBIT : Earning Before Tax ( Laba Operasi Sebelum Pajak)
WACC : Weighted Average Cost of Capital ( Biaya Modal Rata-rata Tertimbang) Wd : Persentase Hutang dalam Modal
Kd : Biaya Hutang
We : Persentase Ekuitas dalam Modal Ke : Biaya Ekuitas
T : Tarif Pajak
EVA : Economic Value Added
B. Financial Value Added (FVA)
Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial Value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai
tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan.
Tabel 3.2
Langkah-Langkah Perhitungan FVA
Komponen FVA Rumus Perhitungan
NOPAT EBIT (1 – Tarif Pajak)
ED (Q – VC)(1 – T) - FC(1 – T) + (T x D)
D Depresiasi
FVA NOPAT – (ED – D)
Sumber : Sartono (2001:100), Sandias (2002:8) Keterangan :
NOPAT : Net Operating Profit After Tax ( Laba Bersih Operasi Setelah Pajak) EBIT : Earning Before Interest and Taxes (Laba Sebelum Pajak)
(45)
ED : Equivalent Depreciation Q : Jumlah unit yang terjual VC : Variabel Cost
T : Tarif Pajak FC : Fixed Cost D : Depresiasi
FVA : Financial Value Added
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan bagian akuntansi yang berwenang dalam memberikan informasi berkaitan dengan penelitian ini, yang mana data primer yang diperoleh penulis berguna untuk mengetahui lebih dalam mengenai kondisi perusahaan. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
a. Sejarah ringkas PT. Souci Indoprima. b. Struktur organisasi PT. Souci Indoprima.
c. Laporan laba/rugi PT. Souci Indoprima tahun 2005 sampai dengan 2009 d. Laporan neraca PT. Souci Indoprima tahun 2005 sampai dengan 2009
e. Hasil publikasi, buku- buku ilmiah dan literatur lainnya yang sehubungan dengan topik yang dipilih.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data, bahan – bahan keterangan dengan cara melakukan tanya jawab dan tatap muka langsung dengan pihak perusahaan bagian akuntansi yang berwenang memberikan informasi mengenai kondisi keuangan.
(46)
b. Studi dokumentasi yaitu dilakukan dengan meneliti dokumen- dokumen dan bahan tulisan dari perusahaan,serta jurnal ilmiah dan buku- buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data – data yang telah dikumpulkan adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah cara untuk merumuskan dan menafsirkan data yang sehingga memberikan gambaran yang nyata mengenai keadaan perusahaan melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data tentang masalah yang ada.
Dalam menganalisis perbandingan nilai Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA), penulis menggunakan analisis trend (Trend
Analysis). Menurut Harahap (2008:243), analisis trend menggambarkan situasi
perusahaan pada suatu waktu tertentu dan dari gambaran ini sebenarnya dapat kita bayangkan kecenderungan (tren) situasi perusahaan di masa yang akan datang melalui gerakan yang terjadi pada masa lalu sampai masa kini. Tren analisis ini biasanya dibuat melalui grafik dan kemudian dijabarkan secara deskriptif.
(47)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Souci Indoprima adalah sebuah merk dagang yang berdiri pada tanggal 28 Desember 2002 yang disahkan oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor pengesahan: C-01779 HR.01.01.TH.2003, berkedudukan di Medan. PT Souci Indoprima merupakan perusahaan jasa yang melayani jasa alih sumber daya manusia (Man Power
Outsourcing) maupun alih daya proses bisnis (Business Process Outsourcing) dari
industri-industri yang ada di area Sumatera.
PT Souci Indoprima adalah corporate outsourcing yang memiliki fokus
service di segmen sumber daya manusia dengan konsep Human Resourcing Integrated. Kekuatan untuk melayani pelanggan dan kehandalan sumber daya
manusia yang dimiliki merupakan salah satu karakter dasar dan budaya organisasi.
Create Service To Built Up People. Corporate Services merupakan segmentasi
market utama PT Souci Indoprima dengan Placement experience sejak dari standart Labor Skill, Front Office Sevice, Supervisor level hingga Managerial
level merupakan gambaran placement service yang telah dilakukan oleh PT Souci
Indoprima.
