commit to user 43
Gambar 4.2 Gradasi agregat halus Pasir Merapi
4.1.2. Hasil Pengujian Agregat Kasar
Pengujian terhadap agregat kasar atau kerikil yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi pengujian berat jenis specific gravity, keausan abrasi
dan gradasi agregat kasar. Hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel 4.5, sedangkan Tabel 4.6 menyajikan hasil analisis ayakan terhadap sampel
agregat kasar sehingga dapat diketahui gradasinya. Perhitungan serta data-data pengujian secara lengkap terdapat pada Lampiran A.
Tabel 4.5. Hasil pengujian agregat kasar
Jenis pengujian Hasil
pengujian Standar
Kesimpulan
Bulk Specific Gravity
2,57 grcm
3
- -
Bulk Specific SSD
2,68 grcm
3
- -
Apparent Specific Gravity
2,81 grcm
3
- -
Absorbtion
3,43
- -
Abrasi
24,3
Maksimum 50 Memenuhi syarat
Modulus Halus Butir
5,1806
5 - 8 Memenuhi syarat
Untuk hasil pengujian gradasi agregat kasar dan syarat batas dari ASTM C-33 dapat dilihat pada Tabel 4.6. dan Gambar 4.3.
20 40
60 80
100
1 2
3 4
5 6
7 8
K u
m u
lat if
L ol
os
Diameter Saringan mm
batas atas hasil uji
batas bawah
commit to user 44
Tabel 4.6. Hasil pengujian gradasi agregat kasar
Diameter Ayakan
mm Tertahan
Berat Lolos Kumulatif
Syarat ASTM
C-33 Berat
gr Presentase
Kumulatif
19 100
100 12,5
108 3,62
3,61 96,39
90 – 100 9,5
459 15,40
19,02 81,04
- 4,75
863 28,96
47,98 52,20
20 – 55 2,36
956 32,08
80,06 4,99
0 – 10 1,18
719 25,87
99,23 0 – 5
0,85 125
0,77 100
- Pan
100 -
Jumlah 2980
100 618,06
- Dari Tabel 4.6 didapat grafik gradasi beserta batas gradasi yang disyaratkan
ASTM C-33 yang ditunjukkan dalam Gambar 4.2.
Gambar 4.3. Gradasi agregat kasar
Dari analisis saringan, agregat kasar atau kerikil yang diuji telah memenuhi syarat batas yang ditentukan oleh ASTM C-33, yaitu dengan modulus halus agregat
kasar antara 5-8.
20 40
60 80
100
5 10
15 20
25 30
K u
m u
lat if
L o
lo s
Diameter ayakan mm
Batas Bawah Batas Atas
Hasil Uji
commit to user 45
4.1.3. Hasil Pengujian Lumpur Lapindo
Pozzolan lumpur lapindo diperoleh dari hasil pembakaran lumpur lapindo kemudian dilanjutkan penumbukkan sampai halus, lalu disaring atau diayak dan
lolos saringan no.200. Lumpur lapindo yang digunakan pada penelitian ini berasal dari desa Siring,kecamatan Porong, Sidoarjo.
Lumpur lapindo disini bersifat pozzolan yang sebagian besar unsurnya terdiri dari silikat dan aluminat yang reaktif. Pengujian lumpur lapindo dikhususkan pada
pengujian kandungan senyawa kimia yang terdapat pada lumpur lapindo. Pembakaran lumpur lapindo dilakukan di Laboraturium Keramik ,mbayat.
Sedangkan pengujian lumpur lapindo dilakukan di Laboraturium Kimia Analitik,Fakultas MIPA,UGM,DIY. Hasil pengujian lumpur lapindo sebelum
kalsinasi dapat dilihat pada table 4.7
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kandungan Kimia Lumur Lapindo sebelum Kalsinasi
Komposisi Kimia Prosentase
SiO
2
67,92 Al
2
O
3
17,29 Fe
2
O
3
7,21 CaO
0,02 MgO
1,75 K
2
O 1,79
Na
2
O 4,57
CL 1,07
SO
4
0,05
Sumber : Laboraturium Kimia Analitik Fakultas MIPA,UGM,DIY
Sedangkan hasil pengujian lumpur lapindo setelah kalsinasi dapat dilihat pada Tabel 4.8.
commit to user 46
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Kandungan Kimia Lumur Lapindo Pasca Kalsinasi
Komposisi Kimia Prosentase
SiO
2
49,67 Al
2
O
3
17,08 Fe
2
O
3
7,73 Na
2
O 0,92
Sumber : Laboraturium Kimia Analitik Fakultas MIPA,UGM,DIY
4.2. Rencana Campuran Adukan Beton Metode SK SNI T-15-
1990-03
Perhitungan rencana campuran adukan beton menggunakan standar Dinas Pekerjaan Umum SK SNI T-15-1990-03 , dari perhitungan tersebut didapat
kebutuhan bahan per 1 m
3
yaitu : a. Semen
: 576,92 kg b. Agregat halus pasir
: 593,970 kg c. Agregat kasar kerikil : 969,11 kg
d. Air : 225 liter
Hasil perhitungan campuran adukan beton dapat dilihat pada Tabel 4.6, sedangkan tahap-tahap perhitungan campuran beton secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran B.