Deskripsi Masalah Penelitian

B. Deskripsi Masalah Penelitian

Pelaksanaan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMK Negeri 6 Surakarta dimulai pada tahun 2009, namun predikat SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) telah didapat SMK Negeri 6 Surakarta sejak tahun 2005. Penggantian predikat tersebut dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Nasional karena adanya pergantian peraturan yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia.

Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu mengenai Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMK Negeri 6 Surakarta, deskripsi data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Proses dalam kontek ini menunjukkan adanya interaksi antara komponen- komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana.

Dalam Pembelajaran model RSBI di SMK lebih diorientasikan pada kemampuan skill dan keterampilan indivdu, karena lulusan SMK disiapkan untuk menjadi lulusan yang siap kerja. Dan dalam pembelajaran ini siswa dituntut lebih aktif berperan dalam pembelajaran serta digunakannya media IT dan komunikasi bilingual dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

”Pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta menitikberatkan pada kemampuan skill individu siswa, hal ini karena SMK lebih menyiapkan lulusan yang siap kerja. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran dikelas, praktik dan magang di DUDI yang bekerjasama dengan SMK Negeri 6. Dalam pembelajaran dikelas telah menggunakan IT serta media-media elektronik dalam penyampaian bahan ajar dan sekarang siswa dituntut lebih berperan aktif serta peran guru hanya sebagai fasilitator. Dan ”Pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta menitikberatkan pada kemampuan skill individu siswa, hal ini karena SMK lebih menyiapkan lulusan yang siap kerja. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran dikelas, praktik dan magang di DUDI yang bekerjasama dengan SMK Negeri 6. Dalam pembelajaran dikelas telah menggunakan IT serta media-media elektronik dalam penyampaian bahan ajar dan sekarang siswa dituntut lebih berperan aktif serta peran guru hanya sebagai fasilitator. Dan

Pendapat serupa dikemukakan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Pelaksanaan pembelajaran sudah hampir memenuhi standar RSBI,

namun masih perlu adanya perbaikan dikarenakan program ini masih dalam proses adaptasi bagi tenaga pendidik maupun anak didik. Fasilitas-fasilitas pembelajaran juga sudah menerapkan IT dan penyampaian bahan ajar juga sudah melalui media elektronik. Hanya saja penerapan komunikasi bilingual masih belum maksimal dikarenakan kurangnya kemampuan skill tenaga pendidik dan anak didik, jadi tenaga pendidik lebih mengedepankan pemahaman siswa dengan menggunakan bahasa Indonesia saja.”

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI guru hanya sebagai fasilitator

saja, dan siswa dituntut aktif berperan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengantar bahan ajar kemudian para siswa dituntut lebih banyak mencari informasi-informasi terkait dengan bahan ajar tersebut, sehingga para siswa lebih banyak aktif dalam meningkatkan kemampuan individu mereka sampai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Bahan ajar pun juga tidak harus ditetapkan oleh guru, namun siswa juga dapat menampilkan bahan ajar yang mereka dapatkan dari berbagai sumber yang mereka dapatkan. Penggunaan media pembelajaran juga mengggunakan alat multimedia yang variatif namun belum maksimal, serta proses belajar-mengajar juga bervariasi lewat metode ceramah, presentesi dan diskusi.”

Dari informan IV dalam wawancara 29 April 2010 juga diperoleh pendapat yang serupa sebagai berikut: “Pelaksanaannya sangat menarik karena media-media yang digunakan

sudah modern seperti laptop dan LCD serta gambar-gambar visual yang membuat mudah dalam menerima pembelajaran. Selain itu kami dituntut aktif dalam proses belajar dikelas seperti presentasi, diskusi sehingga proses belajar-mengajar menjadi tidak membosankan. Namun penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi membuat kami kadang- kadang tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan.”

Berdasar observasi yang dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta berjalan sangat aktraktif.

Siswa berperan aktif dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran diskusi. Media pembelajaran telah digunakan dalam pembelajaran, namun penggunaannya belum maksimal. Sedangkan penggunaan metode komunikasi bilingual belum digunakan dalam penyampaian materi pelajaran, hanya beberapa tugas rumah yang diberikan oleh guru telah menggunakan bahasa Inggris.

Dari data diatas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan di SMK Negeri Surakarta telah berjalan sesuai dengan standar-standar RSBI namun masih belum sempurna. Penggunaan komunikasi bilingual antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris masih belum berjalan maksimal.

Dalam pelaksanaan pembelajaran melibatkan berbagai komponen- komponen pembelajaran yaitu: Kurikulum, Siswa, Guru, Bahan Pembelajaran, Media Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Lingkungan Pembelajaran Dan Evaluasi Pembelajaran.

a) Kurikulum KTSP Spektrum Dalam pembelajaran program RSBI ini telah digunakan Kurikulum KTSP yang telah distandarkan dengan SNP (Standar Nasional Pendidikan Nasional) oleh Dirjen Pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh informan I pada wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Kurikulum dalam pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 disesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh Dirjen Pendidikan dan Kurikulum ini diterapkan pada semua sekolah RSBI, dan Kurikulum yang diterapkan sekarang adalah KTSP Spektrum.”

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut : “Pelaksanaan pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 telah menggunakan Kurikulum KTSP Spektrum sesuai dengan yang diperintahkan dalam peraturan yang dikeluarkan Dirjen Pendidikan Nasional.”

Dari hasil observasi melalui pengamatan Kurikulum yang digunakan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah KTSP Spektrum.

