Tinjauan Pustaka

2. Tinjauan Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

a. Hakikat Sekolah

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Mulyasa (2002:142- 145) berpendapat:

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara formal dan potensial memiliki peranan penting dan strategis bagi pembinaan generasi muda, khususnya bagi peserta didik pada jenjang pendidikan Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara formal dan potensial memiliki peranan penting dan strategis bagi pembinaan generasi muda, khususnya bagi peserta didik pada jenjang pendidikan

Sedangkan Sekolah menurut Jacob Breemer (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_%28institusi%29) adalah “Suatu lembaga formal yang menyelenggaraka kegiatan belajar mengajar pada ruang dan menggunakan media yang disajikan oleh guru sebagai pemateri dan siswa sebagai obyek yang belajar.”

Menurut UU No.2 tahun 1989 pasal 11 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Jenis pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional”. Kemudian pendidikan yang ditawarkan kepada masyarakat ada yang bersifat akademis dan ada yang mengutamakan keterampilan yang memudahkan lulusan yang memperoleh pekerjaan. Pendidikan yang bersifat akademis adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang menitikberatkan kepada keterampilan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Dan pada kajian teori ini akan dibahas tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Untuk pembahasan teori yang lebih mendalam dapat dilihat dari pembahasan teori dibawah ini.

b. Hakikat Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_kejuruan)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan memperluas pendidikan dasar serta menyiapkan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan memperluas pendidikan dasar serta menyiapkan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang

Berdasarkan PP RI No. 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 yaitu : “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Dan dilanjutkan PP No. 73 Tahun 1991, Pasal 3 ayat 6 mengatakan bahwa : “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”.

Sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemuadian hari.

Berdasarkan keputusan Mendikbud RI No. 180/U/1993 tentang kurikulum SMK, tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan :

1) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan

sikap profesional.

2) Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, mampu berkompetisi dan

mampu mengembangkan sikap profesional.

3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

4) Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

Menurut M. Yusuf Tuloli (2006:76), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik antara lain:

1) SMK diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja.

2) SMK didasarkan atas “demand driven” atau kebutuhan dunia kerja.

3) Fokus isi SMK ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja.

4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada ”hands on” atau performa dalam dunia kerja.

5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses SMK.

6) SMK yang baik harus memiliki sifat responsif dan antisipatif terhadap

kemajuan teknologi.

7) SMK seharusnya lebih menekankan pada “learning by doing” dan “hands

on experience ”.

8) SMK memerlukan fasilitas mutakhir untuk kegiatan praktik.

9) SMK memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dibandingkan SMA atau pendidikan umum lainnya.

Selain itu, Sekolah Menengah kejuruan juga memiliki ciri atau kekhususan yang berbeda dengan jalur pendidikan yang lain. Menurut Soekamto (2000:2), mengemukakan bahwa terdapat tujuh aspek yang menjadi ciri khas bagi Sekolah Menengah Kejuruan diantaranya adalah :

1) Orientasi Pendidikan Orientasi pendidikannya adalah pada lulusan yang dihasilkan, yang disesuaikan dengan tujuan SMK yakni menghasilkan lulusan siap kerja.

2) Justifikasi untuk eksistensi Justifikasi untuk eksistensi dimaksudkan adanya keterampilan yang dibekalkan di sekolah kepada siswanya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3) Fokus kurikulum Kurikulum SMK yang diharapkan untuk dapat mengembangkan segala aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

4) Kriteria keberhasilan Siswa SMK yang dapat dikatakan berhasil adalah bila siswa tersebut dapat memenuhi persyaratan kurikuler di sekolah dan juga memperoleh keberhasilan di dunia sesungguhnya.

5) Kepekaan Pendidikan SMK memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan yang terjadi di sekelilingnya.

6) Perbekalan dan logistik Pendidikan SMK banyak membutuhkan sarana dan prasarana untuk melancarkan program pendidikan.

7) Hubungan masyarakat SMK harus mengadakan hubungan baik dengan masyarakat terutama institusi untuk bekerjasama.

