67 | G.V. Plekhanov sebagai Menteri Pendidikan Nikolas I, beranggapan bahwa tugas seni

67 | G.V. Plekhanov sebagai Menteri Pendidikan Nikolas I, beranggapan bahwa tugas seni

ialah untuk memperkuat kepercayaan yang begitu penting pada kehidupan masyarakat dan kehidupan pribadi, sehingga perbuatan- perbuatan jahat dihadapi dengan penebusan setimpal di dunia ini juga, yaitu dalam masyarakat yang dengan begitu bernafsu dijaga oleh kaum Shirinsky Shikmatov. Pendapat itu tentu saja sepenuhnya palsu dan vul- gar menjemukan. Para seniman berbuat benar dengan menghindari kepalsuan-kepalsuan dan kevulgaran-kevulgaran seperti itu. Dan di kala kita membaca dari Flaubert, bahwa dalam arti tertentu tiada sesuatu

yang lebih puitik daripada kejahatan, 76 maka kita mengerti, bahwa, dalam arti sesungguhnya, ini adalah suatu penyejajaran kejahatan pada kesusilan kaum moralis burjuis yang vulgar, memuakkan dan palsu dan kaum Shirinsky—Shhikimatov. Tetapi, jika susunan masyarakat yang menghidupi kebajikan vulgar, memuakkan dan palsu ini lenyap, maka keharusan moral untuk mengidealisasikan kejahatan akan juga lenyap. Aku ulangi: Flaubert tidak melihat sesuatu yang vulgar, memuakkan atau palsu pada kebajikan antik, sekalipun, sementara ia menghormatinya, ia bersamaan dengan itu—dikarenakan oleh watak masih sangat mudanya konsep-konsep sosial dan politiknya—akan mengagumi peniadaan kebajikan secara mengerikan ini sebagai prilaku Nero. Dalam suatu masyarakat sosialis, pengejaran seni untuk seni akan menjadi suatu kemustahilan yang sepenuhnya masuk-akal sejauh tidak akan adanya pemvulgaran moral-moral sosial yang kini merupakan akibat tidak terelakkan dari tekad klas yang berkuasa untuk mempertahan kan hak-hak istimewanya.

Flaubert berkata: L’art c’est la recherche de l’inutile (seni adalah pencarian ketiada-gunaan.) Tidak sulit untuk menemukan gagasan dasar dalam kata-kata Kaum Jelata-nya Pushkin. Namun, kengototannya pada ide ini hanya menandakan, bahwa sang seniman memberontak terhadap utilitarianisme sempit klas berkuasa tertentu, atau kasta berkuasa tertentu.... Dengan hapusnya klas-klas, utilitarianisme sempit yang sangat erat hubungannya dengan ego-tisme akan juga lenyap. Egotisme tidak mempunyai kesamaan apapun juga dengan estetika; suatu penilaian selera senantiasa disertai persangkaan bahwa orang yang menyatakannya tidak didorong oleh perhitungan-perhitungan keuntungan pribadi. Tetapi

Seni dan Kehidupan Sosial | 68

keuntungan pribadi adalah satu hal, dan keuntungan masyarakat adalah suatu hal lain lagi.

Keinginan untuk berguna bagi masyarakat, yang merupakan dasar kebajikan antik, adalah sumber dari pengorbanan-diri, dan suatu perbuatan pengorbanan-diri dengan mudah dapat menjadi—dan seringkali telah menjadi itu, sebagaimana dibuktikan oleh sejarah seni— suatu subyek pelukisan estetik. Kita cukup mengingat kembali nyanyian- nyanyian rakyat primitif, atau, agar tidak terlalu jauh, monumen pada Harmodius dan Aristogeiton di Athena. 77

Para pemikir jaman dulu—Plato dan Aristotles, misalnya—sepenuhnya menyadari bagaimana manusia dimerosotkan di waktu segenap tenaga vitalnya diserap habis oleh kekhawatiran akan kebutuhan materialnya. Ideolog-ideolog burjuasi masa-kini juga menyadari hal ini. Sama pla, mereka menganggap perlu untuk meringankan orang dari beban kecemasan-kecemasan ekonomikal terus-menerus yang merendahkan itu. Tetapi orang-orang yang mereka maksudkan ialah anggota-anggota klas masyarakat teratas, yang hidup dari penghisapan atas kerja. Mereka menemukan cara penanggulan persoalan itu seperti yang ditemukan oleh para pemikir zaman-dulu, yaitu pada perbudakan para penghasil oleh suatu kelompok pilihan yang beruntung, yang sedikit banyak mendekati ideal superman. Tetapi, apabila pemecahan ini konservatif bahkan di zaman Plato dan Aristotles, kini ia reaksioner tiada-taranya. Dan jika para pemilik budak Yunani kuno di zaman Aristoteles dapat berharap untuk mempertahankan kedudukan kekuasaannya itu dengan keberanian untuk sendiri bekerja-keras, maka para peng-khotbah masa-kini demi perbudakan massa banyak, sangat menaroh syak-wasangka pada keberanian para burjuis penghisap itu. Itulah sebabnya mengapa mereka begitu tersangkut pada mimpi akan permunculan seorang manusia-su- per sebagai kepala negara yang zenial, yang akan menopang, dengan kemauan-sekeras-baja, tiang-tiang kekuasaan klas yang sudah bergetaran. Kaum dekaden yang tidak hampa kepentingan-kepentingan politik acapkali menjadi pengagum-pengagum penuh nafsu dari Napoleon I.