Berdasar data di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta adalah Kurikulum KTSP Spektrum.

b) Kompetensi Siswa Kualitas standar anak didik di program RSBI SMK Negeri 6 Surakarta masih jauh dibawah standar yang diterapkan, hal ini dikarenakan seleksi dalam penerimaan siswa baru tidak dilakukan secara ketat oleh pihak sekolah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

”Dalam penerimaan siswa baru seleksi yang dilakukan hanya dalam hal nilai akademis dan tes tertulis hanya bagi siswa luar kota. Namun dalam seleksi nilai akdemis dilakukan secara ketat dan disesuaikan dengan nilai batas bawah yang disesuaikan dengan batas bawah tahun lalu.”

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Seleksi penerimaan siswa baru di SMK Negeri 6 Surakarta hanya didasarkan pada nilai akdemis dalam ijasah siswa dan batas bawah nilai yang diterima disesuaikan dengan hasil rata-rata nilai UAN Kota Surakarta.”

Dari hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan dalam pelaksanaan pembelajaran, pembelajaran model RSBI belum mampu diikuti anak didik karena kemampuannya yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat masih diberikannya pemahaman oleh guru dengan bahasa Indonesia tentang materi ajar yang disampaikan dengan bahasa Inggris. Dan keaktifan siswa juga kurang, hanya sebagian saja yang aktif dalam pembelajaran.

Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerimaan siswa sebagai input pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta hanya didasarkan pada nilai akademis, sedangkan kemampuan intelegensi, sikap mental, kepribadian, kondisi psikologis dan kesehatan fisik tidak banyak diperhatikan oleh pihak sekolah.

c) Kompetensi Guru Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari informan 1 dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

“Dari segi akademis tenaga pendidik di SMK Negeri 6 surakarta telah memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam standar RSBI yaitu S1, dan tenaga pendidik di SMK 6 ini 15% telah menempuh jenjang pendidikan S2 dan telah bergelar S2. Sedangkan kemampuan individu tenaga pendidik juga telah sebagian besar tersertifikasi. Namun dalam hal kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris 80% masih dibawah standar, namun pihak sekolah terus melakukan perbaikan-perbaikan serta peningkatan skill dengan memberikan pelatihan-pelatihan serta kursus-kursus bahasa Inggris.”

Informan II juga mengemukakan hal yang serupa dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Kualitas tenaga pendidik sudah 80% sesuai dengan standar RSBI,

hanya yang 20% adalah tenaga pendidik yang sudah tua dan telah memasuki masa pensiun, sehingga mereka tidak dapat melanjutkan studi untuk memenuhi standar RSBI yaitu S1. Namun tenaga pendidik yang tidak standar RSBI tersebut telah diberikan pelatihan untuk menunjang kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran RSBI. Selain itu 15% tenaga pendidik di SMK Negeri 6 telah menempuh jenjang pendidikan S2. Namun skill tenaga pendidik dalam hal IT dan bahas asing masih sangat kurang.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, keterampilan guru dalam penyampaian materi pembelajaran sudah cukup baik, namun keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran masih kurang karena masih dibantu oleh guru lain dalam pengoperasiannya. Dari data kompetensi guru yang ada, dalam hal akdemis para guru di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sudah sebagian besar yang berijasah S1, dan yang belum berijasah S1 merupakan guru yang sudah memasuki masa pensiun.

Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa dalam hal akademis tenaga pendidik di SMK Negeri 6 telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam konsep RSBI, Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa dalam hal akademis tenaga pendidik di SMK Negeri 6 telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam konsep RSBI,

d) Bahan Pembelajaran berupa modul Pemilihan bahan pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pembelajaran. Guru selain memilih bahan pembelajaran juga dapat mengembangkan bahan pembelajaran baik untuk tujuan pengayaan maupun peningkatan kualitas bahan pembelajaran. Di RSBI SMK Negeri

6 Surakarta penggunaan bahan ajar disesuaikan dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan bahan ajar dapat diperoleh dari berbagai sumber. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

“Bahan ajar yang digunakan sepenuhnya diserahkan oleh guru, namun dalam pemilihannya harus disesuaikan dengan standar kompetensi yang ada. Setiap guru juga diharuskan membuat modul yang digunakan sebagai bahan ajar untuk melengkapai administrasi kelengkapan pelaksanaan pembelajaran.”

Sependapat dengan informan I, pendapat informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Pemilihan bahan ajar disesuaikan dengan silabus dan standar

kompetensi yang ditentukan. Bahan ajar tidak harus ditentukan oleh guru, namun para siswa juga dapat memberikan bahan ajar yang mereka telah cari sendiri. Dan tentang penggunaan modul dalam bahasa Inggris untuk sementara pihak sekolah belum mewajibkan, hal ini dikarenakan sebagian para guru belum mampu menyusunnya karena kemampuan bahasa Inggrisnya sangat kurang.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, bahan ajar yang dimiliki siswa berupa fotocopy modul yang diberikan para guru. Selain itu siswa juga diberikan pinjaman modul dari perpustakaan pada mata pelajaran tertentu. Namun beberapa siswa memiliki bahan pelajaran sendiri dan sumbernya bervariasi berbeda dengan yang dimiliki oleh guru.

Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar yang digunakan disesuaikan dengan silabus dan standar kompetensi yang ada. Setiap guru diwajibkan membuat Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar yang digunakan disesuaikan dengan silabus dan standar kompetensi yang ada. Setiap guru diwajibkan membuat

e) Media pembelajaran yang bervariasi Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam menyalurkan pesan untuk mengatasi masalah dalam proses belajar- mengajar. Di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, sudah digunakan media pembelajaran IT dan elektronik seperti yang dikemukakan oleh informan

II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

“Fasilitas-fasilitas yang ada di SMK Negeri 6 telah disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ruang kelas, ruang laboratorium telah standar dengan standar yang diterapkan dalam RSBI. Dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat bermacam variasi media elektronik untuk penyampaian bahan ajar, serta penggunaan IT dalam proses belajar mengajar seperti penggunaan internet, e-mail. Peralatan praktek di laboratorium juga standar dengan SNP.”