Financial Services seperti perbankan dan beberapa government services
serta lembaga-lembaga NGO asing baik yang berafiliasi kepada badan dunia maupun berdiri sendiri merupakan bagian dari totalitas experiences dan services PT Souci Indoprima. Sejumlah BUMN yg memiliki core business di sector
(48)
transportasi udara, jalan raya, telekomunikasi maupun jasa inspeksi merupakan bagian dari customer PT Souci Indoprima. Akseptabilitas ini juga terlihat dari jumlah kerja sama yang telah dicapai antara PT Souci Indoprima dengan bank-bank nasional untuk menyediakan jasa recruitment dan man power outsourcing maupun business process outsourcing. Disamping itu dukungan kerjasama penyediaan jasa man power outsourcing juga dilakukan kepada NGO asing baik yang berafiliasi kepada Negara tertentu maupun kepada United Nation. Kesemua ini merupakan total customer experience PT Souci Indoprima.
4.1.1. Jenis Usaha Kegiatan
PT Souci Indoprima merupakan perusahaan jasa yang melayani jasa alih sumber daya manusia (man power outsourcing) maupun alih daya proses bisnis
(business process outsourcing) dari industri-industri yang ada di area Sumatera. Client satisfaction merupakan budaya dasar organisasi dan melembaga pada setiap
individu di dalam organisasi PT Souci Indoprima. Ukuran kepuasan itu dimanifestasikan dalam sebuah komitmen formal yang menjadi acuan bagi PT Souci Indoprima dan menjadi rujukan bagi klien yang dituangkan dalam sebuah
Service Level Agreement.
4.1.2. Struktur Organisasi dan Personalia
Dalam menjalankan kegiatan pada perusahaan diperlukan suatu struktur organisasi serta uraian yang jelas dari setiap orang atau unit organisasi yang terlibat dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing
(49)
personil atau unit organisasi mengetahui dengan jelas darimana ia mendapat perintah dan kepada siapa ia harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT Souci Indoprima, struktur organisasi yang dipakai adalah struktur lini. Bentuk Organisasi lini yaitu
Board of Director membagi tugasnya pada Sales Departement,traning & Recruitment Department, Operation Department. Sales Department membagi
tugasnya secara lini kepada Bagian Marketing dan sales. Training & Recruitment
Department membagi tugasnya kepada bagian Training dan bagian Recruitment. Operation Department membagi tugasnya kepada Bagian Service dan bagian
Administrasi. Bagian Service dibantu oleh bagian Internal Service Administration dan Field Supervisor. Bagian Administrasi dibantu oleh bagian Financial &
Accounting dan Bagian Corporate Secretary. Di bagian Akhir, Financial & Accounting dibantu oleh bagian C&B (Compensation&Benefit), Cashier, Corporate Budgeting & A/T, Accounting & Tax.
4.1.3. Job Description
Adapun Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada PT Souci Indoprima Medan terbagi atas Board of
Director, Sales Department, Training & Recruitment, Operation Department, Marketing Dan Sales, Training dan Recruitment, Service, Administration, Internal Service, Field Supervisor, Financial Accounting, Corporate Secretary, Corporate & Benefit, Cashier, Corporate Budgeting & Tax.
1. Board Of Director
(50)
a. Mengadakan hubungan kerja sama dengan pihak luar baik pihak pemerintah maupun swasta
b. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat demi kepentingan kelangsungan jalannya perusahaan sehingga segala aktivitas organisasi menuju tujuan utama perusahaan
c. Memimpin dan mengawasi kegiatan perusahaan setiap hari.
2. Sales Department
Adapun tugas Sales Department adalah :
a. Mengadakan hubungan dengan pihak pengguna jasa
b. Menyetujui kontrak penggunaan jasa dengan pihak pengguna.
