dengan hubungan yang didapat. Miller dan Perlman 2009 mengatakan bahwa jika hubungan satu individu dengan individu lain cukup dangkal, ada
kemungkinan individu tersebut menjadi kesepian bahkan jika ia memiliki banyak teman di facebook.
Bruno 2000 mengartikan kesepian sebagai suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan-perasaan terasing dan
kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain. Sedangkan Feldman 1995 mendefinisikan kesepian sebagai ketidakmampuan individu menjalin suatu
hubungan yang diinginkan, tingkat hubungan yang telah terjalin tidak sesuai dengan tingkat hubungan yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa pengertian kesepian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesepian merupakan reaksi kognitif dan afektif individu terhadap ancaman
dari hubungan sosial, ketidaknyamanan yang dirasakan individu akibat menjalin hubungan yang sedikit dan tidak memuaskan dari hubungan yang diharapkan.
2. Dampak Kesepian
Kesepian pada umumnya akan menimbulkan berbagai dampak pada individu yang mengalaminya, antara lain:
a. Tingkat perasaan kesepian yang mendalam akan berhubungan dengan
berbagai masalah personal, seperti depresi, pemakaian alkohol dan obat-obatan, penyakit fisik dan bahkan resiko kematian Taylor,
Peplau, Sears, 2000.
Universitas Sumatera utara
b. Kesepian akan disertai oleh berbagai emosi negatif, seperti depresi,
kekhawatiran, ketidakpuasan, dan menyalahkan diri sendiri Anderson et al dalam Baron Byrne, 2006.
c. Orang yang mengalami kesepian dapat tenggelam dalam kepasifan
yang menyedihkan, menangis, tidur, minum, makan, memakai obat penenang dan menonton televisi tanpa tujuan Deaux, Dane,
Wrightsman, 1993.
3. Dimensi Kesepian
Hymel, Tarulli, Hayden Thomson, dan Terrell-Deutsch mengatakan bahwa secara spesifik, respon anak dalam merasakan dan mengalami kesepian
ditunjukkan melalui tiga dimensi berbeda, yaitu affective dimension, cognitive dimension, dan set of interpersonal situations or context dalam Rotenberg dan
Hymel, 2008. a.
Affective Dimension Yaitu mencerminkan karakter emosional dari kesepian. Ekspresi anak pada
dimensi afektif kesepian dilihat melalui dua cara, yaitu pola emosional atau afektif secara eksplisit dan pola ekspresi metafora. Dalam hal ini,
anak mendeskripsikan kesepian pada pola emosi spesifik, khususnya kesedihan dan kebosanan. Seperti, “Saya bosan dan tidak memiliki teman
bermain”. Anak juga sering menggunakan kata “merasa”. Seperti, “Saya merasa tidak dibutuhkan dan ditinggalkan” atau “Tidak ada satupun yang
mau berteman dengan Saya dan Saya merasa tidak memiliki teman”.
Universitas Sumatera utara
Respon-respon tersebut menggambarkan kesadaran anak terhadap perasaan kesepian.
Sedangkan pola metafora misalnya, “Perasaan Saya hampa” atau “Saya merasa seperti disudutkan”.
b. Cognitive Dimension
Yaitu penekanan pada penilaian anak terhadap ketentuan atau syarat suatu hubungan. Anak menginterpretasikan hubungan interpersonal dipandang
dari segi implikasinya mengenai tersedianya berbagai bentuk dukungan. Tujuh tipe dukungan pada deskripsi anak mengenai ketentuan suatu
hubungan, yaitu: 1
Companionship Umumnya, anak mendefinisikan kesepian dalam hal ketiadaan
hubungan yang dekat untuk berbicara dan beraktivitas bersama. 2
Inclusion Ketika ketiadaan kedekatan atau persahabatan diinterpretasikan
sebagai hasil dari tindakan negatif teman sebaya ataupun anggota keluarga, anak meragukan keanggotaannya dalam kelompok yang
lebih besar. Dalam hal ini, penilaian anak lebih kepada kebutuhan akan keterlibatan dan diterima dalam kelompok yang lebih besar. Sebagai
contoh, “Saya ingin bergabung dalam kelompok namun tidak ada yang mau menerima
” dan “Saya bukan bagian dari kelompok”, serta “Ingin sekali menjadi bagian dalam suatu kelompok”.
Universitas Sumatera utara
3 Emotional Support
Yaitu tidak adanya hubungan mendalam dimana saling berbagi masalah pribadi dan tidak adanya seseorang yang dapat dipercaya.
Seperti, “Jika Saya memiliki masalah, tidak ada seorangpun yang dapat ditemui” atau “Saya tidak memiliki teman dekat untuk curhat”.
4 Affection
Yaitu merasa tidak dicintai atau disukai. Anak yang kesepian akan mengatakan, “Tidak seorangpun yang menyukai Saya” atau “Tidak
memiliki orang yang benar- benar menyukai Saya”.
