commit to user
dorongan yang efektif dalam banyak hal untuk meningkatkan produktivitas usahatani Soetriono, 2006.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
Menurut Iqbal hasan di bukunya yang berjudul “Teori pengambilan keputusan” 2002 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengarui
pengambilan keputusan antara lain: posisi kedudukan, masalah atau problem yang menjadi penghalang tercapainya suatu tujuan, situasi yang
diartikan sebagai keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain dan bersama-sama berpengaruh terhadap apa yang hendak
kita perbuat. Selain itu juga dipengaruhi adanya faktor kondisi dan tujuan yang hendak dicapai.
Proses pengambilan keputusan apakah seseorang menolak atau menerima suatu inoasi juga banyak tergantung pada sikap mental dan
perbuatan yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut, misalnya umur, pendidikan, status sosial, luas lahan, tingkat pendapatan, pengalaman serta
situasi lingkungan misalnya frekuensi kontak dengan sumber informasi, kesukaan mendengar radio, menonton televisi, menghadiri temu karya dan
sebagainya Soekartawi, 1988. Mardikanto 1993 menyatakan bahwa kecepatan didalam proses
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: a. Sifat inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik yang melekat pada inovasinya
sendiri maupun sifat ekstrinsik menurutdipengaruhi oleh keadaan lingkungan, b. Sifat sasarannya, c. Cara pengambilan keputusan, d.
Saluran komunikasi yang digunakan, e. Keadaan penyuluh. Berkaitan dengan kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi, perlu juga diperhatikan
kemampuan beremphati atau kemampuan untuk merasakan keadaan yang sedang dialami atau perasaan orang lain, f. Ragam sumber informasi.
Berdasarkan pendapat dari berbagai sumber literatur diatas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penerapan
pestisida organik di Desa Karangbangun meliputi:
commit to user
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari pra
sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Menurut Soekartawi 1998, petani yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi, begitupula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah,
mereka agak sulit untuk melakukan proses pengambilan keputusan. Seorang agen perubahan dapat mencapai hasil yang lebih ketika
berhadapan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi Madigan, 1996.
2. Luas usaha tani
Semakin luas lahan pertanian, semakin cepat petani pengadopsi awal mengambil keputusan untuk menerapkan inovasi yang diberikan
karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik jika dibandingkan dengan petani yang berlahan sempit yakni yang luas lahannya kurang
dari 0,5 Ha. Petani yang menguasai lahan sawah yang luas lebih dari 2 Ha akan memperoleh hasil produksi yang besar dan begitu sebaliknya.
Umumnya pada situasi normal petani yang mempuanyai lahan yang luas akan menerapkan suatu strategi yang membuka peluang terhadap
masuknya inovasi baru sebagai adaptasi dari kondisi ekologi dalam upaya peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya input
Mardikanto, 1993; Widiyanto et all, 2010. 3.
Tingkat pendapatan Petani dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi maka semakin
cepat dalam mengambil keputusan untuk mau menerapkan inovasi yang ditawarkan Lionberger dalam Mardikanto, 1993. Penelitian yang
dilakukan oleh Sajogyo, 1983 menyatakan bahwa masyarakat petani melakukan sistem srabutan atau bekerja diluar sektor pertanian guna
mencukupi kekurangan kebutuhan keluarga yang dirasa kebanyakan masyarakat petani.
commit to user
4. Tingkat patisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian
Menurut Tahuneodorson dalam Mardikanto 1994 partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam kegiatan tertentu. Keterlibatan
yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif melainkan bersifat aktif ditujukan oleh orang yang bersangkutan. Adanya upaya penekanan
partisipasi masyarakat terhadap pertanian berbasis organik yakni dengan berbagai alasan antara lain:
1. Alasan ekologis yakni pengembangan pertanian berkelanjutan
mendasarkan diri pada pengembangan suatu ekosistem dimana interaksi masyarakat dengan ekosistem bersifat menentukan.
2. Alasan yang terkait dengan keberlanjutan yakni pengembangan
pertanian akan berkelanjutan hanya terjadi kalau didukung secara penuh secara terus menerus oleh masyarakat.
