Karakteristik spasial-temporal hidrogeokimia dan hubungannya dengan kondisialiran di SBT Bribin
2. Karakteristik spasial-temporal hidrogeokimia dan hubungannya dengan kondisialiran di SBT Bribin
Karakteristik hidrogeokimia secara spasio-temporal di SBT Bribin memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai perbedaan karakter hidrogeokimia pada masing- masing lokasi pengambilan sampel yang mewakili alur SBT Bribin dari hulu menuju ke hilir, dan menekankan pada hubungan antara karakter hidrogeokimia dan karakteristik aliran pada masing-masing lokasi pengambilan sampel.
a. Hubungan DHL-kalsium dan DHL-bikarbonat
Gua Bribin yang terletak pada posisi paling hilir pada saat musim kemarau memiliki hubungan yang paling kuat dan memiliki nilai DHL dan kalsium & bikarbonat terlarut yang paling tinggi dibandingkan dengan gua-gua lain. Jika mengacu hasil karakteristik aliran dasar yang sudah dibahas, pada saat musim kemarau komposisi aliran dasar di Gua Bribin adalah yang paling besar dan memiliki fluktuasi aliran dasar paling rendah dibanding gua-gua yang lain, yaitu mencapai angka sekitar 98% dengan
konstanta resesi aliran dasar (K b ) sebesar 0,998, sedangkan komposisi aliran dasar yang
dijumpai di Gua Gilap berkisar pada angka 81 %. Sementara itu, Gua Ngreneng yang oleh MacDonalds dan Partners (1984) disebutkan sebagai bocoran dari Gua Bribin mempunyai nilai hubungan paling mirip dengan Gua Bribin dengan plotting kandungan DHL dan kalsium-bikarbonat yang juga mirip. Gua-gua lain yang berada di wilayah hulu mempunyai nilai hubungan yang lebih kecil dengan yang ditemukan di wilayah hilir, kecuali yang dijumpai di Sungai Pentung karena aliran dasar Sungai Pentung tidak bersifat karstik, sehingga nilai hubungan hanya terpengaruh oleh oleh proses water-rock interaction saja, meskipun bukan dengan mineral yang berbatuan karbonat. Nilai hubungan yang kecil di L. Jomblangan lebih disebabkan adanya proses mixing antara baseflow dari Sungai Pentung dan baseflow dari akuifer karst yang mempunyai karakteristik yang berbeda tingkat interaksinya dengan batuan karbonat. Selanjutnya, aliran antara (fissure flow) yang tinggi di Gua Gilap mengakibatkan proses water-rock interaction tidak seintensif yang dijumpai di Bribin dan Ngreneng.
Tabel 5. Perbandingan determinasi (R 2 ) DHL vs kalsium dan bikarbonat di SBT Bribin musim
kemarau
LOKASI POSISI
HCO₃ VS DHL
DETERMINASI
HIDROGEOKIMIA KETERANGAN Water-rock interaction
PROSES
Sungai yang input SBT Pentung
Inlet hulu
Positif- tinggi-sedang
bukan dengan akuifer baseflow- nya dari
karbonat
akuifer vulkanik Gua yang
L. Jomblangan hulu
Mixing antara air karbonat memperoleh aliran
sedang
dan bukan
langsung dari Sungai Pentung
Persentase aliran dasar agak Persentase Aliran rendah dibanding gua
Dasar (PAD) sekitar G. Gilap
hulu-tengah
0,744 Positif- rendah-tinggi Bribin dan Ngreneng, water 80% dan nilai K i rock interaction dengan
kecil dan K c cukup batuan karbonat cukup kuat
tinggi Persentase aliran dasar
G. Bribin Hilir
paling tinggi, water rock PAD sekitar 90%, K b interaction dengan batuan
tinggi
karbonat kuat Persentase aliran dasar
cukup tinggi dan berlokasi PAD mendekati nilai G. Ngreneng
dekat dengan G. Bribin, water rock interaction
di Gua Bribin, K c dengan batuan karbonat
cukup rendah
kuat
Pada saat hujan, gua Bribin, Ngreneng dan Gilap menunjukkan hubungan Kalsium-DHL yang rendah, sedangkan hubungan yang sama antara Gua Bribin dan Ngreneng tidak berbeda jauh. Saat hujan, gua-gua tersebut mempunyai PAD yang jauh lebih rendah dibanding saat musim kemarau. Tabel 6. menunjukkan bahwa Gua Gilap mempunyai hubungan negatif karena mempunyai PAD yang paling rendah dibanding
G. Bribin dan G. Ngreneng. Sementara itu, Luweng Jomblangan mempunyai hubungan yang besar pada saat musim hujan jika dibandingkan dengan lokasi-lokasi lain, yang kemungkinan karena kecilnya pasokan conduit di daerah hulu karst (berbatasan dengan akuifer vulkanik), dan adanya input dari Sungai Pentung yang sifatnya intermitten saja (direct runoff hilang setelah hujan).
