Agregat Kasar Tinjauan Pustaka

commit to user 14 c. Agregat halus tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH. d. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam dan apabila diayak, harus memenuhi syarat-syarat berikut : 1 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2 berat. 2 Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10 berat. 3 Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80 sampai 90 berat. e. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk lembaga paemeriksaan bahan yang diakui. Persyaratan gradasi agregat halus dapat dilihat dalam Tabel 2.3 berikut ini: Tabel 2.3. Persyaratan Gradasi Agregat Halus ASTM C 33-74a Ukuran saringan mm Persentase lolos 9,5 100 4,75 95-100 2,36 80-100 1,18 55-85 0,60 25-60 0,3 10-30 0,15 2-10 Sumber : Murdock Brook 1979

2.1.7. Agregat Kasar

Agregat kasar didefinisikan sebagai butiran yang tertahan saringan 4,75 mm No 4 standart ASTM. Agregat kasar sebagai bahan campuran untuk membentuk beton dapat berupa sebagai berikut : a. Kerikil adalah bahan yang terjadi karena hasil disintegrasi alami dari batuan dan terbentuklah agak bulat serta permukaannya yang licin atau diperoleh dengan cara meledakkan, memecah maupun menyaring. b. Batu pecah kricak adalah bahan yang diperoleh dari batu yang dipecah menjadi pecahan-pecahan berukuran 5-70 mm. Butir-butirannya berbentuk tajam sehingga sedikit lebih memperkuat betonnya. commit to user 15 Syarat-syarat untuk agregat kasar yang dipakai sebagai bahan campuran adukan beton sesuai standar PBI 1971NI-2 Pasal 3.4 adalah sebagai berikut : a. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori. b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 ditentukan dari berat kering. c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif alkali. d. Keausan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan mesin Los Angelos dengan syarat-syarat tertentu. e. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan tidak melewati saringan 5 mm. f. Besar butiran agregat maksimal tidak boleh lebih dari 15 jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, 13 dari tebal plat, atau ¾ dari jarak bersih minimal antara batang-batang atas berkas tulangan. Persyaratan gradasi untuk agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini : Tabel 2.4. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar ASTM C 33-74 Ukuran Saringan mm Persentase lolos 25 95-100 19 - 12,5 25-60 9,5 - 4,75 0-10 2,36 0-5 Sumber : Murdock Brook 1979 Untuk agregat kasar,penelitian ini menggunakan agregat ringan. Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai apparent specific gravity kurang dari 2,6. Sutopo 2004 mengemukakan bahwa ciri khas agregat ringan adalah mempunyai porositasdan daya serap air tinggi. Karena strukturnya berpori, agregat ringan mempunyai berat jenis dan kekuatan yang lebih rendah dari agregat normal. Agregat ringan terdiri dari dua jenis, yaitu agregat ringan alami dan agregat ringan commit to user 16 buatan. Agregat ringan alami contohnya adalah diatomite,pumice batu apung volcanic cinders dan tuff yang berasal dari gunung api. Pumice lebih banyak digunakan daripada yang lain. Akan tetapi, karena bahan-bahan ini hanya dapat ditemui di beberapa tempat, agregat ini tidak digunakan secara luas. Dalam penelitin ini digunakan batu apung sebagai agregat kasar. Batu apung terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain,yaitu : mengandung oksida SiO 2 , Al 2 O 2, Fe 2 O 2, Na 2 O, K 2 O, MgO, CaO, TiO 2 , SO 3 , dan CL, hilang pijar Loss of Ignition 6, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kgcm 3 , peresapan air water absorption 16,67, berat jenis 0,8 grcm 3 , hantaran suara sound transmission rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas thermal conductivity rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam. Akan tetapi, karena bahan – bahan ini hanya dapat ditemui di beberapa tempat, agregat ini tidak digunakan secara luas,

2.1.8. Air

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLASTICIZER, DAN FILLER PASIR KUARSA.

0 3 17

PENDAHULUAN PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLASTICIZER, DAN FILLER PASIR KUARSA.

0 3 6

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLASTICIZER, DAN FILLER PASIR KUARSA.

0 2 4

LANDASAN TEORI PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLASTICIZER, DAN FILLER PASIR KUARSA.

0 4 14

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLASTICIZER, DAN FILLER PASIR KUARSA.

1 6 76

KAJIAN PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS KAJIAN PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLATICIZER DAN FILLER PASIR KWARSA.

0 4 15

BAB 1 PENDAHULUAN KAJIAN PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLATICIZER DAN FILLER PASIR KWARSA.

1 4 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA KAJIAN PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME, SUPERPLATICIZER DAN FILLER PASIR KWARSA.

0 4 15

Pengaruh Penambahan Abu Kulit Kopi Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beton.

2 13 6

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON PADA CAMPURAN DIATOMAE SEBAGAI ADITIF

0 0 10