3. Alasan yang terkait dengan prinsip pendidikan, bahwa
masyarakatlah yang pertama-tama perlu diberdayakan. Winangun, 2005
5. Kredibilitas Penyuluh
Berlo 1960:72 dalam Mardikanto 1993 menjelaskan bahwa kulaifikasi seorang penyuluh setidaknya harus mencakup kemampuan
berkomunikasi, kualifikasi pengetahuan sikap dan keadaan latar belakang sosial budaya masyarakat sasaran.
a. Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi
Yang dimaksud dengan kemampuan berkomunikasi disini tidak hanya menyangkut ketrampilan untuk memilih pesan, menerjemahkan
pesan, dan ketrampilan memilih saluran komunikasi akan tetapi yang lebih penting untuk diperhatikan adalah bagaimana seorang penyuluh
mampu berinteraksi dengan masyarakat sasarannya. Berinteraksi pada dasarnya memerlukan saling ketergantungan antara pihak yang
berkomunikasi dalam artian saling membutuhkan umpan balik. Oleh karenanya pihak-pihak yang terkait harus mampu untuk saling
berempati.
commit to user
b. Sikap penyuluh
Sikap penyuluh yang harus diperhatikan didalam melaksanakan tugasnya meliputi sikap terhadap dirinya sendiri, sikap terhadap pesan
yang disampaikan, dan sikap terhadap sasaran. Sehubungan dengan hal tersebut penyuluh juga harus dapat mencerminkan bahwa mereka
menghayati terhadap profesinya, menyakini bahwa pesan yang disampaikan teruji kemanfaatanya, serta mencintai masyarakat
sasarannya. c.
Pengetahuan penyuluh 1
Isi atau makna dari pesan yang disampaikan. Serta adanya fungsi yang terkandung dan dampaknya yang melekat pada pesan yang
disampaikan kepada masyarakat sasaran. 2
Latar belakang masyarakat sasaran. Yakni yang terkait dengan latar belakang pribadi dan lingkungan, serta kebutuhan nyata yang
diperlukan masyarakat sasaran. 3
Hal yang menyebabkan masyarakat sasaran menerima atau menolak pesan yang di sampaikan. Tentang hal ini, dapat
dikemukakan beberapa keadaan yang biasanya membuat ditolaknya atau terhambatnya penerimaan pesan.
d. Keadaan sosial budaya penyuluh
Keberhasilan penyuluh juga dipengarui oleh nilai-nilai sosial budaya yang dimiliki oleh penyuluh. Artinya penyuluh yang memiliki
latar belakang sosial budaya yang sama dengan masyarakat sasaran akan lebih berhasil melaksanakan tugasnya dalam membantu
masyarakat untuk mau mengambil keputusan dalam menerapkan sebuah inovasi yang diberikan, jika dibanding dengan penyuluh yang
memiliki latar belakang yang berbeda dengan masyarakat sasaran. 6.
Pengalaman Pengalaman adalah guru yang baik dan dapat dijadikan sebuah
pedoman untuk mengambil keputusan untuk menerapkan sebuah inovasi. Pengambilan keputusan berdasar pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis. Hal ini dikarenakan, pengalaman seseorang dapat
commit to user
memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung rugi sebuah inovasi yang diambil, serta baik buruknya keputusan yang
dihasilkan Hasan, 2002; Zuriah, 2006. Apabila sebuah keputusan harus diambil biasanya orang
memperlihatkan kejadian-kejadian dimasa lalu. Seseorang melihat dan mengerti persoalan sehubungan dengan konsepsi yang telah dikenal.
Dalam kasus tertentu orang akan menentang cara pendekatan baru yang sama sekali asing baginya. Pengalaman memberikan petunjuk untuk
pembuatan keputusan, kiranya nilai terpenting dari pengalaman dalam bidang pengambilan keputusan adalah pengembangan suatu kemampuan
untuk mendiskriminasi
dan menggeneralisasi
situasi lampau
Firdaus, 2007. 7.