5 Reliable Alliance
Yaitu harapan akan kesetiaan dan kepercayaan dalam suatu hubungan dekat
. Seperti, “Merasa teman dekat meninggalkan Saya dan pergi ke kelompok lain” atau “Dia gagal untuk berada di samping Saya”.
6 Enhancement of Worth
Yaitu pengakuan dari orang lain mengenai suatu hal. Seperti, “Saya memiliki sesuatu yang sangat menarik, namun tidak seorangpun yang
mau mendengarnya”. 7
Opportunities for Nurturance Yaitu anak menyatakan bahwa suatu hubungan memberikan suatu
pengasuhan atau pemeliharaan.
Universitas Sumatera utara
c. Interpersonal Situations or Context
Yaitu identifikasi delapan konteks berbeda yang menggambarkan situasi interpersonal khusus berhubungan dengan perasaan kesepian anak, yaitu:
1 Loss
Anak sering mengatakan kehilangan kedekatan akan figur penting sebagai sumber kesepian. Anak berbicara tentang situasi yang
mengubah aksesnya terhadap figur penting tersebut, yang tidak mungkin diperolehnya lagi atau membatasinya
. Misalnya: “Ketika peliharaan Saya mati, Saya merasa kesepian karena Saya selalu
bermain dengannya”. 2
Dislocation Anak mendeskripsikan situasi yang menekankan pemindahannya
menuju lingkungan baru sebagai penyebab kesepian. Sebagai pendatang baru, mereka berhadapan dengan tugas mengintegrasikan
diri kedalam kelompok sosial baru terutama kelompok teman sebaya. Anak mengidentifikasi situasi ini sebagai sumber potensial kesepian.
3 Temporary Absence
Anak merasa kesepian karena situasi-situasi umum, dimana untuk sementara waktu terpisah dari figur penting. Seperti orangtua yang
sibuk, sendirian di rumah, ditinggal teman yang pergi liburan. Anak biasanya menunjukkan perasaan bosan karena situasi ini. Mereka
kesepian karena tidak dapat melakukan sesuatu atau tidak ada yang
Universitas Sumatera utara
dapat diajak berakt ivitas bersama. Misalnya : “Semua teman Saya
pergi berlibur dan tidak ada seorangpun yang dapat diajak bermain”. 4
Conflict Situasi dimana kesepian terjadi karena pertengkaran dengan teman
sebaya, saudara kandung, dan orangtua. Konflik dipandang sebagai perubahan hubungan timbal balik antara orang-orang yang terlibat.
Konflik dapat menyebabkan stres karena terjadi antar individu dan menghasilkan kekacauan pada hubungan positif yang sebelumnya
terjalin. Seringkali anak mendeskripsikan pertengkaran dengan teman berubah menjadi konflik dirinya dengan kelompok yang lebih besar.
Misalnya: “Setiap orang berbalik menyerang Saya” atau “Saya berseteru dengan seorang teman, namun semua teman berada
dipihaknya”. 5
Rejection Penolakan diungkapkan secara verbal dan nonverbal serta dalam
bentuk serangan fisik atau ancaman. Setiap tindakan langsung diarahkan pada anak yang menjadi target. Anak biasanya ditolak oleh
teman sebaya termasuk teman dekat. Terkadang, alasan penolakan tidak jelas dan tidak diketahui. Misalnya: “Ketika Saya duduk
disamping teman-teman yang sedang makan siang, mereka langsung meninggalkan Saya”.
Universitas Sumatera utara
6 Broken Loyalties
Ketidaksetiaan diuraikan dalam dua tipe situasi. Pertama dan yang paling sering terjadi, ketika suatu hubungan terputus karena merasa
ditinggalkan oleh teman. Hubungan tersebut tidak dapat lagi memberikan dukungan sosial dan emosional yang diharapkan. Kedua,
ketika tiga orang anak membentuk suatu kelompok dan kecenderungan dua orang anak yang selalu berpasangan dan meninggalkan satu
temannya. Misalnya: “Teman dekat Saya pergi dengan teman yang lain
dan Saya merasa ditinggalkan”. 7
Exclusion Kesepian yang berhubungan dengan situasi dimana anak merasa
dirinya ditinggalkan atau tidak diikutsertakan dalam aktivitas kelompok atau keluarga. Tidak jelas apakah orang lain berniat untuk
tidak melibatkannya, tetapi anak percaya bahwa dia merasa ditinggalkan. Misalnya: “Ketika Saya ingin bermain dengan
sekelompok teman yang sedang bermain, mereka menolak keinginan Saya”.
8 Being Ignored
Situasi dimana anak merasa bahwa mereka diabaikan, tidak diperhatikan, khususnya oleh figur yang dianggap penting. Anak
merasa ide, pendapat, kebutuhan, dsb tidak cukup penting untuk menarik perhatian. Sebagai hasil dari pengabaian, anak merasa
kesepian karena mereka menanyakan status hubungannya dengan
Universitas Sumatera utara
orang lain atau percaya tidak diterima. Misalnya: “Ketika Saya berbicara, tidak ada yang mau mendengarkannya”.
4. Faktor-Faktor Penyebab Kesepian