Dalam jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan, terdapat berbagai bidang studi keahlian yang dapat ditempuh. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 252/C/KEP/MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008 yang menetapkan 6 (enam) Bidang Studi Keahlian yaitu:

1) Teknologi dan Rekayasa Bidang studi teknologi dan rekayasa terdiri dari 18 (delapan belas) program studi keahlian, yang diurai lagi menjadi 66 (enam puluh enam) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang teknologi dan rekayasa antara lain konstruksi bangunan, survei pemetaan, ketenagalistrikan, permesinan, otomotif, penerbangan, perkapalan, pertekstilan, grafika, pertambangan, kimia, pelayaran, teknik perminyakan, elektronika.

2) Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang studi teknologi informasi dan komunikasi terdiri dari 3 (tiga) program studi keahlian yang diurai menjadi 9 (sembilan) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerejaan di bidang telekomunikasi, komputer dan jaringan, multi media, broadcasting.

3) Kesehatan Bidang studi kesehatan terdiri dari 2 (dua) program studi keahlian dan diuraikan menjadi 6 (enam) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerejaan di bidang kesehatan seperti keperawatan dan farmasi serta perawatan sosial.

4) Seni, Kerajinan dan Pariwisata Bidang studi seni kerajinan dan pariwisata terdiri dari 7 (tujuh) program studi keahlian yang diurai menjadi 22 (dua puluh dua) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang seni kerajinan seperti seni rupa terapan, industri kerajinan, seni pertunjukkan, di bidang pariwisata seperti perhotelan, boga , busana dan kecantikan.

5) Agribisnis dan Agroteknologi Bidang studi agribisnis dan agroteknologi terdiri dari 7 (tujuh) program studi keahlian yang diurai menjadi 13 (tiga belas) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang pertanian, perikanan, peternakan, pengelolaan hasil pertanian, mekanisasi pertanian dan kehutanan.

6) Bisnis dan Manajemen Bidang studi bisnis dan manajemen terdiri dari 3 (tiga) program studi keahlian yang diurai menjadi 4 (empat) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang bisnis manajemen seperti administrasi perkantoran, akuntansi, perbankan dan pemasaran.

3. Tinjauan Tentang Sekolah Bertaraf Internasional

a. Pengertian dan Konsep SBI

Berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 tentang “Pedoman penjaminan mutu Sekolah/Madrasah bertaraf internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah” bahwa dalam tahapan penyelenggaraan SBI dimulai pada fase rintisan terlebih dahulu, selanjutnya menuju fase kemandirian. Fase rintisan ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pengembangan kemampuan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan serta tahap konsolidasi. Dalam fase rintisan ini bentuk pembinaannya antara lain melalui sosialisasi tentang SBI, peningkatan kemampuan SDM sekolah, peningkatan manajemen, peningkatan sarana dan prasarana, serta pemberian dana block grant dalam bentuk sharing dengan pemerintah daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu tertentu. Dan diharapkan pada saatnya sekolah mampu secara mandiri menyelenggarakan SBI.

Sekolah dengan Standar Mutu Internasional atau SBI adalah Sekolah Nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki Kemampuan Daya Saing Internasional.

SMK-SBI adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan instrumental input (perangkat keras dan lunak), proses dan outputnya memiliki standar tertentu yang diakui/setara dengan standar internasional, dengan memperhatikan potensi ungulan daerah. (http://groups.yahoo.com/group/dikmenjur/message/61367)

Pelaksanaan SBI didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3: “Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”

Pelaksanaan SBI ini juga didasari adanya Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.

1). Pemerataan dan Perluasan Akses 2). Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing. Salah satunya

pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/kota melalui kerja sama yang konsisten antara Pemerintah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.

3). Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik. SBI dapat dirumuskan sebagai berikut: SBI = SNP + X. Dengan pengertian SNP adalah standar nasional pendidikan yang meliputi: standar kompetensi, lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik, dan tenaga kependidikan, standar sarana, dan prasarana, standar pembiayaan, standar pengelolaan, dan standar penilaian. Komponen X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik dalam negeri maupun luar negeri, yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional (Depdiknas, 2007:3).