3. Training & Recruitment Department
Adapun tugas Training & Recruitment Department adalah : a. Merekrut dan memberhentikan karyawan
b. Merekomendasikan karyawan yang berprestasi untuk kenaikan jabatan c. Mengadakan training bagi karyawan
4. Operation Department
Adapun tugas Operation Deparment adalah :
a. Melaksanakan pemeriksaan administrasi personalia secara keseluruhan b. Membimbing dan mengarahkan bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan c. Mengadakan hubungan keluar dengan perusahaan lain dan pejabat yang
menangani bidang ketenagakerjaan. 5. Bagian Penjualan dan Pemasaran
(51)
a. Merencakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan perusahaan dalam bidang pemasaran produk
b. Menyusun rencana dalam meningkatkan pemasaran dan penjualan 6. Bagian Financial & Accounting
Adapun tugas Bagian Financial & Accounting adalah :
a. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan keuangan perusahaan
b. Memeriksa dan menganalisa data dan laporan aliran dana dan biaya perusahaan
c. Menyetujui kontrak dengan pihak pengguna jasa. 7. Bagian Corporate Secretary
Adapun tugas dari bagian Corporate Secretary adalah : a. Menangani kearsipan bagian administrasi
b. Menyusun laporan kegiatan tahunan
c. Melakukan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh system organisasi.
8. Bagian Corporate Budgeting & Account Receivable
Adapun tugas dari bagian Corporate & Account Receivable : a. Menangani pembuatan budget perusahaan
b. Merencanakan pengeluaran biaya perusahaan
c. Menyusun rencana anggaran operational perusahaan.
9. Bagian Accounting & Tax
Adapun tugas dari bagian Accounting & Tax : a. Menangani masalah keuangan perusahaan
(52)
b. Mengolah semua data akuntasi atau keuangan dan memberikan semua data akuntasi atau keuangan serta memberikan informasi keuangan yang berguna untuk menyediakan laporan kepada manager umum
c. Menyusun laporan keuangan perusahaan.
4.1.4. Kinerja Usaha Terkini
Setiap aktivitas yang dilakukan di dalam organisasi akan merujuk kepada sistem dan prosedur baku yang telah ditetapkan. Luasnya cakupan dan panjangnya mata rantai yang harus dilalui terkadang menjadi kendala dalam memobilisasi usaha. Kondisi ini dapat dihindari dengan memanfaatkan business process
outsourcing yang sangat mendukung mobilitas usaha.
Business Process Outsourcing (BPO) merupakan salah satu jasa dan
layanan PT Souci Indoprima yang memungkinkan customer memperoleh suatu hasil yang diinginkan tanpa harus terlibat dalam business process yang terjadi. Jasa-Jasa pemasaran seperti call centre, joint marketing dan keuangan seperti
payroll system, account receivable, serta sebagian besar proses administrasi
merupakan bagian dari Business Process outsourcing. Organisasi menjadi lebih fleksibel, lincah dan dinamis sesuai dengan tuntutan pasar yang selalu berubah dari waktu ke waktu, disamping akan memapu meningkatkan value atas penggunaan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan.
4.1.5. Rencana Kegiatan
Produktivitas optimum merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh organisasi secara umum. Salah satu tujuan dari Man Power Outsourcing adalah untuk meningkatkan produktivitas dan cost saving. Perusahaan ingin melakukan
(53)
HR transformation melalui scheme outsourcing untuk posisi supervisory maupun managerial skill.
Saat ini pemenuhan Man Power Planning yang cepat dengan kualifikasi khusus dan level tertentu hanya dapat dilakukan bila sebuah corporate memiliki data bank yang cukup atau proses recruitment yang ringkas. Direct Recruitment yang selama ini dilakukan selain kurang fokus pada core business activity.
Recruitment karyawan dalam jumlah banyak, disamping akan membutuhkan
waktu yang cukup lama, juga akan menimbulkan beban operasi yang cukup mahal. Beban biaya yang cukup mahal tersebut terkadang tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. PT Souci Indoprima menawarkan Jasa IT Outsourcing sebagai salah satu business solution dalam memenuhi kebutuhan perusahaan untuk meningkatkan value dan daya saing usaha.
4.2. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2.1. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added merupakan alat ukut kinerja keuangan yang
berangkat dari konsep biaya modalnya. EVA menunjukkan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Dengan kata lain, apabila manajemen memusatkan diri pada EVA, maka mereka akan mengambil keputusan-keputusan keuangan yang konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan.
