45 | G.V. Plekhanov

45 | G.V. Plekhanov

merasa dan —terutama— tidak dapat bertindak sebagaimana layaknya orang-orang yang mempunyai kedudukan berkuasa dalam masyarakat. Dalam keadaan sejarah sekarang, ini berarti sama dengan berdosa karena mereka tidak menunjukkan cukup kekuatan dan keteguhan dalam membela kekuasaan burjuasi terhadap serangan-serangan revolusioner dari proletariat. Saksikanlah kemarahan Nietzsche tatkala ia berbicara tentang kaum sosialis. Namun, lagi-lagi, lihatlah yang kita dapatkan.

Jika Pushkin dan kaum romantikus jamannya mencela orang banyak karena terlampau mementingkan poci masak, maka para pengilham neo- romantisisme dewasa ini mencela orang banyak karena terlampau lembam dalam membelanya, yaitu kurang cukup mementingkannya. Sekalipun begitu, kaum neo-romantik juga memproklamasikan, seperti kaum romantik zaman dulu yang indah itu, otonomi mulak dari kesenian. Tetapi, dapatkah orang dengan sungguh-sungguh menyebutkan seni itu berotonomi, jika ia secara sadar menugaskan pada diri sendiri untuk membela hubungan-hubungan sosial yang berlaku? Sudah tentu tidak dapat. Seni seperti itu tidak meragukan lagi bersifat utilitarian. Dan jika tokoh-tokohnya menganggap rendah kerja kreatif yang dipimpin oleh pertimbangan-pertimbangan utilitarian, maka ini tidak lain ialah suatu kesalah-fahaman. Dan memang, dengan mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan akan keuntungan pribadi, yang tidak pernah merupakan hal yang utama di mata orang yang sepenuh-hati mengabdi pada seni, bagi mereka pertimbangan-pertimbangan yang tidak dapat diterima ialah yang berkenaan dengan kebaikan mayoritas yang dihisap. Jika ini merupakan kebaikan bagi minoritas yang menghisap, maka ini menjadi hukum tertinggi bagi mereka. Jadi, sikap dari orang semisal Knut Hamsun atau François de Curel terhadap azas utilitarian dalam seni, sesungguhnya, adalah justru kebalikan dari sikap Theophile Gautier atau Flaubert, sekalipun yang tersebut belakangan ini —sebagaimana kita ketahui— tidak bebas dari prasangka-prasangka konservatif juga. Tetapi, sejak jamannya Gautier dan Flaubert rasangka-prasangka ini, dikarenakan jauh lebih tajamnya kontradiksi-kontradiksi sosial, telah menjadi begitu kuat pada para seniman yang berpegangan pada pendirian burjuasi, sehingga ia kini secara tiada-dapat-dibandingkan adalah lebih sulit bagi mereka untuk bersiteguh pada teori seni untuk seni. Sudah

Seni dan Kehidupan Sosial | 46

tentu akan salah sekali jika kita mengira bahwa tidak ada di antara mereka yang sekarang ini bersiteguh pada teori itu. Namun, seperti akan segera kita lihat, keteguhan itu kini dipertahankan dengan menanggung beban berat.

Kaum neo-romantik —juga di bawah pengaruh Nietzsche— suka menggambarkan bahwa mereka berdiri di atas baik dan buruk. Apakah artinya berdiri di atas baik dan buruk ini? Ia berarti melakukan pekerjaan historis yang besar yang tidak dapat dinilai dalam rangka konsep-konsep yang berlaku tentang baik dan buruk, yaitu konsep-konsep yang lahir dari susunan masyarakat yang berkuasa. Kaum revolusioner Perancis dari tahun 1793, dalam perjuangan mereka terhadap reaksi, tanpa diragukan lagi berada dalam kontradiksi dengan konsep-konsep mengenai baik dan buruk yang lahir dari kekuasaan lama dan yang hampir mati itu. Kontradiksi seperti itu, yang selalu mengandung banyak sekali tragedi, hanya dapat dibenarkan atas dasar, bahwa kegiatan-kegiatan kaum revolusioner yang untuk sementara terpaksa berdiri di atas baik dan buruk membuahkan hasil di mana kejahatan mundur di hadapan kebaikan dalam kehidupan masyarakat. Untuk merebut Bastille, maka para pembela Bastille itu mesti diperangi. Dan siapa pun yang melakukan perjuangan itu, mau tidak mau untuk sementara mesti menempati kedudukan di atas baik dan buruk. Dan hingga batas bahwa direbutnya Bastille mengekang tirani yang dapat menjebloskan orang ke dalam penjara menurut sesuka hati saja ( parce que tel est notre bon