Penyelenggaraan SBI didasari filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. (Kir Haryana, 2007:37)

Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ).

Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun

Esensi lainnya dari konsepsi tentang SBI adalah adanya daya saing pada forum internasional terhadap komponen-komponen pendidikan seperti output pendidikan, proses penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki daya saing yang kuat dan tinggi. Masing-masing komponen tersebut harus memiliki keunggulan yang diakui secara internasional, yaitu berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Bukti bahwa telah diakui dan teruji secara internasional adalah dengan sertifikasi minimal berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD, negara maju lainnya atau lembaga yang relevan.

Menurut Kir haryana (2007:41) ada dua cara yang dapat dilakukan sekolah untuk memenuhi karakteristik (konsep) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu sekolah yang telah melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja minimal ditambah dengan (X) sebagai indikator kinerja kunci tambahan. Dua cara itu adalah:

1) Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam

SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

2) Adopsi yaitu penambahan atau pengayaan, pendalaman, penguatan, perluasan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsure SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD/negara maju lainnya.

Visi SBI adalah terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional. Sedangkan Misi SBI adalah mewjudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Tujuan penyelenggaraan SBI adalah mengasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional (Depdiknas, 2007:5).

b. Karakteristik Esensial Sekolah Bertaraf Internasional

Dalam pelaksanaan sekolah bertaraf internasional haruslah memenuhi indikator 8 karakteristik esensial jaminan mutu pendidikan betaraf internasional. Berdasarkan rumusan yang ditetapkan oleh direktorat menengah kejuruan, direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah, profil SMK bertaraf Internasional mencakup komponen-komponen utama di sekolah seperti uraian berikut:

1) Kurikulum dan Proses Pembelajaran

a) Kurikulum Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memberikan penekanan kurikulum sebagai suatu program dengan menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (Bab I, Pasal I butir 9).

Oemar Hamalik (2003:24-30) menyebutkan komponen- komponen kurikulum meliputi : (1) Tujuan : setiap satuan pendidikan harus mengacu kearah

pencapaian tujuan pendidikan nasional (2) Materi : merupakan isi dari kurikulum. Isi dari kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian pelajaran mencapai penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.,

(3) Metode : cara yang dipergunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam mencapai tujuan kurikulum yang dilaksanakan menurut prosedur tertentu.

(4) Organisasi kurikulum menyangkut masalah pengaturan isi yang setiap institusi pendidikan bisa memiliki ciri sendiri-sendiri.

(5) Evaluasi : berperan penting untuk memperoleh informasi akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa belajar karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Kurikulum SBI adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan dan strategi pembelajaran sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah pelaksana SBI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan kualitas kompetensi siswa. Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

Dalam Sekolah Bertaraf Internasional, kurikulum nasional yang dikembangkan sekolah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). SBI menggunakan KTSP yang diperkaya agar memenuhi standar nasional pendidikan plus kurikulum internasional yang digali (adopsi dan adaptasi) dari berbagai sekolah mitra baik dalam maupun luar negeri, yang memiliki reputasi internasional. Selain itu juga menerapkan sistem satuan kredit semester dalam kurikulumnya.

Menurut Dirut Pembinaan SMK (2007), profil Kurikulum yang harus dikembangkan dan diterapkan di SMK pelaksana program SBI adalah sebagai berikut :

(1) Menggunakan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berlaku (2) Program normative menggunakan kurikulum yang berlaku (3) Program adaptif menggunakan kurikulum dan atau berdasarkan

kesepakatan dengan mitra internasional sesuai dengan standar kompetensi masing-masing program keahlian.

(4) Program produktif menggunakan kurikulum dengan standar kompetensi internasional yang disepakati bersama dengan mitra internasional.

b) Proses pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik (Mulyasa,2002:100). Proses dalam kontek ini b) Proses pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik (Mulyasa,2002:100). Proses dalam kontek ini

Mutu setiap SBI harus dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kerja minimal, yaitu memenuhi standar proses.