Perhitungan dan analisis Economic Value Added (EVA) dilakukan berdasarkan laporan keuangan pada PT. Souci Indoprima pada tahun 2005 sampai
(54)
dengan 2009. Economic Value Added (EVA) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
EVA = NOPAT – (WACC x Modal yang diinvestasikan)
Perhitungan Economic Value Added (EVA) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
A. Perhitungan Net Operating After Tax (NOPAT)
Untuk menghitung EVA, hal yang pertama kali harus diketahui adalah Net
Operating After Tax (NOPAT) perusahaan. NOPAT merupakan laba operasi
perusahaan setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan selama operasi berjalan. Perhitungan NOPAT dapat dilakukan dengan rumus :
NOPAT = EBIT (1- Tarif Pajak)
Tabel 4.1
Perhitungan NOPAT pada PT. Souci Indoprima Tahun 2005 – 2009
Komponen
2005 2006 2007 2008 2009
NOPAT
EBIT 367.947.736 335.212.562 252.514.208 244.791.307 190.688.120 Tarif
Pajak 25,24% 24,78% 23,07% 22,85% 28%
1- Tarif
Pajak 74,76% 75,22% 76,93% 77,15% 72,00%
NOPAT 275.077.727 252.146.889 194.259.181 188.856.494 137.295.446 Sumber : Laporan Keuangan PT. Souci Indoprima ( data diolah)
Dari Tabel 4.1, dapat terlihat bahwa NOPAT pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 275.077.727. Sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 8,3% menjadi Rp. 252.146.889, tarif pajak mengalami penurunan sebesar 0,46%. Penurunan NOPAT ini dikarenakan oleh menurunnya EBIT sebesar Rp. 32.735.174 menjadi Rp. 335.212.562.
(55)
Pada tahun 2007 NOPAT juga mengalami penurunan sebesar 23% menjadi Rp. 194.259.181 dari tahun sebelumnya. Tarif pajan juga mengalami penurunan sebesar 1,71%. Penurunan NOPAT ini dikarenakan EBIT yang menurun sebesar Rp. 82.698.353,1 dari tahun 2006.
Tahun 2008, NOPAT masih mengalami penurunan menjadi Rp. 188.856.494 atau sebesar 2,8% dari tahun 2007, tarif pajak menurun sebesar 0,22%. Penurunan ini disebabkan berkurangnya EBIT sebesar Rp.7.722.901.
Pada tahun 2009, NOPAT mengalami penurunan menjadi Rp.137.295.446 atau sebesar 27,3%. Penurunan ini disebabkan turunnya EBIT pada tahun 2009 sebesar Rp. 54.103.187,7 dan juga disebabkan kenaikan pajak sebesar 5,15%.
B. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Dalam perhitungan EVA, biaya modal merupakan hal yang mempengaruhi nilai perusahaan. Konsep biaya modal dimaksudkan untuk dapat menetapkan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata dari keseluruhan dana yang digunakan dalam perusahaan atau WACC .
PT. Souci Indoprima merupakan perusahaan yang sahamnya belum diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, sehingga PT. Souci Indoprima tidak memiliki saham preferen, sehingga untuk perhitungan EVA hanya menggunakan persentase hutang dan persentase ekuitas tanpa saham preferen, dan juga memperhitungkan biaya hutang dan ekuitasnya. Dalam perhitungan WACC diperlukan rumus sebagai berikut :
(56)
WACC =
equity debt
debt
+ Cost of Debt(1-T) + debt equity equity
+ Cost of Equity Tabel 4.2
Perhitungan WACC pada PT. Souci Indoprima Tahun 2005 – 2009
Komponen
2005 2006 2007 2008 2009
WACC
Debt 641.718.627 720.437.254 863.630.433 552.207.238 516.954.682
Equity 583.747.564,50 910.060.126,00 1.092.330.156,60 1.351.460.415,15 1.505.085.555,29
Total 1.225.466.192 1.630.497.380 1.955.960.589 1.903.667.653 2.022.040.237
Wd 52,37% 44,19% 44,15% 29,01% 25,57%
T 25,24% 24,78% 23,07% 22,85% 28%
1 - T 74,76% 75,22% 76,93% 77,15% 72,00%
Kd 5,32% 9,73% 9,11% 15,40% 6,10%
Kd (1 - T) 3,98% 7,32% 7,01% 11,88% 4,39%
Wd x Kd(1 - T) 2,08% 3,23% 3,09% 3,45% 1,12%
We 47,63% 55,81% 55,85% 70,99% 74,43%
Ke 8,42% 12,76% 17,80% 17,62% 16,77%
We x Ke 4,01% 7,12% 9,94% 12,51% 12,48%
WACC 6,09% 10,36% 13,04% 15,96% 13,61%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Souci Indoprima Keterangan :
Wd : Persentase Hutang Kd : Biaya Hutang We : Persentase Ekuitas Ke :Biaya Ekuitas
Dari Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa Weighted Average Cost of Capital (WACC) pada PT. Souci Indoprima tahun 2005 adalah sebesar 6,09%. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan WACC menjadi 10,36%, biaya utang sebesar 3,23% dan biaya ekuitas sebesar 7,12%. Kenaikan ini terjadi karena pada tahun 2006 terjadi kenaikan biaya hutang hingga 1,15%, hal ini dikarenakan pajak yang menurun sebesar 0,46%. Kenaikan biaya ekuitas sebesar 3,11% juga mempengaruhi kenaikan WACC.