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Dalam pelaksanaan pembelajaran, media yang digunakan sudah

menggunakan multimedia. Dalam penyampaian bahan ajar menggunakan media seperti video, kemudian laptop dan LCD serta penggunaan recording dalam materi listening. Apabila pembelajaran di laboratorium, fasilitas yang diperlukan adalah alat- alat praktek yang sesuai dengan materi ajar yang ada.”

Pendapat informan IV tentang penggunaan media pembelajaran dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 adalah sebagai berikut: “Fasilitas-fasilitas yang ada masih sangat kurang dan penggunaannya tidak maksimal. Fasilitas pembelajaran di kelas seperti laptop dan LCD masih standar namun fasilitas di laboratorium sudah banyak yang rusak dan sudah tidak standar internasional karena umurnya yang sudah tua.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sudah Dari hasil observasi yang dilakukan, media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sudah

Dari data-data di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang ada di program RSBI SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan standar, namun penggunaannya masih belum maksimal karena digunakan dalam pembelajaran tertentu saja. Selain itu ruangan laboratorium sudah sesuai standar namun alat praktikum masih sangat kurang jumlahnya dan banyak yang sudah rusak dan tidak layak pakai.

f) Metode Pembelajaran yang inovatif Metode pembelajaran merupakan komponen belajar yang paling besar dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekkan berbagai cara metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta metode pembelajaran yang digunakan sangat bervariasi dan menuntut siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh informan III sebagai berikut:

“Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI bervariasi lewat metode ceramah, presentesi dan diskusi . Guru hanya sebagai fasilitator saja, dan siswa dituntut aktif berperan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengantar bahan ajar kemudian para siswa dituntut lebih banyak mencari informasi-informasi terkait dengan bahan ajar tersebut, sehingga para siswa lebih banyak aktif dalam meningkatkan kemampuan individu mereka sampai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Dalam komunikasi pelaksanaan komunikasi bilingual , ada beberapa kelas yang sudah menerapkan bilingual dalam komunikasi proses belajar-mengajar, namun ada pula yang belum diterapkan dan hanya menerapkannya pada saat memberi tugas rumah. Hal tersebut diterapkan karena guru lebih menekankan pada pemahaman siswa daripada menerapkan konsep- “Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI bervariasi lewat metode ceramah, presentesi dan diskusi . Guru hanya sebagai fasilitator saja, dan siswa dituntut aktif berperan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengantar bahan ajar kemudian para siswa dituntut lebih banyak mencari informasi-informasi terkait dengan bahan ajar tersebut, sehingga para siswa lebih banyak aktif dalam meningkatkan kemampuan individu mereka sampai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Dalam komunikasi pelaksanaan komunikasi bilingual , ada beberapa kelas yang sudah menerapkan bilingual dalam komunikasi proses belajar-mengajar, namun ada pula yang belum diterapkan dan hanya menerapkannya pada saat memberi tugas rumah. Hal tersebut diterapkan karena guru lebih menekankan pada pemahaman siswa daripada menerapkan konsep-

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Metode pembelajaran dikelas sangat bervariasi dan para siswa

dituntut aktif dalam proses belajar dikelas seperti presentasi, diskusi sehingga proses belajar-mengajar menjadi tidak membosankan. Namun penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi proses belajar-mengajar membuat kami kadang- kadang tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, pelaksanaan metode pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta bervariasi. Metode yang digunakan antara lain: diskusi, presentasi, demonstrasi dan listening. Pengunaan metode komunikasi bilingual dalam pembelajaran masih belum dilaksanakan, hanya pemberian tugas rumah telah digunakan bahasa Inggris.

Dari dua pendapat informan dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran yang digunakan sudah bervariasi dan menarik antusias siswa sehingga mereka tidak merasa bosan dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun penggunaan komunikasi bilingual dalam pembelajaran masih sangat kurang karena masih banyak siswa kurang paham apabila bahasa Inggris digunakan dalam penyampaian materi.

g) Lingkungan pembelajaran yang kondusif Lingkungan belajar sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran di sebuah sekolah. Di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta lahan dan bangunan yang ada dapat digunakan dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sependapat dengan informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

“Lingkungan SMK Negeri 6 ini sangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Lahan yang luas dan bangunan yang besar membuat pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua kelas yaitu pembelajaran di kelas maupun diluar kelas agar para siswa tidak bosan. Suasana lingkungan belajar juga sangat “Lingkungan SMK Negeri 6 ini sangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Lahan yang luas dan bangunan yang besar membuat pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua kelas yaitu pembelajaran di kelas maupun diluar kelas agar para siswa tidak bosan. Suasana lingkungan belajar juga sangat

Pendapat yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Lingkungan belajar di SMK Negeri 6 sangat mendukung dalam

pelaksanaan pembelajaran. Adanya banyak pepohonan dan penataan bangunan yang ada membuat suasana di lingkunagan SMK Negeri 6 menjadi segar karena sirkulasi udara berjalan dengan baik. Lahan sekolah yang luas juga memberi alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran, karena proses belajar-mengajar dapat dilakukan di luar ruang kelas sehingga para siswa tidak bosan.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Lingkungan sekolah sangat menyenangkan dan tidak

membosankan. Lingkungan sekolah banyak sekali pohon-pohon dan taman sehingga membuat udara menjadi segar dan enak dipandang. Suasana sekolah yang tidak bising juga membuat kami merasa tenang dalam menerima pelajaran di kelas.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, lingkungan belajar di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta telah dimanfatkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kondisi lingkungan belajar sangat nyaman, karena banyaknya pohon yang ada di lingkungan sekolah. Lahan sekolah yang luas juga menjadi alternative dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas.

