luar dari anak, seperti orang tua tunggal, perpecahan dalam keluarga, kemiskinan dan lain sebagainya sehingga anak menjadi terlantar.
Panti asuhan memberikan pelayanan pemeliharaan baik secara fisik, mental maupun sosial. Namun secara lebih lanjut, kondisi mental dan sosial anak
asuh menjadi perhatian khusus. Dengan visinya yang ingin membentuk manusia secara utuh dengan cara memanusiakan manusia, panti asuhan mencoba untuk
membentuk anak asuhnya dalam menghadapi stereotif masyarakat yang memandang bahwa anak panti asuhan memiliki kelas yang lebih rendah dan
minder ini coba untuk diatasi panti asuhan ini melalui para pengasuh. Peranan seorang pengasuh, mencerminkan tanggung jawab pengasuh untuk menghidupkan
seluruh sumber daya yang ada di panti asuhan. Pada umumnya panti asuhan memberikan penanaman nilai-nilai kepercayaan diri agar bisa menerima kondisi
dirinya dan mengatasi rasa minder dan rendah dirinya.
3. Tujuan Panti Asuhan
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia 1989 yaitu :
a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi
pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta
mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
Universitas Sumatera utara
b. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti
asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang
hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan
keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.
Remaja panti asuhan berpotensi mengalami kesepian. Mereka tidak memiliki orangtua yang memberikan kasih sayang, perhatian, dan dorongan dalam
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Rotenberg dan Hymel 2008 mengatakan bahwa kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orangtua
merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan anak mengalami kesepian. Remaja panti asuhan memang memiliki pengasuh sebagai pengganti orangtua.
Namun keterbatasan jumlah pengasuh yang harus memperhatikan sejumlah anak panti asuhan membuat anak panti asuhan tidak mendapatkan perhatian dan kasih
sayang sepenuhnya. Sudarman 2010 menjelaskan bahwa terdapat tiga bentuk kesepian yang
dialami remaja panti asuhan. Pertama adalah kesepian kognitif, dimana remaja panti asuhan tidak memiliki teman untuk berbagi pikiran dan kurangnya rasa
percaya diri terhadap orang lain. Kedua adalah kesepian perilaku, yaitu merasa malu, minder, menarik diri, serta enggan mengambil resiko dalam situasi-situasi
sosial. Yang terakhir adalah kesepian emosional, yaitu perasaan sedih akibat tidak memiliki orangtua, atau merasa iri karena tidak memiliki orangtua.
Universitas Sumatera utara
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kesepian pada remaja panti asuhan Sudarman, 2010, yaitu:
1. Faktor Psikologis
- Terbatasnya hubungan remaja dengan orang lain
- Adanya masalah krisis dalam diri seseorang dan kegagalan
- Kurangnya rasa percaya diri
- Kepribadian yang tidak sesuai dengan lingkungan
- Ketakutan menanggung resiko sosial
2. Faktor Sosial
- Sulit memahami nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan
- Sulit berinteraksi dengan keluarga
C. Keluarga