(1)
PT. Souci Indoprima
Neraca Periode Tahun 2005 – 2009
2005 2006 2007 2008 2009
Current Assets :
Cash & Bank
604.124.813,00 271.608.252,00 279.581.413,00 434.127.738,15 198.375.647,00 Account Receiveable 94.763.877,23 973.010.936,00 1.477.113.863,27 1.407.864.546,80 1.236.561.645,92 Prepaid Expenses 25.000.000,00 30.000.000,00 30.000.000,00 62.052.149,00 90.842.677,48 Prepaid Income Tax
93.809.840,00 111.433.464,00 57.694.545,00 51.760.553,70 115.830.652,00 817.698.530,23 1.386.052.652,00 1.844.389.821,27 1.955.804.987,65 1.641.610.622,40
Fixed Assets :
Computer & Peripheral 529.799.200,00 529.799.200,00 54.000.000,00 49.600.000,00 45.640.000,00 Office Furniture 24.500.000,00 20.250.000,00 35.900.000,00 56.092.655,17 51.605.242,76 Transport 270.000.000,00 263.000.000,00 236.700.000,00 213.030.000,00 191.727.000,00 Land & Building
240.000.000,00 240.000.000,00 240.000.000,00 240.000.000,00 400.304.490,00
Less : Accumulated Depreciation (441.499.331,00) (529.799.200,00) (22.176.388,89) (33.264.583,33) (49.896.875,00) 622.799.869,00 523.250.000,00 544.423.611,11 525.458.071,84 639.379.857,76 Total Assets 1.440.498.399,23 1.909.302.652,00 2.388.813.432,38 2.481.263.059,49 2.280.990.480,15 Liabilities : Operasional Payable 215.032.207,50 278.805.271,54 141.207.680,00 258.950.243,00 258.950.243,00
Accrued Income Tax
Payable 318.645.163,00 318.645.163,00 - Mortgage 641.718.627,23 524.718.627,23 396.630.432,79 330.942.238,34 259.709.946,67 Other Liabilities - 195.718.627,23 440.000.000,00 221.265.000,00 257.244.735,19 856.750.834,73 999.242.526,00 1.296.483.275,79 1.129.802.644,34 775.904.924,86 Equity : Capital Stock 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 300.000.000,00 300.000.000,00 Retained Earning 204.799.829,00 483.747.564,50 810.060.126,00 992.330.156,54 1.051.460.415,15
(2)
Current Earning
278.947.735,50
326.312.561,50
182.270.030,60
59.130.258,61
153.625.140,14
583.747.564,50
910.060.126,00
1.092.330.156,60
1.351.460.415,15
1.505.085.555,29
Total Liabilities & Equity
1.440.498.399,23
1.909.302.652,00
2.388.813.432,39
2.481.263.059,49
2.280.990.480,15
(3)
PT. Souci Indoprima
Laporan Laba Rugi Periode Tahun 2005 – 2009
2005 2006 2007 2008 2009
Revenues
Sales Rp. 12.702.401.131 14.985.293.038 13.144.993.893 11.701.499.764
13.260.709.737
Cost of Sales
Salary Rp. 10.330.452.921 12.753.625.426 10.318.194.904 9.777.918.436
10.258.913.761 Insurance Rp. 753.213.445 823.567.240 760.284.656 717.190.598
808.816.817 Uniform Rp. 236.901.059 279.547.587 1.004.768.000 315.015.000
898.874.334
Total Cost of Sales Rp. 11.320.567.425 13.856.740.253 12.083.247.560 10.810.124.033
11.966.604.912 Gross Margin 1.381.833.706 1.128.552.785 1.061.746.333 891.375.731