Saluran komunikasi Menurut Roger dalam bukunya “Diffusion of Inovation”1983: 200
menyatakan bahwa saluran komunikasi dalam keputusan inovasi adalah alat yang dipergunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi yang
mungkin berpengaruh terhadap kecepatan pengambilan keputusanan inovasi. Saluran inovasi terdiri dari saluran interpersonal dan media
massa serta saluaran lokal dan saluran kosmopolit. Saluran interpersonal adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatap muka sumber dan
penerima antara dua orang atau lebih, sedangkan saluran media massa adalah alat-alat penyampaian pesan yang memungkinkan sumber
mencapai suatu audiens dalam jumlah yang besar dan dapat menembus ruang dan waktu misalnya radio, televisi, surat kabar, buku dan lain
sebagainya. Saluran interpersonal dapat bersifat kosmopolit yakni jika
menghubungkan dengan sumber di dalam atau di luar sistem sosialnya. Saluran antar pribadi disebut lokalit jika kontak-kontak langsung itu
sebatas daerah atau sistem sosial itu saja, sebaliknya media massa dapat bersifat kosmopolit, masing-masing macam komunikasi mempunyai
kemampuan tersendiri yang berbeda beda. Pada intinya saluran komunikasi pada media massa lebih banyak dipergunakan pada tahap
commit to user
pengenalan inovasi, sedang saluran interpersonal lebih penting perananya pada tahap pembentukan sikap atau persuasi.
8. Motivasi
Secara psikologis kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dilatar belakangi oleh adanya motivasi yaitu tekanan atau dorongan yang
berupa kebutuhan, keinginan, harapan dan tujuan yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tersebut. Menurut Mc Clellad dalam
Mardikanto 1993, terdapat tiga macam kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan yaitu:
a. Kebutuhan berafiliasi atau bergabung dengan pihak lain
b. Kebutuhan akan kekuasaan atau menguasai pihak lain
c. Kebutuhan berprestasi
Motivasi ekonomi sering diasumsikan menjadi dorongan utama untuk mengadopsi inovasi, terutama jika ide baru yang diketemukan
adalah mahal. Faktor ekonomi tidak diragukan lagi dan sangat penting bagi tipe tertentu inovasi dan pengadopsi mereka seperti penggunaan
inovasi pertanian oleh petani Amerika Serikat Rogers, 1983. 9.
Lingkungan budaya Lingkungan budaya petani yang dapat diartikan sebagai pola
perilaku yang dipelajari dan dipegang oleh setiap warga masyarakat, diteruskan secara turun menurun dari generasi kegenarasi. Kebudayaan
tidak mencakup kepercayaan, kebiasaan serta moral akan tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran, adat, motivasi serta seni yang dimiliki oleh
masyarakat yang bersangkutan, dalam masyarakat yang taraf kebudayaan masih rendah tindakan manusia dalam mempertahankan
hidup dan kondisi lebih banyak bersikap menyerah dan menggantungkan diri kepada alam. Sedang masyarakat bertaraf kebudayaan maju maka
peranan suatu inovasi atau sebuah teknologi dalam masyarakat tersebut mempunyai peran yang sangat penting Wiyarti dan Sutapa, 2007; levis,
1996. Suatu inovasi kadang-kadang tidak diadopsi sama sekali sebab
bertentangan dengan nilai sosial yang mapan dalam suatu masyarakat.
commit to user
Pahud 1969 dalam Rogers mengemukakan bahwa petani yang mempunyai cita-cita jabatan atau kedudukan tinggi untuk anak-anaknya
mempunyai tingkat adopsi inovasi yang tinggi. Frekuensi kontak dengan penyuluh juga memudahkan adopsi inovasi suatu variasi baru.
10. Urgensitas masalah yang harus ditangani
Suatu proses pengambilan keputusan juga ditentukan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah urgensitas masalah yang yang dihadapi.
