Prosedur Pengajaran Bahasa Komunikatif
E. Prosedur Pengajaran Bahasa Komunikatif
Persoalanpersoalan bagaimana menerapkan prinsip prin sip pengajaran bahasa komunikatif pada tataran prose dur pengajaran di kelas masih menjadi pusat perbincangan.
52 Furqanul Azies dan A. Caedar Alwasilah, Op. cit., hlm. 73. 53 Diane larsen-Freeman, Op. cit., hlm. 136. 54 Richard & Rodger, Op. cit., hlm. 79-80.
Pembelajaran Menulis Bahasa Arab dalam Perspektif Komunikatif
Pendapat para ahli mengisyaratkan bahwa prosedurprose dur standar pengajaran bahasa komunikatif belum ada. Ada nya berbagai model silabus pengajaran bahasa komunikati f, membuktikan bahwa interprestasi para ahli terhadap pen de katan komunikatif berbedabeda. Hal ini berarti pula bah wa prosedur pengajaran bahasa komunikatif sangat bervariasi. Azies dan Alwasilah menjelaskan bahwa menjabarkan prose durprosedur pengajaran yang khas berdasarkan pendekatan komunikatif memang sulit dilakukan karena dua faktor. Per- tama, prinsipprinsip komunikatif bisa diaplikasikan dalam pengajaran semua keterampilan. Kedua, terdapat keragaman yang luas pada aktivitas dan jenisjenis latihan yang dibahas dalam literatur pengajaran bahasa komunikatif. 55
Ada beberapa prosedur umum pengajaran bahasa komu nikatif yang dikembangkan para ahli. Prosedur yang dimak sud adalah prosedur yang disampaikan oleh Finochairo dan Brumfit (1993) yang menawarkan garis besar pengajaran fungsi bahasa (making suggestion) bagi pembelajaran tingkat awal sekolah menengah pertama, Alexander (1978) dalam mainline Beginner, Abbs dan freebairn (1977) dalam Little wood (1981) yang dilanjutkan Harmer dengan yang disebut communication continum. 56
Prosedur yang disampaikan Finochairo dan Brumfit mem - berikan kesan evolusioner daripada revolusioner. Prosedur pengajaran bahasa komunikatif yang dimaksud adalah se bagai berikut: (1) penyajian dialog singkat yang didahului pembangkitan motivasi siswa yang berkaitan dengan situasi, fungsi dialog dan latar belakang pengalaman; (2) pelatihan
55 Furqanul Azies dan A. Caedar Alwasilah, Op. cit., hlm. 77. 56 Ibid., hlm. 77-81.
Bab 2 • Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
oral, baik terhadap kelompok maupun individu; (3) tanya jawab berkaitan dengan topik dan situasi dialog; (4) tanya jawab tentang pengalaman pribadi siswa berkaitan dengan tema dialog; (5) membahas salah satu ungkapan atau struk tur dan bisa memberikan tambahantambahan dari luar dia log dalam bentuk dialog singkat yang lain; (6) penemuan dan pengrealisasian kaidahkaidah yang mendasari ungkapan fungsional atau struktur oleh siswa; (7) pengenalan lisan atau aktivitas interpretatif; (8) aktivitas produksi lisan, mulai dari yang terbimbing hingga yang lebih bebas; (9) mengalin dialog singkat dalam modul atau teks pelajaran; (10) pemberian tu gas tulis untuk pekerjaan rumah (bila ada); dan (11) evaluasi pembelajaran secara lisan.
Selanjutnya, Alexander dalam bukunya Mainline Begin- ner menganjurkan prosedur dengan memasukkan butirbutir pengajaran baru dalam dialog, namun setiap unit mempunyai fokus fungsional yang jelas. Kemudian, pelatihan polapola gramatikal utama secara terkontrol. Akhirnya, butirbutir pengajaran dikontekstualkan melalui latihan situasional dan diikuti pelatihan lebih bebas seperti main peran atau impro visasi.
Teknik yang sama disampaikan oleh Abbs dan Freebairn dalam bukunya Starting Strategies. Dalam buku ini butir butir pengajaran disajikan dalam bentuk dialog. Butirbutir gramatika dipisahkan untuk pelatihan terkontrol, kemudian dilakukan aktivitas yang lebih bebas. Pelatihan pasangan dan kelompok disarankan untuk mendorong siswa mengguna kan bahasa dan melatih fungsi dan bentuk. Littlewood (1981) menggambarkan rangkaian kegiatankegiatan tersebut seba gai berikut.
Pembelajaran Menulis Bahasa Arab dalam Perspektif Komunikatif
Struktural activities Pre-Communicative activities
Quasi-communicative activities
Functional-communicative Communicative activities
activities Social interaction activities
BAGAN: LANDASAN PRODESUR PBK STRUKTURAL-SITUASIONAL
Pandangan Littlewood ini memperoleh penafsiran lebih lanjut dari Harmer dengan mengajukan apa yang disebut communication continum. Pengajaran berdasarkan pen de kat an komunikatif harus dimulai dengan aktivitas nonkomu nikatif menuju aktivitas komunikatif. Pada tahap nonakti vitas, siswa tidak memiliki keinginan berkomunikasi, tidak memiliki tujuan untuk berkomunikasi. Aktivitas pengajaran menekankan bentuk daripada isi, dengan berkonsentrasi pa
da suatu variasi bahasa. Guru banyak melakukan intervensi dan bahan ajar memegang peranan penting. Dalam aktivitas komunikatif, siswa sudah memiliki ke inginan komunikasi dan tujuan komunikatif. Pengajaran tidak lagi berkonsentrasi pada bentuk, tetapi juga pada isi. Pengajaran melibatkan berbentuk bahasa. Guru tidak lagi banyak campur tangan dan kontrol bahan ajar sudah mulai berkurang.
Pandanganpandangan tentang prosedur pangajaran ba hasa komunikatif seperti yang baru disampaikan mendapat sanggahan dari Savignon. 57 Savignon tidak mengakui bahwa
57 Ibid., hlm. 81.
Bab 2 • Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
pembelajar pertamatama harus memiliki kontrol memadai atas keterampilan individu, seperti pengucapan, tata bahasa, kosakata sebelum mereka menerapkannya pada tugastugas komunikatif. Dia berkeyakinan bahwa pelatihanpelatihan ko munikatif sudah bisa diberikan sejak awal pengajaran.
Dengan demikian, prosedur pengajaran berdasarkan pen dekatan komunikatif masih bervariasi. Sementara ini pro sedurprosedur yang banyak digunakan dalam kegiatan peng ajaran di kelas adalah prosedurprosedur tersebut. Da lam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa guru dapat memilih pro sedur-prosedur yang cocok, memodifikasi, atau mencip takan sendiri prosedur pengajaran komunikatif, bergantung pada situasi dan kebutuhannya.