Dalam Sekolah Bertaraf Internasional, menurut Kir Haryana (2007:45) proses pembelajaran harus memenuhi standar proses pembelajaran internasional. Antara lain:

(1) Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator

(2) Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.

(3) Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mapel (4) Pembelajaran pada mata pelajaran sains, Matematika, dan teknologi/produktif dengan bahasa Inggris, kecuali mapel bahasa Indonesia.

. Pada konteks pembelajaran di SMK SBI baik dikelas maupun di laboratorium yang melibatkan banyak perangkat, peralatan, dan sumber belajar diperlukan suatu cara pengaturan tersendiri agar bisa memberikan situasi dan kondisi nyaman bagi siswa. Pada interaksi belajar mengajar guru juga harus menemukan cara menciptakan suasana belajar yang demokratis dan hubungan psikologis yang baik dengan siswa maupun menciptakan situasi yang dapat merangsang hubungan baik diantara siswa.

Dari komponen–komponen kurikulum dan proses pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa Direktorat Pembinaan SMK telah menetapkan standar proses pembelajaran SBI adalah sebagai berikut: (1) Bahan ajar minimal 4 mata diklat produktif menggunakan modul

dengan bahasa Inggris. Setiap siswa memiliki dan menggunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran.

(2) Buku Pegangan, setiap siswa memiliki dan mengunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran. Setiap guru memiliki buku referensi sesuai dengan mata diklat yang diajarkan.

(3) Administrasi pengajaran setiap guru kelas harus mengunakan silabus dan Satuan Acara Pembelajaran untuk setiap mata diklat. Minimal 4 mata diklat produktif mengunakan bahasa Inggris. Adanya jadwal yang jelas dan telah disepakati oleh mitra internasional.

(4) Penilaian mengunakan berbasis kompetensi, memiliki kartu hasil studi, transkrip nilai (5) Guru produktif harus bersertifikat asesor di bidangnya (6) Pengujian sertifikat harus dilakukan oleh Mitra internasional dengan

standar MI

2) Organisasi dan Manajemen Sekolah

SMK pelaksana program SBI wajib memiliki organisasi yang sehat. Dalam pengelolaan SBI harus dijamin dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah. Hal tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu memenuhi standar pengelolaan. Profil Organisasi SMK SBI menurut Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah adalah :

a) Memiliki Visi dan Misi sekolah.

b) Memiliki rencana strategis

c) SMK SBI memiliki rencana tahunan / RAPBS yang merupakan rencana tindakan (action plan) Selain itu menurut Kir Haryana (2007:45) SBI juga harus memenuhi standar pengelolaan yang diwujudkan dalam:

a) Sekolah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000

b) Merupakan sekolah multi kultural

c) Sekolah telah menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf/berstandar internasional diluar negeri c) Sekolah telah menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf/berstandar internasional diluar negeri

e) Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah

Sistem manajemen di SMK SBI memiliki rumusan sistem dan telah melaksaanakan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dan terkomputerisasi dan memiliki pangkalan data (database) yang meliputi: kesiswaan, kepegawaian, sarana prasarana, perpustakaan, dan website sekolah serta semua komputer yang telah terhubung suatu sistem jaringan lokal (internet).

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang pelaksanaan pendidikan yang bertaraf intenasional. SMK SBI harus memiliki beberapa bangunan sebagai sarana prasarana pendidikan di sekolah yang memenuhi standar internasional yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Serta berbagai media ICT yang berfungsi sebagai media dalam proses pembelajaran. Ruang teori dengan luasan 63 m2, sesuai dengan jumlah kelompok belajar dan menerapkan kelas berjalan (moving class). Sekolah memiliki ruang praktek kelas, jumlah dan luasnya sesuai dengan kebutuhan masing- masing program keahlian. Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK. Sekolah juga harus memiliki perpustakan yang memenuhi kebutuhan, nyaman, untuk membaca dan studi siswa. Perpustakan sekolah mengunakan katalog yang berstandar internasional, telah dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia tersedia multimedia dan perangkatnya. Dan sebagai penunjang pembelajaran produktif sekolah juga harus dilengkapi dengan ruang laboratorium, ruang pendidik, ruang praktek produktif. Sedangkan sebagai penunjang aktivitas sekolah juga disediakan ruang unit produksi, ruang administrasi, tempat olahraga, tempat ibadah, kantin sekolah, tempat rekreasi dan ruang penunjang lainnya.

