49 kedewasaan masyarakat. Apabila tingginya tingkat pendidikan diiringi dengan
kesadaran dan kedewasaan yang tinggi, maka bukan hal yang mustahil jika dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang semakin baik pula. Sebagian besar
pendidikan responden adalah SMP sehingga kemampuan untuk menerima informasi tentang arti pentingnya pemberantasan DBD masih rendah. semakin
tinggi tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh dalam menerima informasi dan perubahan sikap.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi para kader
jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009 dalam pemberantasan DBD. Sedangkan faktor lainnya yaitu ketersediaan fasilitas tidak
memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi para keder jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009 dalam
pemberantasan DBD. Adapun faktor-faktor tersebut yang memiliki hubungan yang signifikan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
A. Fakor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Jumantik Dalam
Pemberantasan DBD
Hasil analisis bivariat masing-masing variabel menunjukkan bahwa variabel yang terbukti berhubungan dengan partisipasi kader jumantik dalam
pemberantasan DBD antara lain:
50 1.
Pendidikan Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pendidikan dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,003. Para kader yang berpendidikan
tinggi terbukti mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam pemberantasan DBD. Responden yang berpendidikan tinggi akan
mengakibatkan tindakan partisipasi pemberantasan DBD akan semakin baik. Hal ini dikarenakan informasi dan perubahan sikap responden yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi pengetahuannya dalam pemberantasan penyakit DBD.
Hal ini sesuai dengan penelitian Widyanti 2006 yang dilakukan di Desa Makam Haji wilayah kerja Puskesmas II Kartasura. Menyatakan
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Variabel pendidikan dalam
penelitian ini mempunyai odd ratio 7,633 yang berarti interval keyakinan 95 2,417-24,107. Artinya pendidikan mempunyai pengaruh
yang signifikan, sehingga dalam peneltian ini terbukti bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pencegahan DBD.
Menurut Helmi dan Faizah 2008 dengan judul “ pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit demam berdarah dengue terhadap
perilaku aktif pencegahan penyakit demam berdarah dengue pada ibu-ibu warga Minapadi Kelurahan Nusukan Kota Surakrata” membuktikan
51 bahwa ada perbedaan rata-rata perilku aktif pencegahan DBD sebelum
dan sesudah pendidikan kesehatan. Hasil uji hipotesis dengan uji t memperoleh nilai t hitung sebesar 9,733 t hitung 2, 042 pada taraf
signifikan 5. Adanya perbedaan tersebut membuktikan bahwa pendidikan kesehatan mampu meningkatkan kualitas perilaku aktif dalam
pencegahan DBD. Nilai rata-rata perilaku pencegahan DBD sesudah pendidikan kesehatan 11,636 terlihat lebih tinggi dari pada nilai rata-
rata perilaku aktif pencegahan sebelum pendidikan kesehatan 9,242. 2.
Penghasilan Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara penghasilan dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,000. Pada variabel penghasilan ini
terbukti mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam pemberantasan DBD. Responden yang memiliki penghasilan diatas UMR Kota Boyolali
memiliki pengaruh partisipasi yang tinggi dalam pemberantasan DBD. Hal ini dikarenakan responden yang berpenghasilan tinggi akan bisa
meluangkan banyak waktu untuk bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan jumantik, selain itu banyak waktu dari kader berada di rumah sehingga
pada saat jadwal jumantik yang dilaksanakan setiap hari minggu. Hal ini sesuai dengan penelitian Widyanti 2006 yang menyatakan
tingkat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Variabel penghasilan dalam
52 penelitian ini mempunyai odd ratio 6,495 yang berarti interval
keyakinan 95 1,603-26,327. Artinya pendapatan keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan, sehingga dalam peneltian ini terbukti bahwa
pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pencegahan DBD. 3.
Jenis pekerjaan Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara jenis pekerjaan dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,002. Pada variabel ini terbukti
bahwa jenis pekerjaan mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam pemberantasan DBD. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan formal yang
mempunyai surat keputusan SK baik dari negara ataupun pemerintah daerah mempunyai jaminan dan tunjangan-tunjangan. Kader yang bekerja
pada bidang formal pada akir pekan akan mempunyai waktu luang lebih banyak dirumah, sehingga pada saat jadwal kegiatan jumantik yang
dilaksanakan pada setiap hari minggu tidak akan mengganggu untuk mencari nafkah kelurga. Tetapi pada responden yang memiliki pekerjaan
pada bidang informal akan berpengaruh sebaliknya, terutama dalam proses pencarian nafkah untuk kesejahteraan keluarga waktu dan hari
tidak teratur. Sehingga pada hari libur waktu para kader juga mempunyai kegiatan mencari nafkah, sehingga pada saat pelaksanaan jumantik juga
akan ikut tergangu.
53 Hal ini sesuai dengan pernyataan Dalimunthe, 2008 bahwa
pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program pencegahan penyakit.
B. Faktor Yang Tidak Berhubungan Dengan Partisipasi Para Kader