7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian
DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Penyakit ini ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang mempunyai kebiasaan menggit mangsanya pada saat siang hari. Masa inkubasi virus ini adalah 2-10 hari di dalam tubuh vektor
dan akan muncul dikelenjar liur nyamuk dan siap menginfeksi manusia yang tergigit Soegijanto, 2004.
Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe tersebut yang menyebabkan infeksi paling
berat di Indonesia, yaitu DEN 3. Virus Dengue berukuran 35-45 nm, Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Nyamuk betina menyimpan virus tersebut pada tubuhnya. Nyamuk jantan akan menyimpan virus pada nyamuk betina saat melakukan kontak
seksual. Selanjutnya, nyamuk betina akan menularkan virus ke manusia melalui gigitan Satari dan Meiliasai, 2004.
2. Gejala DBD
WHO dalam Soegijanto, 2004 diagnosis yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk
mengurangi dioagnosis secara berlebihan, antara lain:
8 a.
Kriteria klinis 1
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung selama 2-7 hari.
2 Terdapat manifestasi perdarahan.
3 Pembesaran hati.
4 Syok, yang ditandai dengan nadi kecil dan cepat dengan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
b. Kriteria laboratoris 1
Trombositopeni 100.000mm
3
atau kurang. 2
Hemakonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 atau lebih menurut standar umum dan jenis kelamin.
3. Derajat DBD Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka
diagnosa secara klinis dapat dibagi atas WHO dalam Siregar, 2004 adalah sebagai berikut:
a. Derajat I ringan
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi pendarahan.
b. Derajat II sedang
Penderita dengan gejala yang sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan spontan kulit dan perdarahan lain.
9 c.
Derajat III berat Penderita dengan gejala kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menyempit 20 mmhg atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.
d. Derajat IV berat Penderita syok berat dengan tensi tak dapat diukur dan nadi yang tak
dapat diraba. 4. Patogenesis
Menurut Soegijanto, 2004 patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversi. Dua teori umum yang dipakai dalam
menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD. Yang pertama adalah hipotesis infeksi, yaitu hipotesis yang menyatakan secara tidak langsung
bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan dengue serotipe yang heterolog serotipe yang berbeda, mempunyai resiko lebih
besar untuk kemungkinan mendapatkan DBD. Antibodi heterolog yang telah ada dalam tubuh sebelumnya akan mengenali virus lain yang
menginfeksi kemudian membentuk kompleks antigen antibodi. Yang kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti halnya semua virus
binatang yang lain secara genetik dapat merubah sebagai akibat dari tekanan pada seleksi sewaktu virus tersebut melakukan replikasi pada
tubuh manusia maupun tubuh nyamuk. Di samping itu, terdapat beberapa tingkatan virus yang mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah
yang lebih besar.
10 5.
Panatalaksanaan Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada
fase demam, pasien sebaiknya dianjurkan perawatan menurut Hadinegoro dan Satari, 2004 adalah sebagai berikut:
a. Tirah baring selama masih demam.
b. Obat kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan
suhu menjadi 39 C dianjurkan pemberian parasetamol.
c. Pada pasien dewasa diperlukan obat yang ringan kadang-kadang
diperlukan untuk mengurangi rasa sakit kepala dan nyeri otot. d.
Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, selain air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
e. Monitor suhu badan dan jumlah trombosit serta kadar hematokrit kadar
trombosit dalam darah sampai normal kembali. Pasien DBD saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
penyembuhan. Meskipun semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini
disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan demam dengue dan demam berdarah dengue pada fase demam. Perbedaan sangat
jelas pada saat suhu turun, yaitu pada demam dengue akan terjadi penyembuhan, sedangkan pada demam berdarah dengue terdapat tanda
awal kegagalan sirkulasi syok.
11 6. Morfologi dan lingkaran hidup vektor DBD
a. Morfologi, 1
Nyamuk dewasa Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
2 Kepompong
Kepompong pupa berbentuk seperti ”koma”. Bentuknya lebih besar namun ramping dibanding larvanya. Pupa berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. 3
Jentik larva Ada 4 tingkat instar jentik sesuai dengan pertumbuhan larva
tersebut, yaitu: a
Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
b Instar II
: 2,5-3,8 mm c
Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
d Instar IV
: berukuran paling besar 5mm 4
Telur Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,08 mm, berbentuk
oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampung air.
12 b.
Lingkaran hidup Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya mengalami
metamorfosis sempurna, yaitu: telur menjadi jentik kemudian kepompong dan fase yang terakir adalah nyamuk. Stadium telur, jentik
dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam dalam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk
dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai umur rata-rata antara 2-3 bulan.
7. Pemberantasan Vektor DBD
a. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang
hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk
menular malaria. Alat yang digunakan adalah mesin fog pengasapan dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk membasmi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua
siklus dengan inetrval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue dan nyamuk-nyamuk
lainnya akan mati. Tetapi akan segara muncul nyamuk-nyamuk baru
13 yang diantaranya akan menghisap darah pada penderita viremia pasien
yang positif terinfaksi DBD yang masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan yang pertama agar nymuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.
Tindakan penyemprotan dapat membasmi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya
agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah-rendahnya. b.
Pemberantasan Jentik Menurut Depkes RI, 2005 dalam memberantasan jentik nyamuk
Aedes aegypty yang dikenal dengan PSN DBD dilakukan dengan cara: a.
Fisik Pemberantasan dengan cara ini dikenal sebagai kegiatan 3 M
yaitu menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air, mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan
barang-barang bekas. Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya satu minggu
sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula dengan istilah 3M PLUS yaitu, kegiatan
3M yang diperluas. Bila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan
serendah-rendahnya, sehingga DBD tidak menular lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kapada masyarakat harus dilakukan
14 secar terus-menerus dan berkesinambungan, oleh karena keberadaan
jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat. b.
Kimia Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan mengunakan
insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasidasi. c.
Biologi Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik
ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang. Dapat juga menggunakan Bacillus thuringiensis var Israeliensis Bti.
B. Kader Juru Pemantua Jentik DBD Jumantik