57 | G.V. Plekhanov
57 | G.V. Plekhanov
bahwa dalam menciptakan dunia luar itu, ego kita sedikitnya mengenakan padanya suatu kadar rasionalitasnya sendiri; seorang filsuf tidak dapat sepenuhnya memberontak terhadap nalar, bahkan apabila ia membatasi hak-haknya atas suatu atau lain motif, —demi kepentingan religi,
misalnya 65 Jika seseorang yang percaya bahwa satu-satunya realitas adalah egonya, tidak menyukai pemikiran filosofis, maka ia tidak peduli sedikitpun mengenai bagaimana egonya menciptakan dunia luar itu. Dalam hal seperti ini ia tidak akan cenderung untuk mengandaikan adanya sesedikitpun nalar—yaitu, hukum—dalam dunia luar itu. Sebaliknya, dunia itu akan tampak baginya sebagai suatu kerajaan kekebetulan yang tanpa makna. Dan seandainya terjadi, bahwa ia bersimpati pada suatu gerakan masyarakat yang besar, maka ia, seperti Falk, pasti akan berkata bahwa sukses gerakan itu dapat dijamin bukan oleh jalannya perkembangan masyarakat secara wajar, melainkan hanya oleh ketololan manusia, atau—yang sama artinya dengan di atas ini— oleh kekebetulan sejarah yang tiada artinya. Tetapi, sebagaimana sudah kukatakan, pandangan mistis terhadap gerakan emansipasi Rusia yang dianut oleh Hippius dan kedua sepemikirannya sedikit-pun tidak berbeda, pada dasarnya, dari pandangan Falk, bahwa sebab-sebab kejadian-kejadian besar sejarah adalah ketiadaan arti. Sekalipun sangat berhasrat untuk mengejutkan Eropa dengan kedahsyatan ambisi-ambisi cinta-damai bangsa Rusia yang tiada taranya itu, para pengarang buku Jerman yang kusinggung itu adalah orang-orang yang sepenuh-penuhnya dekaden, yang hanya mampu bersimpati dengan yang tidak akan pernah ada, tidaklah pernah ada—dengan kata-kata lain, mereka itu tidak mampu bersimpati dengan apapun yang terjadi di dalam realitas. Anarkisme mereka yang mistikal itu, karenanya, tidak memperlemah berlakunya kesimpulan-kesimpulan yang telah kubuat atas curahan-curahan liris nyonya Hippius.
Setelah menyinggung hal ini, akan kuungkapkan pikiranku tanpa bercadang-cadang. Kejadian-kejadian tahun 1905-1906 telah menghasilkan kesan yang sama kuatnya pada kaum dekaden Rusia seperti yang terjadi dengan peristiwa-peristiwa tahun-tahun 1847-1849 pada kaum romantikus Perancis. Peristiwa-peristiwa itu membangkitkan perhatian mereka pada kehidupan masyarakat. Tetapi perhatian itu
Seni dan Kehidupan Sosial | 58
kurang cocok bagi perangai kaum dekaden daripada bagi perangai kaum romantikus. Karenanya ia terbukti kurang berumur- panjang. Dan tidak terdapat dasar-dasar untuk menganggapnya dengan serius.
Marilah kita kembali pada seni modern. Jika seseorang beranggapan, bahwa egonya adalah satu-satunya realitas, maka ia, seperti nyonya Hippius menyintai dirinya sebagai Tuhan Hal ini sepenuhnya dapat dimengerti dan memang tidak terelakkan. Dan jika seseorang menyintai dirinya sebagai Tuhan, maka ia di dalam hasil-hasil artistiknya hanya akan sibuk dengan dirinya sendiri. Dunia luar menarik perhatian hanya hingga batas di mana dunia luar sekitar dirinya itu dengan satu atau lain cara menyinggung satu-satunya realitas itu, yaitu ego dirinya yang begitu disayanginya. Dalam Adegan I, Babak II lakon Sudermann yang sangat menarik, Das Blumenboot, barones Erfflingen berkata pada Thea, puterinya: Orang dari golongan kita berada dengan tujuan agar membuat hal-hal di dunia ini menjadi semacam panorama gembira yang berlalu di hadapan kita—atau, lebih tepatnya, yang tampaknya berlalu di hadapan kita. Karena, sesungguhnya, kitalah yang bergerak. Ini pasti. Dan yang lebih daripada itu, kita tidak memerlukan bobot apapun. Kata- kata ini secara sempurna melukiskan tujuan hidup orang-orang dari golongan barones Erfflingen; dengan penuh keyakinan mereka dapat mengulangi kata-kata Barres: Satu-satunya realitas adalah ego diri kita. Tetapi orang yang mengejar tujuan hidup ini haruslah memandang seni hanya sebagai sebuah alat untuk menghidupkan panorama yang tampaknya berlalu di hadapan kita. Dan juga di sini mereka akan mencoba agar tidak diberati oleh beban apapun juga. Mereka akan sepenuhnya mencemooh isi gagasan dalam karya-karya artistik, atau akan menundukkannya pada tuntutan-tuntutan yang penuh ulah dan berubah- ubah menurut subjektivisme ekstrem mereka.
Marilah kita sekarang beralih pada seni-lukis. Sepenuhnya mengabaikan isi gagasan karya-karyanya telah ditunjuk-