Dari pendapat ketiga informan di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan belajar SMK Negeri 6 Surakarta memberikan kenyamanan dalam pelaksanaan pembelajaran. Suasana lingkungan belajar yang tenang juga sangat mendukung dalam aktivitas belajar. Dan lahan yang luas memberikan alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas.

h) Evaluasi pembelajaran yang valid Dalam pelaksanaan pembelajaran akan diakhiri dengan evaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui tingkat kemampuan anak didik setelah pembelajaran. Evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan dengan mengadakan sebuah test atau ujian. Hal ini sependapat dengan informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

“Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran melalui ujian setelah pelaksanaan pembelajaran menempuh tiap-tiap kompetensi dasar yang ditentukan. Selain itu juga diadakan ujian akhir tiap semester untuk mengetahui peringkat akademis siswa. Dan standar evaluasi yang diberlakukan disesuaikan dengan yang dianjurkan oleh Dirjen Pendidikan. Proses evaluasi tidak hanya bersifat akademis tetapi juga evaluasi dalam hal perkembangan karakteristik siswa. Karena dalam program RSBI, pembelajaran tidak hanya bertujuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tapi juga membentuk kepribadian dan akhlak para siswa.”

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Evaluasi pembelajaran terdapat dua macam, yaitu evaluasi

akademis dan evaluasi kepribadian. Dalam evaluasi akademis dilakukan dengan cara ujian setiap kompetensi dasar dan ujian akhir dalam tiap semester. Sedangkan evaluasi kepribadian dilakukakan dengan melihat tingkah laku setiap siswa dalam pergaulan antar teman dan peran aktifnya dalam pembelajaran di kelas.”

Dari hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan kalender akademik di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, evaluasi pembelajaran dilakukan pada saat berakhirnya setiap kompetensi dasar yang telah dilalui, pada saat mid tengah semester dan pada saat ujian akhir. Selain itu penilaian kepribadian juga dilakukan para guru pada saat kegiatan pembelajaran dengan cara dilakukan penilaian terhadap keaktifan siswa.

Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SMK Negeri 6 Surakarta diadakan setelah tiap-tiap kompetensi pembelajaran Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SMK Negeri 6 Surakarta diadakan setelah tiap-tiap kompetensi pembelajaran

2) Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSBI SMK Negeri 6, terdapat faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a) Faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI

SMK Negeri 6 Surakarta

1) Tenaga pendidik yang berkualitas secara akademis dan berpengalaman serta berprestasi dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran program RSBI

Sumber daya tenaga pendidik yang sebagian besar telah berpengalaman dan berijazah S1 dan lingkungan sekolah yang luas dan nyaman dijadikan keunggulan tersendiri dalam pelaksanaan program RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta.

Seperti yang diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Dalam melaksanakan program RSBI ini SMK Negeri 6 telah

mempunyai dua kenggulan, hal itulah yang menjadi dasar SMK Negeri 6 ini mendapat predikat SMK RSBI yang pertama di Surakarta. Keunggulan tersebut adalah kualitas tenaga pendidik yang telah teruji dan berijazah S1. Dapat dikatakan teruji karena sebagian tenaga pendidik SMK Negeri 6 telah lolos dalam sertifikasi dan berpengalaman dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Selain itu keterampilan yang dimiliki oleh tenaga pendidik juga teruji akan prestasinya, karena beberapa guru telah menjadi juara dalam lomba guru teladan dan ada salah satu guru kami yang akan dikirim ke Thailand dalam rangka studi banding dan studi lanjut.

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI di SMK

Negeri 6 ini adalah adanya sumber daya tenaga pendidik yang Negeri 6 ini adalah adanya sumber daya tenaga pendidik yang

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Para guru disini juga sangat menyenangkan, dalam menyampaikan pelajaran juga bervaraisi sehingga kami tidak bosan.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, kompetensi akademis tenaga pendidik yang sebagian besar telah berijasah S1 menjadikan faktor penunjang dalam pelaksanaan RSBI SMK Negeri 6. Surakarta

Berdasarkan hasil dari wawancara dan hasil observasi yang dilakukan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi akademis serta keterampilan para tenaga pendidik dalam pembelajaran menjadi faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta

2) Lingkungan sekolah yang kondusif dan lahan yang luas menjadi alternatif dalam pembelajaran di luar kelas

Lahan sekolah yang luas dan nyaman memberikan suasana kondusif dalam pembelajaran serta dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

“lingkungan sekolah yang luas dan nyaman di SMK Negeri 6 ini ssangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran program RSBI. Lingkungan sekolah yang dipenuhi pepohonan dan suasana tenang sangat membantu siswa dalam berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu juga membuat kondisi lingkungan sekolah menjadi segar karena sirkulasi udara yang baik dengan adanya pohon-pohon teresbut. Dan lingkungan sekolah yang luas juga memberikan alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di luar kelas.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

“Selain tenaga pendidik, lingkungan sekolah SMK Negeri 6 juga sangat menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Lingkungan sekolah yang luas, nyaman dan asri membuat para siswa mudah berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Luas sekolah juga dimanfaatkan oleh para guru untuk melaksanakan pembelajaran diluar kelas sehingga siswa tidak bosan”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Suasana di sekolah sangat nyaman dan udaranya segar karena adanya banyak pohon di lingkungan sekolah. Selain itu pemandangan taman yang hijau membuat kami tidak bosan. Dan kadang para guru mengajak kami untuk belajar di luar kelas”

Dari hasil observasi yang dilakukan, lingkungan sekolah sangat kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga tercipta suasana belajara yang aman dan nyaman.

