dengan faktor psikologis dari pada faktor audiologis. Banyak problem akibat tinitus yang didasarkan oleh faktor psikososial.
Reaksi yang terjadi dapat berupa rasa tertekan, frustasi, marah, penurunan konsentrasi dan gangguan tidur, yang akhirnya masuk kedalam
kondisi ansietas yang konstan, perhatian langsung terhadap tinitus dan membangun ‘lingkaran kemarahan’ ketika tinitus meningkat secara
langsung mengakibatkan ansietas Holmes Padgham, 2009.
2.4 Bising
Bising dapat didefinisikan sebagai suara yang merusak yang memiliki efek samping terhadap kesehatan individu. Bising yang level suara yang tinggi
dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dan juga dapat menyebabkan anxietas, depresi, dan meningkatkan angka kecelakaan Mrena, et al., 2007.
Suara diukur dengan desibel db. Pada skala desibel, peningkatan 10 berarti surata tersebut 10 kali lebih intens dan lebih kuat. Percakapan sehari-
hari adalah sebesar 60db, suara lemari es yang menyala sekitar 45db, suara kemacetan di jalan raya dapat mencapai 85 db, sedangkan suara motor,
kembang api berkisar antara 120-150 db NIDCD, 2008 Berdasarkan National Institute on Deafness and Other Communication
Disorders 2008, pemaparan yang lama dan berulang-ulang dengan kekuatan suara sekitar 85db dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
2.5 Mekanisme Bising Menyebabkan Tinitus
Bising dapat menyebabkan tinitus dikarenakan tinitus merupakan efek sekunder dari NIHL Noise Induce Hearing Loss. Bising menyebabkan
kerusakan pada rambut luar koklea dan dapat mengubah poin operasi dari rambut dalam. Pemaparan bising dapat menyebabkan kerusakan pada rambut
dalam dan membran basilar sehingga terjadi tubrukan dari membran tektorial secara langsung dengan stereocillia dari rambut dalam sehingga menyebabkan
depolarisasi. Pemaparan bising juga dapat mningkatkan konsentrasi kalsium
Universitas Sumatera Utara
pada rambut luar dan dapat menyebabkan tinitus dengan meningkatkan pengeluaran neurotransmitter.
Perubahan fungsi atau plastisitas neural juga memainkan peran penting dalam terjadinya tinnitus. Hal ini juga dapat terjadi karena pengurangan input
sehingga terjadi disinhibisi dari nukleus koklearis dan dapat meningkatkan sistem auditori sentral dengan tanda hipersensitivitas Rubak, et al., 2008
2.6 Tinnitus Handicap Inventory THI
Tinnitus handicap inventory merupakan tes yang digunakan untuk
menentukan derajat stres yang dialami pasien tinitus Keate B, 2011.
THI memperhitungkan evaluasi hubungan antara tinitus dan manifestasi stres, frustasi, iritasi, gangguan, depresi, ansietas,
ketidaknyamanan dan kesulitan bersosialisasi dengan keluarga dan teman. Dari aspek fungsional THI mengenali gangguan tinitus dengan kegiatan yang
berhubungan dengan konsentrasi, ketajaman pendengaran, perhatian, tidur, kegiatan sosial dan harian, membaca, disamping sensasi melelahkan yang
dapat memperburuk tinitus dengan stress. THI juga digunakan sebagai evaluasi pra terapi dan pascaterapi Ferreira et al., 2005.
2.7 Geografi dan Demografi Kota Medan
2.7.1 Geografi Kota Medan
Batas kota Medan secara administratif adalah sebagai berikut: 1.
Utara : Selat Malaka
2. Selatan
: Kabupaten Deli Serdang 3.
Barat : Kabupaten Deli Serdang
4. Timur
: Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun
1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, kota Medan dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151
kelurahan. Adapun kecamatan-kecamatan di kota Medan ialah seperti berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Medan Tuntungan
2. Medan Johor
3. Medan Amplas
4. Medan Denai
5. Medan Area
6. Medan Kota
7. Medan Maimun
8. Medan Polonia
9. Medan Baru
10. Medan Selayang
11. Medan Sunggal
12. Medan Helvetia
13. Medan Petisah
14. Medan Barat
15. Medan Timur
16. Medan Perjuangan
17. Medan Tembung
18. Medan Deli
19. Medan Labuhan
20. Medan Marelan
21. Medan Belawan
2.7.2 Demografi Kota Medan.
Secara demografi kota Medan sedang mengalami transisi, yaitu dari tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju ke tingkat kelahiran dan
kematian rendah. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan ini adalah perubahan pola pikir masyarakat yang semakin maju dan perubahan sosial
ekonomi merupakan faktor-faktor utama. Faktor-faktor lain yang memengaruhi perubahan tersebut antara lain perbaikan gizi dan kesehatan
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di kota Medan dari tahun 2005-2009 Pemkomedan, 2013.
Tabel 2.2: Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan 2005-2009
Sumber: Pemkomedan, 2013 Tahun Jumlah
Penduduk Luas Wilayah
KM² Kepadatan
Penduduk JiwaKM²
[1] [2] [3] [4] 2005 2.036.185 265,10 7.681
2006 2.067.288 265,10 7.798 2007 2.083.156 265,10 7.858
2008 2.102.105 265,10 7.929,5 2009 2.121.053 265,10 8.001
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
3.2.1 Tinitus
Tinitus merupakan suara berdenging pada telinga yang terdengar oleh penderita baik lebih ataupun kurang dari lima menit pada pekerja
pandai besi di kota Medan yang terpajan bising.
3.2.2 Kualitas hidup
Kualitas hidup adalah keadaan dimana individu dapat melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari tanpa adanya gangguan emosional,
fungsional dan adanya aspek yang membahayakan yang seluruh gangguan ini diakibatkan oleh tinitus.
a. Cara ukur : Angket
b. Alat ukur : Kuesioner, yang terdiri dari 25 nomor pertanyaan.
Pertanyaan nomor 03, 06, 10, 14, 16, 17, 21, 22 dan 25 mengevaluasi aspek emosional. Pertanyaan nomor 01, 02, 04,
07, 09, 12, 13, 15, 18, 20, dan 24 mengevaluasi aspek fungsional, dan pertanyaan nomor 05, 08, 11, 19, dan 23
mengevaluasi aspek yang membahayakan. Jawaban dari kuesioner ini terdiri dari tiga jawaban:
Tinitus Kualitas hidup
pekerja pandai besi yang terpajan bising
Universitas Sumatera Utara