Kecepatan dalam proses pengambilan keputusan oleh seseorang sangan ditentukan oleh urgensitas kepentingan segera masalah dan
kebutuhanya. Jika suatu inovasi yang diberikan dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi masyarakat pada saat itu, maka masyarakat akan
lebih cepat menerima inovasi dari pada yang tidak urgen dengan kepentingan masalah dan kebutuhan mereka sendiri Levis, 1996;
Hasan, 2002. 11.
Kebijakan pemerintah Menurut mardikanto 1996 kebijakan pemerintah terlepas dari
ragam karakteritik individu dan masyarakat, cara pengambilan keputusan yang dilakukan untuk menerapkan suatu inovasi juga akan mempengarui
kecepatan pengambilan keputusan, dalam hal ini jika keputusan pengambilan keputusan dapat dilakukan pribadi relatif lebih cepat
dibanding pengambilan keputusan secara kelompok. Apalagi jika harus menunggu peraturan tertentu seperti rekomendasi pemerintah dan
penguasa. Sampai saat ini kebijakan pemerintah yang digunakan adalah
penetapan BMR dan penyempurnaannya sesuai dengan kerangka kebijakan nasional perlindungan masyarakat terhadap dampak pestisida
kimia. Pengendalian hama terpadu merupakan satu-satunya program pemerintah yang diatur oleh UU No.12 Tahun 1992: “sistem
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan pertanian secara menyeluruh
dan terpadu”. Masalah PHT dalam UUBT no.121992 tertuang dalam pasal 20 sampai dengan 27. Pada dasarnya sistem PHT merupakan
commit to user
kelanjutan program PHT yang dilahirkan melalui inpres No.3 tahun 1986 yang
dikoordinasikan oleh
Bappenas secara
lintas sektoral
Sutanto, 2002; Suwahyono, 2010 12.
Lingkungan biofisik Pertanian sebagai bidang usaha dalam banyak hal tergantung
kepada kondisi fisik yang tidak selalu dapat dikuasai atau diatur oleh petani berkaitan dengan lingkungan fisik efektivitas atau keberhasilan
pertanian akan sangan ditentukan oleh sifat alami yang dimilki sumberdaya alam seperti bahan-bahan alami yang dapat digunakan
sebagai bahan pembutan pestisida organik Heruwati, 2005. 13.
Persepsi petani terhadap karakteristik inovasi Van den Ban 2004 menyebutkan, terdapat beberapa variabel
penjelas kecepatan pengambilan keputusan suatu inovasi. Salah satunya adalah sifat inovasi. Ray 1998 menyebutkan terdapat lima atribut yang
menandai setiap gagasan atau cara-cara baru, yaitu: 1
Keuntungan-keuntungan relatif relatif advantages; yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan suatu keuntungan relatif
daripada inovasi sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, Mardikanto 1988 menyebutkan bahwa sebenarnya keuntungan
tersebut tidak hanya terbatas pada keuntungan dalam ati ekonomi, tetapi mencakup:
a Keuntungan teknis, yang berupa: produktivitas tinggi,
ketahanan terhadap resiko kegagalan dan berbagai gangguan yang menyebabkan ketidakberhasilannya.
b Keuntungan ekonomis, yang berupa: biaya lebih rendah, dan
atau keuntungan yang lebih tinggi. c
Kemanfaatan sosial-psikologis, seperti: pemenuhan kebutuhan, fisiologis pangan, kebutuhan psikologis pengakuan atau
penghargaan dari lingkungannya, kepuasan, dan rasa percaya diri, maupun kebutuhan-kebutuhan sosiologis pakaian, papan,
status sosial dan lain-lain.
commit to user
2 Keserasian compatibility; yaitu apakah inovasi mempunyai sifat
lebih sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan yang diperlukan penerima.
3 Kerumitan complexity; yakni apakah inovasi tersebut dirasakan
rumit. Mardikanto dan Sri Sutarni 1982 menambahkan bahwa inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan
manakala cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan
oleh komunikasinya. 4
Dapat dicobakan triability; yaitu suatu inovasi akan mudah diterima apabila dapat dicobakan dalam ukuran kecil.
5 Dapat dilihat observability; jika suatu inovasi dapat disaksikan
dengan mata.
5. Pestisida Organik