Dari hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta terdapat pada kondisi lingkungan belajar yang nyaman dan tenang. Selain itu luas lahan sekolah dapat untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran diluar kelas. Dan lahan sekolah yang luas dapat bermanfaat apabila digunakan secara maksimal.

3) SMK Negeri 6 Surakarta telah bersertifikat ISO 9001:2000

Sertifikat ISO yang merupakan prasyarat untuk mendapat predikat SBI telah didapat SMK Negeri 6 Surakarta. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “ SMK Negeri 6 surakarta telah mendapat sertifikat ISO 9001:2000 sejak tahun 2008”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan II pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Untuk mendapat predikat RSBI atau SBI diperlukan prasyarat sertifikat ISO dalam manajemen sekolah.

Sedangkan SMK Negeri 6 Surakarta telah mendapat sertifikat ISO pada tahun 2008, dengan ISO 9001:2000.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, sertifikat ISO yang dimiliki oleh SMK Negeri 6 Surakarta adalah ISO 9001:2000. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi faktor penunjang dalam penetapan predikat RSBI bagi SMK Negeri 6 Surakarta adalah adanya sertifikat ISO 9001:2000 yang telah dimiliki sejak tahuun 2008

b) Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI

SMK Negeri 6 Surakarta

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang diadakan pastilah terdapat faktor-faktor penghambat, begitu pula pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh SMK Negeri 6 Surakarta ini terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran.

1) Perubahan paradigma pembelajaran yang masih dalam proses

adaptasi untuk dilaksanannya pembelajaran model RSBI.

Perubahan konsep pembelajaran menjadi konsep pembelajaran RSBI member perubahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Perubahan ini masih dalam proses adaptasi sehingga konsep-konsep pembelajaran RSBI masih belum sesuai dengan konsep yang ada. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan I pada wawancara tanggal

19 April 2010 sebagai berikut: “Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI ini adalah

dalam proses adaptasi adanya perubahan paradigma baru untuk mengganti paradigma lama tentang proses belajar-mengajar program RSBI yang menggunakan media elektronik serta fasilitas IT yang belum 100% tenaga pendidik di SMK Negeri 6 disini menguasai sepenuhnya. Selain itu penerapan standar-standar prosedur pembelajaran juga belum sepenuhnya dilakukan dengan benar. Selain itu tenaga-tenaga pendidik yang sudah tua juga belum memahami betul tentang pembelajaran RSBI ini sehingga mereka masih terpaku pada pembelajaran model lama.

Hal yang sama disampaikan oleh Informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “ Dalam pembelajaran program RSBI yang menuntut peran aktif

siswa membuat para siswa menjadi kurang percaya diri dalam berperan aktif seperti menyampaikan pendapat di depan kelas serta berpresentasi di kelas. Dalam forum diskusi para siswa juga kurang berani tampil hal ini karena adanya perbedaan latar belakang siswa dan adanya permasalahan dalam individu siswa. Guru mempunyai peran penting dalam hal ini menjadi seorang motivator bagi para siswa dengan melakukan pendekatan personal dan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi siswa.

Dari hasil observasi yang dilakukan, hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah penerapan konsep pembelajaran RSBI oleh guru dalam pembelajaran RSBI masih kurang. Metode pembelajaran yang bersifat pasif masih diterapkan beberapa guru.

Dari hasil wawancara di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan paradigma pembelajaran yang masih dalam proses adaptasi untuk dilaksanannya pembelajaran model RSBI menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta.

2) Terbatasnya kemampuan dan keterampilan skill individu para tenaga pendidik dan anak didik dalam penguasaan bahasa Inggris.

Kemampuan dan keterampilan individu para guru dan siswa dalam pembelajaran sistem bilingual masih kurang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan I pada wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Kemampuan bahasa Inggris tenaga pendidik dan anak didik juga sangat kurang untuk melaksanakan sistem bilingual, karena masih dalam tahap adaptasi.

Hal yang sama disampaikan oleh Informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Yang menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan pembelajaran

RSBI ini terdapat pada kemampuan skill serta keterampilan pada RSBI ini terdapat pada kemampuan skill serta keterampilan pada

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut: “Permasalahan yang paling utama adalah dalam komunkasi dengan bahasa Inggris. Apabila guru menyampaikan materi pelajaran dengan bahasa Inggris, kami kurang memahami karena bahasanya yang masih kurang bagus dan tidak mudah dipahami.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat beberapa kelas yang menggunakan sistem bilingual , namun dalam pelaksanaannya belum maksimal karena kemampuan bahasa Inggris guru masih kurang dan pemahaman murid juga masih kurang.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, kemampuan dan keterampilan penguasaan bahasa Inggris oleh para siswa dan guru menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI yang menggunakan sistem bilingual.

3) Komponen-komponen pembelajaran yang ada belum sesuai dengan standar dalam program RSBI.

Dalam pelaksanaan pembelajaran program RSBI haruslah terdapat komponen-komponen pembelajaran yang sesuai dengan konsep- konsep RSBI. Dalam pelaksanaannya, pastilah terdapat faktor-faktor penghambat dalam komponen-komponen pembelajaran tersebut. Faktor-faktor penghambat tersebut adalah:

1) Penerapan Kurikulum KTSP dalam silabus dan RPP Dalam komponen Kurikulum tidak ditemui hambatan apapun karena Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum KTSP Spektrum sesuai yang dianjurkan dalam peraturan dari Dirjen Pendidikan. Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan oleh 1) Penerapan Kurikulum KTSP dalam silabus dan RPP Dalam komponen Kurikulum tidak ditemui hambatan apapun karena Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum KTSP Spektrum sesuai yang dianjurkan dalam peraturan dari Dirjen Pendidikan. Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan oleh