Tabel 6. Perbandingan determinasi (R 2 ) antara DHL-kalsium dan DHL karbonat di di SBT Bribin musim hujan
LOKASI POSISI
HCO₃ VS DHL
PROSES
DETERMINASI
HIDROGEOKIMIA KETERANGAN Proses water rock
Sungai Pentung Inlet hulu
interaction sangat Besarnya direct runoff
lemah
saat hujan Komponen aliran masih
Secara visual tidak Luweng
terjadi fluktuasi debit Jomblangan
hulu 0,812 0,889 Positif-tinggi didominasi diffuse karena berada pada dan kekeruhan yang boundary akuifer karst
mencolok sepanjang waktu
Pasokan komponen conduit sangat kuat,
Gua Gilap hulu-tengah
0,020 0,071 Negatif-rendah
rerata PAD paling Rerata PAD= 73% rendah, water rock
T b = 36,7 jam interaction sangat lemah
Pasokan komponen Gua Bribin
conduit kuat yang masih Rerata PAD= 94% cukup menyisakan
T b = 36,3 jam
aliran dasar Hampir mirip dengan
Bribin, tetapi dengan Gua Ngreneng
Positif rendah-tinggi
time to base flow (T b ) Rerata PAD=88% yang lebih cepat
T b = 16,8 jam dibanding Bribin, karena morfometri gua
Sumber : hasil analisis data 2006-2007
b. Hubungan debit dan persentase aliran dasar (PAD)
Karimi, et al. (2003) menjelaskan bahwa periode resesi (saat debit turun setelah kejadian banjir) akan menyebabkan komposisi aliran diffuse meningkat dan merubah komposisi kimia air sungai bawah tanah karst, sehingga dapat disimpulkan bahwa persentase aliran dasar akan meningkat sering dengan menurunnya debit aliran. Teori tersebut diatas selaras dengan yang terjadi di gua-ga di SBT Bribin. Gua Gilap, Bribin, dan Ngreneng memiliki hubungan yang tinggi antara penurunan debit dan kenaikan PAD, khususnya pada saat musim kemarau, atau hubungan debit dan PAD adalah negatif.
