tingkah laku tersebut Purba, 2008. Ada 4 faktor yang mencakup prilaku tersebut yaitu :
1. Tujuan untuk melukai atau mencelakakan
2. Individu yang menjadi pelaku
3. Individu yang menjadi korban
4. Ketidakinginan si korban menerimatingkah laku individu.
Morrison 1993 menambahkan bahwa prilaku kekerasan seperti prilaku mencederai orang lain dapat berupa seperti perabot rumah tangga, membanting
pintu, ancaman verbsl berupa kata –kata kasar, nada suara yang tinggi dan bermusuhan.
2.2.2. Penyebab Prilaku Kekerasan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya prilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Townsend 1996, dalam Wahyuni dkk, 2008 adalah : 1. Teori biologik, teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang
berpengaruh terhadap prilaku : a
Neurobiologik Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif :
sitem limbic, lobus frontal, dan hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistemlimbik merupakan system informasi,ekspresi emosi, perilaku, dan memori. Pabila ada gangguan pada system ini maka akan
eningkatkan atau menurunkan potensial prilaku kekerasan. Adanya
Universitas Sumatra Utara
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam
komponen dari system neurologis mempunyai implikasi mefasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlibat dalam menstimulasi
timbulnya prilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif Goldstein dikutip dari Townsend, 1996 dalam
wahyuni dkk, 2008. b
Biokimia Goldstein dikutip dari Townsend 1996, dalam Wahyuni dkk, 2012
menyatakan bahawa berbagai neurotransmitter epinephrine, norepinefrin, dopamine, asetikolin, dan serotonin sanat berperan dalam memfasilitasi
atau menghambat impuls agresif, Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teori tentang respon terhadap
stress. c
Genetik Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetic karyotype XYY. d
Gangguan Otak Sindroma otak organic terbukti sebaai faktor predisposisi prilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang system limbik dan lobus temporal ; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus
Universitas Sumatra Utara
temporal, terbukti berpengaruh terhadap prilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori psikologik
a. Teori psikoaanalitik : teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat
mengaibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dantindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise
yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Prilaku agresif dan prilaku kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b. Teori pembelajaran : Anak belajar melalui prilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran
tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika prilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak
memiliki persepsi ideal tentang orangtua mereka selama tahap perkembangan awal namun, dengan perekembangan yang dialaminya,
mereka mulai meniru pola prilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak – kanak atau mempunyai
orangtua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung berprilaku kekerasan setelah dewasa Owens
Strauss dikutip dari Townsend, 1996 dalam Wahyuni dkk, 2012
Universitas Sumatra Utara
3. Teori sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap prilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umummenerima
prilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada prilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.Penduduk yang ramai padatdan lingkungan yang rebut dapat beresiko
untuk prilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasandalam hidup individu.
2.2.3. Tanda dan Gejala Prilaku Kekerasan