”Kurikulum KTSP spektrum sudah merupakan ketentuan yang diharuskan oleh Dirjen Pendidikan dan kita hanya mengikuti dan melaksanakannya saja. Namun dalam pelaksanaannya kadang-kadang para guru belum paham benar tentang masalah tersebut. Pembuatan silabus misalnya kadang-kadang guru yang sudah tua masih saja menggunakan paradigma lam sehingga tak sesuai dengan konsep yang diharuskan.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

”Pemahaman kami tentang Kurikulum KTSP Spektrum memang belum kami kuasai secara mendalam, bahkan para guru yang tua kadang tidak mengetahui sama sekali. Sehingga kami masih sering salah dalam pembuatan alat kelengkapan pembelajaran seperti silabus dan RPP karena berbeda dengan konsep yang diharuskan dalam Kurikulum spektrum tersebut.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, silabus dan RPP yang dibuat para guru sudah sesuai dengan struktur dalam konsep RSBI. Namun dalam Kurikulum tersebut belum dapat dipenuhi semua standar kompetensinya pada saat pembuatan silabus dan RPP oleh para guru.

Dari wawancara di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Kurikulum dalam pembuatan silabus dan RPP oleh guru sering berbeda dengan yang dikonsepkan dalam Kurikulum KTSP Spektrum karena kurangnya pemahaman para guru tentang Kurikulum tersebut.

2) Kemampuan bahasa Inggris Siswa Siswa sebagai input pembelajaran merupakan kompenen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Walaupun pelaksanaan pembelajaran sangat berkualitas, apabila kemampuan input siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak akan tercapai. Faktor penghambatan yang ada dalam komponen siswa seperti yang diungkapkan oleh 2) Kemampuan bahasa Inggris Siswa Siswa sebagai input pembelajaran merupakan kompenen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Walaupun pelaksanaan pembelajaran sangat berkualitas, apabila kemampuan input siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak akan tercapai. Faktor penghambatan yang ada dalam komponen siswa seperti yang diungkapkan oleh

”Faktor penghambat yang utama dalam pembelajaran RSBI ini adalah siswa tidak mampu mengikuti proses belajar-mengajar dengan baik. Hal tersebut ditambah hambatan komunikasi dalam pembelajaran yang menggunakan sistem bilingual dalam pembelajaran. Rata-rata kemampuan bahasa Inggris siswa disini masih kurang. Hal itu dikarenakan pihak sekolah belum menggunakan sistem seleksi dalam kemampuan bahasa Inggris pada saat pendaftaran siswa baru.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut:

”Kemampuan dalam akdemis siswa sebenarnya sudah mampu dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran model RSBI, namun kemampuan dalam menggunakan komunikasi bilingual masih sangat kurang karena pemahaman dalam bahasa Inggris mereka sangat kurang. Kalau penggunaan bahasa Inggris secara pasif mereka masih mampu, tapi bila penggunaan secara akitf mereka sangat belum mampu.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, faktor penghambat pada komponen siswa adalah masih kurangnya kemampuan siswa dalam hal bahasa Inggris pada saat metode bilingual dilaksanakan dalam pembelajaran

Dari hasil wawancara dengan kedua informan di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa pada saat digunakannya sistem bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI masih sangat kurang. Hal ini karena kemampuan bahasa Inggris aktif mereka sangat kurang.

3) Keterampilan dan kemampuan Guru dalam menerapkan sistem bilingual dan penggunaan IT Guru merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran tergantung pada peran guru dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran model RSBI penggunaan IT dan sistem bilingual dalam proses pembelajaran masih berjalan dengan kurang baik.

Hal ini sependapat dengan informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

”Secara akdemis kemampuan guru sudah sesuai dengan konsep RSBI karena sebagian guru disini sudah S1, namun keterampilan individu tiap guru berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan para guru tentang pemahaman IT hanya sebagian kecil yang belum mampu menggunakan yaitu para guru-guru tua. Namun kemampuan bahasa Inggris sebagian besar sangat kurang, seperti dalam ujian TOEIC terakhir rata-rata skorinya masih 350. hal ini yang menghambat komunikasi bilingual dalam konsep pembelajaran RSBI.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

”Faktor penghambat dalam komponen guru yang paling utama adalah keterampilan mereka dalam penggunaan bahasa asing, hal ini yang menghambat para guru menerapkan komunikasi bilingual dalam proses belajar di kelas. Untuk keterampilan dalam penggunaan multimedia dalam penyampaian bahan ajar, sebagian besar guru sudah menguasai namun hanya standar saja.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, faktor penghambat pada komponen guru adalah dalam hal kemampuan dan keterampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran. Selain itu kemampuan bahasa Inggris para guru juga masih sangat kurang.

Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi faktor penghambat komponen guru dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah masih kurangnya kemampuan serta keterampilan guru dalam pengguanaan IT dan penggunaan bahasa Inggris.

4) Ketidakmampuan Siswa dalam memiliki sumber Bahan Pembelajaran Di SMK Negeri 6 Surakarta bahan ajar yang digunakan adalah modul yang telah dibuat oleh guru. Dan para siswa diberi 4) Ketidakmampuan Siswa dalam memiliki sumber Bahan Pembelajaran Di SMK Negeri 6 Surakarta bahan ajar yang digunakan adalah modul yang telah dibuat oleh guru. Dan para siswa diberi

”Kepemilikan bahan ajar oleh siswa sangat kurang, hal ini karena kondisi ekonomi keluarganya. Oleh karena itu guru membuat bahan ajar berupa modul yang digunakan sebagai buku pegangan para siswa. Untuk sumber bahan ajar yang lain, pihak sekolah tidak mewajibkannya.”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

”Para siswa disini dibebaskan dalam menentukan buku bahan ajar sebagi buku pegangan, namun dikarenakan latar belakang ekonomi keluarga siswa, maka para guru memberikan bantuan dengan memberikan pinjaman modul untuk difotocopy dan dijadikan sebagai buku pegangan.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, faktor penghambat dalam bahan pembelajaran adalah masih kurangnya kemampuan para siswa dalam memiliki bahan ajar. Ketersediaan bahan ajar di perpustakaan juga masih kurang dan sumber-sumber pembelajaran yang ada sudah tidak relevan dengan materi yang sekarang.

Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat dalam bahan pembelajaran adalah bahan ajar masih belum mampu dimiliki oleh siswa karena ketidakmampuan dalam hal ekonomi.

5) Terbatasnya jumlah Media pembelajaran Media pembelajaran sangat penting untuk menyampaikan bahan ajar dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI, penggunaan media pembelajaran berbasis IT. Adapun faktor penghambat di RSBI SMK Negeri 6 adalah media yang digunakan jumlahnya masih kurang, hal ini 5) Terbatasnya jumlah Media pembelajaran Media pembelajaran sangat penting untuk menyampaikan bahan ajar dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI, penggunaan media pembelajaran berbasis IT. Adapun faktor penghambat di RSBI SMK Negeri 6 adalah media yang digunakan jumlahnya masih kurang, hal ini

Hal yang sama disampaikan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar belum maksimal digunakan, hanya disesuaikan dengan materi yang ada. Hal ini karena jumlah media pembelajaran IT yang ada masih terbatas.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, komponen media pembelajaran jumlahnya masih sangat kurang untuk digunakan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran di setiap kelas.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam komponen media pembelajaran adalah jumlah media pembelajaran yang masih terbatas, sehingga penggunaannya tidak maksimal karena harus saling bergantian.

6) Kondisi psikologis siswa dalam mengikuti Metode pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta sangat bervariasi, namun masih terdapat hambatan dalam penerapannya seperti yang diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Penerapan metode pembelajaran menuntut siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, namun siswa kadang-kadang masih mempunyai sifat minder dan malu apabila disuruh untuk presentasi didepan, sehingga kami harus memberi motivasi terlebih dahulu.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut:

”Metode yang digunakan dalam pembelajaran membuat kami tidak bosan. Namun yang menjadi masalah apabila kami diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau presentasi, kami menjadi tidak percaya diri karena apabila salah teman- teman sering menyoraki.”

Dari hasil observasi yang dilakukan sebagian besar siswa memiliki rasa kurang percaya diri untuk berperan aktif dalam pembelajaran karena takut salah dalam mengemukakan pendapat.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, yang menjadi faktor penghambat dalam metode pembelajaran adalah kondisi psikologis dari siswa yang belum mampu mengikuti penerapan metode pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

7) Kondisi bangunan dan terbatasnya ruang untuk sistem moving class Kondisi lingkungan belajar di SMK Negeri 6 surakarta sudah memenuhi kualitas pelaksanaan pembelajaran model RSBI. Namun masih ada beberapa yang dijadikan penghambat seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: ”Kondisi bangunan di SMK Negeri 6 sudah termasuk bangunan tua, selain itu jumlah ruang kelas yang ada belum memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI yang menerapkan sistem moving class.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan II pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Kondisi bangunan sebenarnya tidak ada standar yang

ditetapkan dalam program RSBI, hanya perlu adanya perbaikan saja. Namun dalam hal jumlah kelas masih sangat kurang karena belum memenuhi kebutuhan yang diharuskan, seperti ruang kelas untuk menerapkan sistem moving class, laboratorium-laboratorium tiap kejuruan dan perpustakaan yang memenuhi standar RSBI.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, yang menjadi penghambat adalah kondisi bangunan sekolah yang sudah tua dan bebrapa tidak Dari hasil observasi yang dilakukan, yang menjadi penghambat adalah kondisi bangunan sekolah yang sudah tua dan bebrapa tidak

Dari hasil wawancara di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pada lingkungan belajar dalam pelaksanakan pembelajaran model RSBI adalah kondisi bangunan yang sudah tua, keterbatasan jumlah ruang kelas sehingga sistem moving class belum berjalan, serta belum terpenuhinya fasilitas penunjang pembelajaran di kelas seperti laboratorium dan perpustakaan yang belum sesuai dengan standar yang ada.

8) Pemahaman siswa dan orang tua siswa dalam sistem penilaian Adanya program RSBI ini menjadikan perubahan dalam sistem evaluasi pembelajaran yang dilakukan. Sitem penilaian juga terdapat perubahan sehingga pemahaman orang tua tentang evaluasi yang diadakan juga berubah, seperti yang diungkapkan oleh informan III pada wawncara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

”Evaluasi yang dilakukan dengan model pembelajaran RSBI ini memeberikan pemahaman yang berbeda pada orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Untuk memberikan pemahaman pihak sekolah memberi pengertian pada orang tua siswa pada saat penerimaan rapor. Selain itu pihak sekolah juga menyusun hasil evaluasi model lama sehingga orang tua siswa dapat membandingkannya.”

Hal yang sama disampaikan oleh informan IV dalam wawancara pada tanggal 22 April 2010 sebagai berikut:

”Dengan sistem penilaian ini kami kurang paham dengan apa yang dimaksud pada saat penerimaan rapor, sehingga kami tidak tahu sejauh mana hasil belajar kita selama ini. Tapi pihak sekolah memberikan rapor dengan model lama jadi kita berpatokan pada rapor model lama itu untuk mengetahui hasil belajar kita.”

Dari hasil observasi yang dilakukan, hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan belum dapat dipahami oleh para siswa karena adanya perbedaan di sistem evalauasi pembelajaran yang dulu.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam evaluasi pembelajaran model RSBI adalah pemberian pemahaman tentang hasil belajar yang dicapai siswa dengan sistem evaluasi pembelajaran model RSBI.