Tabel 7. Perbandingan determinasi (R 2 ) antara PAD-debit di SBT Bribin musim kemarau
KETERANGAN Sungai Pentung
LOKASI POSISI
DEBIT VS
Inlet hulu
Negatif-tinggi
Determinasi paling kuat karena terisi aliran dasar semata yang berasal dari akuifer non-karstic
Determinasi kuat, dan aliran dasar merupakan kombinasi Gua Gilap
hulu-tengah
Negatif-tinggi dari aliran fissure dan diffuse, sehingga lamanya akuifer melepaskan aliran fissure berpengaruh terhadap nilai determinasi. Nilai K i di Gilap=0,767
Gua Bribin Hilir
Determinasi kuat, Nilai K i di Bribin=0,332 Gua Ngreneng
Determinasi sedikit agak lemah dibanding Gilap dan Bribin, Nilai K i di Ngreneng=0,877
Sumber : hasil analisis data 2006-2007
Sementara itu, Sungai Pentung (akuifer vulkanik) memiliki hubungan yang paling kuat, karena sisa aliran sungai di musim kemarau diisi oleh aliran dasar saja. Lain halnya pada sungai bawah tanah, sisa komponen air sungai masih merupakan kombinasi
antara aliran fissure dan diffuse, sehingga nila determinasi (R 2 ) antara PAD vs debit sedikit lebih kecil dibanding yang dijumpai Sungai Pentung. Besarnya determinasi di
Gilap, Bribin, dan Ngreneng ternyata juga dipengaruhi oleh cepat lambatnya akuifer karst melepaskan aliran fissure (nilai K i ), seperti yang disajikan pada Tabel 7. Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa akuifer dengan nilai K i besar (lambat melepaskan komponen fissure), maka determinasi debit-PAD akan lebih kecil dibanding akuifer yang lebih cepat melepas komponen aliran fissure (K i kecil), sebagai contoh adalah fenomena yang ditemui di Gua Bribin. Sebaliknya, pada saat periode hujan, terjadi penurunan nilai determinasi hingga mencapai nilai yang sangat kecil pada sungai bawah tanah di Gua Ngreneng dan Gua Gilap. Hal ini terjadi karena fluktuasi persentase aliran dasar (PAD) cukup besar. Selain itu, jika dihubungkan dengan data fluktuasi PAD selama kejadian banjir, tampak jelas bahwa julat PAD di Gua Gilap dan Ngreneng masing-masing 45-80% dan 40-65%, sedangkan julat PAD di Gua Bribin hanya berkisar antara 80-90% saja. Perbandingan determinasi antara PAD-debit pada gua-gua di SBT Bribin pada musim hujan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan determinasi (R 2 ) antara PAD-debit di di SBT Bribin musim hujan
LOKASI POSISI
DEBIT VS
Aliran dasar yang stabil saat musim hujan, dan sifat banjir
Sungai Pentung Inlet hulu
Negatif-tinggi
yang cepat hilang, sehingga hanya sedikit menurunkan nilai determinasi
Gua Gilap hulu-
tengah
Negatif rendah (tanpa
Fluktuasi aliran dasar yang tinggi saat periode hujan (45-
hubungan)
80%) Fluktuasi aliran dasar yang stabil saat banjir(80-90%),
Gua Bribin Hilir
Negatif-tinggi
bahkan beberapa kali pengambilan sampel dilakukan saat periode resesi setelah banjir
Gua Ngreneng bocoran
Negatif rendah (tanpa
Fluktuasi aliran dasar yang tinggi saat periode hujan (40-
hubungan)
65%). Selain itu inlet G. Ngreneng yang merupakan suatu sinkhole selalu dipasok aliran konduit saat kejadian hujan.