4) Tenaga Pendidik

Setiap SBI harus dijamin dengan guru yang menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya. Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas professional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan dan pelatihan.

Menurut Hermana Soemantri (2007), penjaminan mutu tenaga pendidik SBI ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK

b) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris

c) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.

Pada SMK SBI guru mata diklat normative dan adpatif minimal berpendidikan S1 atau D4, pendidikanya sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi yang sesuai di bidangnya, mampu berbahasa Inggris aktif dengan skor TOEIC (Test of English in Convesation ) untuk guru bahasa Inggris minimal 600, guru adaptif 400, guru normatif 300. Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A.

Guru mata Diklat produktif, tingkat pendidikan minimal S1 atau D4 sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi sesuai di bidangnya, mampu berbahsa Inggris aktif dengan skor TOEIC minimal 550, mempu mengoperasikan komputer, mampu men-download maple dari internet. Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.

Kepala Sekolah dengan tingkat pendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah. Kepala sekolah juga memiliki kemampuan Kepala Sekolah dengan tingkat pendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah. Kepala sekolah juga memiliki kemampuan

5) Standar Anak Didik

Kualitas standar anak didik di SMK SBI perlu diperhatikan sejak awal masuk, pembinaan selama proses sampai dengan siswa tersebut tamat. Menurut Kir Haryana (2007:44) bahwa

Siswa baru SBI di seleksi secara ketat mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian dan kesehatan fisik. Seleksi penerimaan siswa baru juga harus memenuhi persyaratan akademik dan non akademik. Persyaratan akademik meliputi nilai Bahasa Inggris 7,0 bahasa Indonesia 7,0 dan nilai matematika 7,0. sedangkan persyaratan non akademik mengacu pada sekolah atau dunia industri yang berskala internasional antara lain : psikotes, tes matematik, tes bahas Inggris, tidak buta warna dan bebas narkoba.

6) Lingkungan sekolah dan masyarakat

Pada lingkungan sekolah terdiri dari 2 macam yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari gedung, halaman sekolah, taman sekolah, dan kebun sekolah. Lingkungan non fisik diwarnai oleh kualitas interaksi warga sekolah. Kerjasama saling menghormati, bersikap sopan, ramah dan toleran perlu dikembangkan di sekolah

Penyelengaraan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab pemerintah, orang tua dan masyarakat secara bersama-sama. Kebersamaan itu diwujudkan dengan adanya partisipasi sesuai dengan porsinya masing- masing. Peran serta masyarakat di sekolah biasanya disalurkan dan difasilitasi oleh komite sekolah atau dewan sekolah.

Menurut Dirut Pembinaan SMK (2007) bahwa: SMK SBI mensyaratkan adanya institusi pasangan baik dari dari

dalam negeri maupun luar negeri yang memiliki kualifikasi internasional. Adanya insitusi pasangan yang telah dimiliki sekolah harus dibuktikan dengan naskah kerjasama antara SMK dengan institusi pasanganya. Selain itu juga adanya peran aktif dari sekolah dalam program kemitraan tersebut guna peningkatan kualitas kompetensi siswa dan pemasaran tamatan.

7) Pembiayaan

Pengembangan SMK SBI membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pada umumnya sekolah di Indonesia belum memenuhi standar internasional. Menurut Hermana Soemantri (2007:25):

Untuk menuju ke standar internasional yang sesunguhnya semua komponen sekolah harus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Selain itu juga harus menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan. Dana SMK SBI dapat bersumber dari pemerintah pusat, daerah, komite sekolah, sponsor dunia usaha dan industri, dan unit produksi sekolah.

8) Penilaian

Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Menurut Kir Haryana (2007:45) “Sistem penilaian yang digunakan dalam SBI adalah sistem atau model penilaian telah diperkaya dengan adopsi sistem penilaian dari sekolah unggul di salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnnya.”