4) Cara-Cara Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta

Dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta masih banyak terdapat faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran. Faktor-faktor penghambat tersebut timbul dari beberapa komponen dalam pembelajaran. Untuk mengatasinya diperlukan cara-cara dan solusi yang tepat sesuai dengan masalah yang ada. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh SMK Negeri 6 surakarta untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut adalah:

a) Perbaikan kualitas sumber daya tenaga pendidik dengan pelatihan-

pelatihan dan kursus tentang konsep RSBI, Komputer dan bahasa Inggris

Tenaga pendidik merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Oleh sebab itu diperlukan tenaga pendidik yang berkualitas standar internasional dalam pelaksanakan pembelajaran model RSBI. Sebagai penunjang hal tersebut berbagi upaya telah dilakukan oleh pihak sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

“Pihak sekolah telah berupaya mengatasi keterbatasan keterampilan tenaga pendidik dengan pegadaan pelatihan baik disekolah maupun di luar sekolah melalui seminar-seminar serta memberikan kursus-kursus tentang bahasa asing dan komputer yang biayanya ditanggung pihak sekolah.”

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Pihak sekolah secara rutin mengadakan pelatihan dan mengirim

para tenaga pendidik mengikuti seminar-seminar tentang program RSBI agar para tenaga pendidik lebih memahami tentang pelaksanaan program RSBI. Selain itu, tenaga pendidik juga diberikan kursus-kursus tentang komputer dan bahasa asing untuk meningkatkan skill mereka dan semunya dibiayai oleh pihak sekolah.”

Berdasar hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa cara- cara dan solusi yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 6 Surakarta dalam peningkatan kualitas Sumber daya tenaga pendidik adalah dengan diikutkannya tenaga pendidik dalam seminar-seminar tentang program RSBI, diberikannya pelatihan-pelatihan serta kursus komputer dan bahasa Inggris.

b) Peningkatan kemampuan bahasa Inggris anak didik dan sosialisasi

konsep pembelajaran RSBI bagi para siswa

Dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI sangat berbeda jika dibandingkan pembelajaran yang sebelumnya. Hal ini membuat para siswa perlu beradaptasi dengan program ini agar dapat mengikuti pembelajaran model RSBI yang akan diikutinya. Berbagai program telah diadakan pihak sekolah seperti yang disampaikan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

“Untuk anak didik, pihak sekolah memberikan sosialisasi pada saat pertama masuk sekolah melalui seminar disekolah. Dan juga pihak sekolah memberlakukan program English Friday yaitu penggunaan bahasa Inggris dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah setiap hari jum’at serta memberikan les tambahan bahasa Inggris tiap pulang sekolah. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris para siswa sehingga pada nantinya sistem bilingual dapat berjalan dalan proses belajar-mengajar dikelas.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: “Para guru selalu berusaha menerapkan konsep-konsep

pembelajaran RSBI yang ada, namun pelaksanaannya masih dalam pembelajaran RSBI yang ada, namun pelaksanaannya masih dalam

Dari hasil observasi yang dilakukaan, penerapan program English Friday telah diterapkan dalam setiap kegiatan di sekolah, namun pelaksanaannya masih berjalan kurang baik karena belum setiap warga sekolah melakukannya.

Dari dua pendapat di atas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa beberapa cara dan solusi telah dilakukan pihak sekolah dalam mensosialisasikan program RSBI serta peningkatan kualitas anak didik dengan diberikannya seminar tentang program RSBI, diadakan program English Friday, serta diterapkannya konsep-konsep pembelajaran RSBI di kelas.

c) Perbaikan terhadap fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam

pelaksanaan pembelajaran RSBI.

Sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran model RSBI. Hal ini karena pembelajaran RSBI tidak hanya dilakukan untuk sekedar peningkatan kemampuan dan pengetahuan siswa, tapi juga untuk pengembangan keterampilan dan kepribadian karakter siswa. Sebagai upaya hal tersebut fasilitas sarana dan prasarana penunjang pembelajaran telah diperbaiki dan dibangun pihak sekolah seperti yang disampaikan oleh informan I dalam wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

”Untuk menunjang pembelajaran, pihak sekolah akan mengadakan perbaikan fisik dan non fisik. Perbaikan tersebut diperoleh dari dana pemerintah, kerjasama DU/DI dan sumbangan serta sponsor dari beberapa pihak. Perbaikan dari segi fisik meliputi pembangunan gedung bertingkat baru, yang nanti akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rung kelas, laboartorium modern serta laboratorium berbasis Digital Library. Sedangkan dari segi non fisik, pihak sekolah akan berupaya memenuhi kebutuhan media pembelajaran yang multimedia, pengadaan alat-alat praktikum serta akan mengganti alat-alat praktik yang rusak dan sudah tua.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut: ”Perbaikan sarana dan prasarana telah dimulai oleh pihak sekolah,

dan yang menjadi prioritas adalah pembangunan gedung baru untuk memenuhi kebutuhan ruang kelas, laboratorium serta perpustakaan. Sehingga nanti pelaksanaan pembelajaran nodel RSBI dapat berjalan maksimal, seperti penerapan sistem moving class .”

Dari hasil observasi yang dilakukan, pembangunan ruang dan perbaikan sekolah telah dilakukan. Serta pengadaan fasilitas penunjang pembelajaran masih dalam tahap perencanaan.

Dari pendapat d iatas, dapai disimpulkan bahwa perbaikan fasilitas, sarana dan prasarana telah dilakukan oleh pihak SMK Negeri 6 Surakarta dan pengerjaannya masih dalam tahap proses perbaikan dan pembangunan.