c. Hubungan PAD-kalsium dan PAD-bikarbonat
Saat musim kemarau, terlihat perbedaan yang mencolok pada hubungan PAD- kalsium gua-gua di bagian atas dan bagian bawah daerah tangkapan hujan SBT Bribin. Sebagai kation terlarut suatu sungai bawah tanah, besar kecilnya kalsium terlarut ditentukan oleh besar kecilnya aliran dasar. Gua Bribin dan Ngreneng pada bagian hilir yang lokasinya berdekatan mempunyai nilai determinasi yang sama dan cukup besar yaitu 0,730 (PAD-kalsium) dan nilai diatas 0,850 untuk PAD-bikarbonat. Kesamaan nilai pada musim kemarau ini kemungkinan dapat diakibatkan karena sebagian komponen aliran di Gua Ngreneng berasal dari Gua Bribin. Sementara itu, di Sungai Pentung dijumpai hubungan yang kecil (0,352) pada kalsium karena sebagian besar air bukan berasal dari akuifer karst, sehingga kalsium bukan merupakan kation dominan pada saat aliran dasar memasok aliran Sungai Pentung, lain halnya hubungan PAD- bikarbonat yang determinasinya besar karena ion bikarbonat dapat berasal dari mineral lain selain mineral kalsit. Selanjutnya, Gua Gilap mempunyai determinasi sedang (PAD-kalsium) yaitu 0,588 yang lebih disebabkan karena posisinya di daerah hulu sehingga aliran dasar mempunyai time of residence (lama tinggal) yang relatif lebih singkat untuk melarutkan kalsium dalam air dibanding yang dialami oleh gua-gua di
daerah hilir. Selain itu, Gua Gilap juga mempunyai sifat melepas aliran dasar (K b ) lebih cepat dibanding Gua Bribin. Secara keseluruhan perbandingan determinasi antara PAD- kalsium dan bikarbonat terlarut pada gua-gua di SBT Bribin pada musim kemarau disajikan pada Tabel 9.
Saat periode hujan, secara umum hubungan antara unsur-unsur kalsium- bikarbonat dan PAD mengalami pengurangan karena besarnya pasokan air hujan saat musim hujan. Bahkan di G. Ngreneng dan Sungai Pentung mempunyai hubungan negatif, berarti kenaikan kalsium atau karbonat terjadi pada saat PAD naik. Pada lokasi- lokasi tersebut memang terdapat karakteristik khusus. Sebagai contoh adalah bahwa Sungai Pentung bukan merupakan sungai bawah tanah tetapi merupakan sungai permukaan dan bukan berasal dari akuifer karstik, sehingga kalsium terlarut tidak selalu dominan di dalam air. Sementara itu, Gua Ngreneng seperti sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya merupakan suatu sinkhole pada dasar sebuah lembah karst yang selalu
memperoleh aliran conduit dengan cepat (K c =kecil pada setiap terjadi hujan yang menyebabkan aliran permukaan.
Tabel 9. Perbandingan determinasi (R 2 ) antara PAD-kalsium dan PAD- karbonat di SBT Bribin
musim kemarau
LOKASI POSISI
CA² VS PAD
HCO₃ VS PAD
HIDROGEOKIMIA KETERANGAN Determinasi dengan
bikarbonat tinggi karena Sungai Pentung
Water-rock interaction
Inlet hulu
bukan dengan batuan
terdapat mineral sumber
karbonat
karbonat pada akufer vulkanik
Daerah hulu, aliran
dasarnya waktunya lebih Gua Gilap
Water-rock interaction
dengan batuan karbonat singkat kontak dengan
dengan time residence
batuan. Nilai K b rendah,
cukup singkat
pasokan fissure cukup besar
Water-rock interaction
Gua Bribin Hilir
Positif- tinggi
dengan batuan karbonat dengan time residence
Nilai K b tinggi
lama Water-rock interaction
dengan batuan karbonat Gua Ngreneng
Positif- tinggi
dengan time residence
Lokasi berdekatan, time
lama dan sebagian
residence aliran dasar
komponennya berasal
lebih lama
dari Gua Bribin
Sumber : hasil analisis data 2006-2007
Tabel 10. Perbandingan determinasi (R 2 ) antara PAD-kalsium dan PAD- karbonat di SBT Bribin musim hujan
LOKASI POSISI CA² VS
HCO₃ VS
KETERANGAN Mixing antara proses water-
HIDROGEOKIMIA
Sifat akuifer non-karst yang Pentung
rock interaction akuifer non Sungai
Negatif-rendah
Inlet hulu
Positif rendah (tanpa
karbonat dan aliran langsung
dari hujan. Aliran langsung membuat ion kalsium dan lebih cepat dibanding sungai
hubungan)
bikarbonat tidak dominan.
bawah tanah (Tb=kecil).