1.294.104.825
Operating Expenses
Marketing & Sales
Expenses
Marketing Tools Rp. 18.950.000 15.250.500 18.420.000 4.420.800
19.941.721 Transportation Rp. 86.439.749 73.256.740 79.300.000 25.603.900
85.851.166
Administration
Expenses
Salary Rp. 430.752.419 350.425.912 325.832.536 388.343.381
611.858.928 Insurance Rp. 98.580.400 86.465.236 111.700.798 37.853.624
41.222.339
General Expenses
Office Supplies Rp. 355.421.790 246.438.821 250.501.707 168.385.760
367.321.659 Depreciation Expenses Rp. 8.477.083 8.477.083 8.477.083 8.477.083
(25.431.250)
Micellaneous
Expenses Rp. 15.264.530 13.025.932 15.000.000 13.499.875
2.652.142
Total Operating
Expenses 1.013.885.971 793.340.224 809.232.125 646.584.423
1.103.416.705
Income Taxable 367.947.736 335.212.562 252.514.208 244.791.307
190.688.120 Rp.0 - Rp.50.000.000 0,1 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
> Rp. 50.000.000 - 0,15 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
(4)
Rp.100.000.000
> Rp.100.000.000 0,3 80.384.321 70.563.769 45.754.263 43.437.392
Total Income Tax Rp. 92.884.321 83.063.769 58.254.263 55.937.392
53.392.674 Other Income 3.884.320 4.163.769 4.964.250 4.170.330
6.666.473 Earning After Tax (EAT) Rp. 278.947.735 256.312.562 199.224.196 193.024.245
143.961.919
Biaya Hutang 34.114.666 70.114.666 78.664.666 85.350.000,00 31.350.000 Biaya Ekuitas 49.151.958,96 116.099.415,48 194.414.430,24 238.159.237,57 252.350.499,64 Biaya Variabel 11.686.209.041 13.786.469.595 12.180.967.560 10.840.148.733 12.072.397.799 Biaya Tetap 889.168.079 1.048.970.513 1.037.344.661 616.559.723 1.020.402.926
(5)
Lampiran 2
Perhitungan persentase pajak =
EBT
Pajak
Total
x 100%
Tahun 2005 =
100
%
25
,
24
736
.
947
.
367
321
.
884
.
92
=
x
%
Tahun 2006 =
562
.
22
.
335
769
.
063
.
83
x 100% = 24,78%
Tahun 2007=
208
.
514
.
252
263
.
254
.
58
x 100% = 23,07%
Tahun 2008 =
307
.
791
.
244
392
.
937
.
55
x 100% = 22,85%
Tahun 2009 = 28% (peraturan perpajakan terbaru)
Perhitungan persentase debt pada modal (Wd) =
Modal
Total
Debt
x 100%
Tahun 2005 =
192
.
466
.
225
.
1
627
.
718
.
641
x 100% = 52,37%
Tahun 2006 =
380
.
497
.
630
.
1
254
.
437
.
720
x 100% = 44,19%
Tahun 2007 =
589
.
960
.
955
.
1
433
.
630
.
863
x 100% = 44,15%
Tahun 2008 =
653
.
667
.
903
.
1
238
.
207
.
552
x 100% = 29.01%
Tahun 2009 =
040237
.
022
.
2
682
.
954
.
516
x 100% = 25,57%
Perhitungan persentase biaya hutang =
g
Hu
Total
g
Hu
Biaya
tan
tan
x 100%
Tahun 2005 =
627
.
718
.
641
666
.
114
.
34
x 100% = 5,32%
Tahun 2006 =
254
.
437
.
720
666
.
114
.
70
x 100% = 9,73%
Tahun 2007 =
433
.
630
.
863
666
.
664
.
78
x 100% = 9,11%
Tahun 2008 =
238
.
207
.
552
000
.
350
.
85
x 100% = 15,40%
(6)