Perawatan, Dukungan dan Pengobatan HIV-AIDS PDP di Indonesia

2.4 Perawatan, Dukungan dan Pengobatan HIV-AIDS PDP di Indonesia

Layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan HIV-AIDS PDP atau yang disebut juga sebagai C are Support and Treatment CST di Indonesia memang dilaksanakan lebih belakangan daripada layanan pencegahan. Namun dengan meningkatnya jumlah ODHA, maka layanan PDP semakin dibutuhkan masyarakat. Tersedianya obat ARV generik juga mempercepat layanan PDP karena salah satu komponen layanan PDP adalah layanan ARV. Layanan obat ARV di Indonesia meningkat sejak penggunaan obat ARV generik yang didatangkan dari India dan Thailand Depkes RI, 2007. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia sesuai anjuran WHO untuk menyediakan layanan ARV bagi semua memberikan subsidi penuh kepada masyarakat sehingga masyarakat yang membutuhkan obat ini dapat memperolehnya dengan gratis. Agar layanan ARV ini dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat maka dilakukan pelatihan tenaga kesehatan baik untuk dokter, perawat, konselor, farmasi dan lain-lain. Pada tahap pertama 2004 ditunjuk 25 rumah sakit dan pada tahun 2006 jumlah rumah sakit yang melayani ARV ditambah sehingga jumlahnya menjadi 75 rumah sakit. Namun pada kenyataannya rumah sakit yang mampu melayani ARV lebih banyak dari itu karena banyak rumah sakit yang ditunjuk mempunyai rumah sakit satelit yang ikut dalam program layanan ARV Depkes RI, 2007. Meskipun jumlah layanan dan cakupan PDP meningkat tajam namun layanan PDP masih menghadapi berbagai masalah yaitu: 1. Sebagian infeksi HIV terdiagnosis pada keadaan tahap lanjut, tak jarang ODHA mempunyai infeksi opportunistik berat bahkan lebih dari satu infeksi opportunistik. Dengan demikian angka kematian perawatan di rumah sakit masih tinggi 2. Perusahaan asuransi tidak bersedia memberikan penggantian biaya untuk kasus AIDS 3. Infeksi HIV di kalangan pengguna narkoba semakin meningkat. Keadaan ini mempersulit penatalaksanaan karena tak jarang seorang ODHA yang dirawat menderita berbagai infeksi opportunistik. 4. Kemampuan layanan PDP masih beragam. Terdapat unit layanan yang sudah mempunyai pengalaman luas dalam PDP namun juga terdapat unit layanan yang baru memulai layanan PDP. 5. Layanan AIDS pada anak masih belum mendapat perhatian yang memadai 6. Agar mampu memberikan layanan PDP pada anak maka diperlukan SDM yang berpengalaman, fasilitas laboratorium yang mencukupi serta obat ARV untuk anak. Tenaga dokter yang mampu mendiagnosis dan melakukan terapi pada anak yang terinfeksi HIV masih sedikit dan terbatas di kota besar 7. Kerjasama rumah sakit dengan LSM di berbagai unit layanan belum terbina dengan baik 8. Dukungan pengadaan fasilitas dan peralatan medik untuk menerapkan kewaspadaan universal masih minim. 9. Kurangnya komunikasi antara pembuat kebijakan dengan pelaksana di lapangan. Dukungan untuk pelaksana di lapangan baik berupa dukungan finansial maupun teknik yang diberikan oleh LSM internasional masih kurang terkoordinasi sehingga membingungkan petugas di lapangan. 10. Dalam hal pelaporan, pelaksana layanan PDP dimintakan laporan oleh berbagai pihak yaitu Departemen Kesehatan, lembaga donor dan WHO. 11. Manajemen logistik perencanaan, pengadaan obat ARV, pendistribusian dan pemantauan belum tertata dengan baik sehingga masih dialami adanya kekurangan obat, kelebihan obat, atau terlambatnya distribusi Depkes RI, 2007.

2.5 Kebijakan pada perluasan Layanan PDP