Gua Gilap posisinya agak Kuatnya komponen fissure
ke hulu, beda antara fissure, yang cukup stabil (K i =besar),
diffuse dan conduit tidak kenaikan aliran conduit tidak
terlalu tegas, karena Gua Gilap
terlalu fluktuatif ketika terjadi singkatnya time of banjir, (K c besar). Proses residence dari diffuse flow. water-rock interaction paling
Selain itu akuifer G. Gilap
kuat dibanding gua-gua lain
lebih lambat melepas conduit dibanding gua-gua
lain (K c besar). Kejadian banjir membawa
conduit ,sehingga Gua Bribin Beda komposisi diffuse flow Hilir 0.143 0.149 Positif- rendah (tanpa aliran
hubungan)
terjadi proses dillution by dan conduit flow yang tegas precipitation
karena posisinya di hilir Pasokan conduit yang sering
Morfologi gua sebagai
terjadi dan nilai K c yang kecil, sinkhole sehingga setiap Gua Ngreneng
Negatif- tinggi
bocoran
0.882 0.253 rendah (hubungan
,sehingga terjadi proses kejadian hujan akan
terbalik)
dillution by precipitation yang memasok aliran conduit ke
dominan
sungai bawah tanah
Sumber : hasil analisis data 2006-2007
Sementara itu, nilai determinasi kalsium & bikarbonat dengan PAD di Gua Gilap saat musim hujan paling stabil dibanding G. Bribin dan Ngreneng. Kenyataan ini tidak terlepas karena G. Gilap merupakan gua yang letaknya pada bagian hulu dengan Sementara itu, nilai determinasi kalsium & bikarbonat dengan PAD di Gua Gilap saat musim hujan paling stabil dibanding G. Bribin dan Ngreneng. Kenyataan ini tidak terlepas karena G. Gilap merupakan gua yang letaknya pada bagian hulu dengan
Dari telaahan nilai determinasi antar parameter kimia dengan kondisi aliran di aliran SBT Bribin baik secara spasial maupun temporal, maka dapat dijelaskan bahwa:
(1) selama musim kemarau, terdapat hubungan yang kuat antara persentase aliran dasar (PAD) atau besar kecilnya diffuse flow dalam air dengan besar kecilnya unsur terlarut dominan dalam air (hidrogeokimia). Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai determinasi antara DHL dan unsur-unsur terlarut yang mengindikasinya kuatnya proses water-rock interaction (Desmarais dan Rojstaczer, 2002). Hal lain yang menunjukkan hubungan antara karakteristik hidrogeokimia dan besar kecilnya aliran dasar adalah tingginya determinasi antara PAD dan unsur-unsur terlarut. Lebh jauh lagi, besar kecilnya determinasi saat musim kemarau juga dipengaruhi oleh posisi spasialnya pada daerah tangkapan hujan SBT Bribin (lokasinya di hilir, hulu, atau sebagai bocoran, atau bahkan kedudukannya sebagai sungai permukaan atau sungai bawah tanah). Besar
kecilnya variasi nilai konstanta resesi aliran baik itu aliran dasar-diffuse (K b ), aliran antara-fissure (K i ), serta aliran langsung-conduit (K c ), juga berpengaruh terhadap karakter hidrogeokimia di SBT Bribin.
(2) Selama musim hujan, proses hidrogeokimia bergeser dari proses water-rock interaction ke arah dillution by precipitation karena besarnya pasokan air hujan
maupun hujan yang tertinggal pada sungai bawah tanah. Hal ini ditandai dengan turunnya nilai determinasi antara PAD dan unsur-unsur dominan terlarut serta DHL-unsur-unsur dominan terlarut. Hal lain yang berpengaruh terhadap hidrogeokimia sungai bawah tanah saat hujan adalah perbedaan posisi spasial dan karakteristik aliran seperti yang sudah dijelaskan sebelumya.