Respon Perilaku Jamaah Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di RCTI

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

MUTIARA AYU DESTILIA

NIM: 108051000029

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

RESPON PERILAKU JAMAAH MAJELIS TA

LIM NURUL

IMAN KEDAUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

TERHADAP SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI DI

RCTI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar sarjana komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

MUTIARA AYU DESTILIA 108051000029

Pembimbing:

Rubiyanah, MA. NIP. 19730822 1999803 2 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435H/2014M


(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli penulis, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan sebagai bahan rujukan penulis skripsi ini, telah penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya penulis atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Agustus2014


(5)

Nama : Mutiara Ayu Destilia NIM : 108051000029

ABSTRAK

RESPON PERILAKU JAMA’AH MAJELIS TA’LIM NURUL IMAN KEDAUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN TERHADAP SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI DI RCTI

Media sinetron merupakan media komunikasi yang dapat memberikan dampak yang paling kuat dibanding media lain, gagasan atau nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan oleh penonton dapat diterima atau dicerna lebih mudah. Bagaimana agar program tersebut tidak monoton sehingga penonton tidak cepat bosan, maka dibutuhkan perencanaan yang matang agar program menjadi menarik, tampil beda, serta sangat ditunggu-tunggu penontonnya. Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron yang menceritakan tentang kegigihan, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan seorang tukang bubur yang mempunyai niat yang suci yaitu untuk memberangkatkan ibunya ke tanah suci. Ide ceritanya menyarankan agar selalu sabar dalam menghadapi cobaan hidup.

Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu, Bagaimana respon Kognitif, Afektif, Konatif Ibu-ibu Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji?

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan metode deskriptif analisis dengan jenis penelitian eksperimen. Peneliti mengolah data menggunakan pendekatan nilai Mean dan Relative. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Teori yang diambil dalam penelitian ini adalah teori S-O-R atau S-R, teori ini dietumakan oleh Wat Son, aliran Behavioristik yaitu bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mampu menimbulkan efek.

Setelah peneliti mengolah dan menganalisis, maka peneliti menemukan hasil temuan data bahwa dari ketiga respon yaitu respon Kognitif bagi responden hanya sekedar menghibur dan pengetahuan saja mengenai sinetron tersebut dengan rata-rata skor 135.7, kemudian respon Afektif bagi responden bisa menghayati dan mendalami sikap karakter dalam sinetron TBNH dengan skor rata-rata 144.7, dan efek dari respon Behavioral yaitu responden berusaha mencontoh dan belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi seperti yang dilakukan tokoh pada sinetron TBNH dengan skor rata-rata 136.2.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal dalam penulisan skripsi ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat beserta salam penulis hadiahkan kepada penghuni surga, yang telah membawa umatnya kepada zaman pengetahuan ilmu dunia dan akhirat, kepada baginda terbesar yang

ada dimuka bumi ini yaitu Habibana wa syafiina wa maulana Muhammad SAW (allahuma sholiiwasalim wa barik alaih). Yang memberikan inspirasi pada penulis dalam mencapai kegigihan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menjalani proses penyusunan skripsi ini, tentunya tidak sedikit mngalami hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, baik yang berhubungan dengan waktu, pengumpulan data dan pengolahannya. Hambatan dan kendala yang penullis hadapi dapat dilalui dengan kesungguhan, kerja keras dan dengan

do‟a, sehingga dengan izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan dan motivasi (semangat). Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta rasa hormat yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(7)

2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Ibu Rubiyanah selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang dengan tekun dan sabar dalam memberikan nasihat dan menyempatkan waktu untuk memberi pengarahan, bimbingan, dan motivasi bagi penulis. Penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ibu, semoga Allah SWT yang maha baik, senantiasa mengkaruniakan cinta dan rahmat-Nya serta keberkahan kepada ibu dan keluarga dalam segala aspek kehidupan ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas sehingga penulis mengerti akan makna hidup dan memberikan bekal kehidupan untuk penulis mengarungi hidup kelak, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat luas.

5. Staf Perpustakaan dan staf TU di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah membantu penulis mendapatkan referensi dan kemudahan dalam surat menyurat.

6. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan referensi dan buku- buku selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak H. Ucik Supra selaku sutradara dari sinetron TBNH, beserta crew dan


(8)

iv

Nurul Iman Kedaung dan yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data-data yang penulis butuhkan, terima kasih banyak.

8. Yang sangat besar dan tak ada penghargaan yang pantas di berikan melebihi piala Oscar kepada kedua orang tua penulis, (Alm) Drs. H. Ahmad Darwih H.D dan Hj. Iryani yang telah melahirkan penulis kealam dunia ini, merawat dalam tumbuh kembang dan mendidik penulis dalam menghadapi masa depan. Terima kasih atas kesabaran, nasihat, pelajaran hidup, serta kasih sayang yang tak pernah berhenti sampai kapanpun.

9. Kaka kandungku tercinta (Intan Yusnita) dan Kaka iparku (Adzee) yang amat sangat penulis sayangi, yang tak henti-hentinya mendoakan penulis, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. Alhamdulillah kuliah dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk keponakan tercinta (Mikaeel) yang selalu menghibur penulis dikala lelah dan sedih. Canda dan tawanya memberi semangat kembali untuk penulis. I LOVE U MIKAEEL 10. Seluruh teman-teman KPI A,BC,D,E F khususnya KPI A dan B angkatan

2008, dan sahabat-sahabatku Iis, Arisa, Frida, Kartika, Dewi, Puri, dan semua yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan selama ini dan juga dukungan, semangat dan doanya untuk penulis. Sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku tercinta juga Utup, Pia, Nule, Ulfa, Adece, Eci, Amel, Anisa Fauziah, Garong, dan teman-teman IRANI (Ikatan Remaja Masjid Nurul Iman), terima kasih banyak atas persahabatan, kasih sayang dan pelajaran yang indah untuk saling berbagi. Semoga kita selalu menjadi saudara


(9)

dalam keadaan apapun dan kisah klasik ini tak akan berakhir. Siapa kita, dari mana kita, dan akan bagaimana kita, ini tak akan berarti karena kalian the best friend for me.

12. Seluruh teman-teman Alumni Pesantren Al-Mukhlishin ciseeng angkatan 2005, teman-teman Paduan Suara VOC (Voice Of Communication), kalian akan selalu ada dalam hati penulis, makasih doa, dukungan, semangat dan motivasinya selama ini untuk penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya , penulis sangat berharap kepada Allah SWT agar skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun para pembaca sekalian, sehingga apa yang penulis lakukan ini bisa menjadi satu amal yang memberatkan timbangan kebaikan di sisi Allah Azza Wa Jalla. Amin

Jakarta, Agustus 2014


(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Akademis ... 4

2. Manfaat Praktis ... 4

D. Metodologi Penelitian... 4

1. Metode Penelitian ... 4

2. Teknik Pengumpulan Data ... 5

3. Populasi dan Sampel ... 6

4. Teknik Analisis Data ... 7

5. Variabel Penelitian ... 8

6. Hipotesis ... 9

E. Tinjauan Pustaka... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Respon ... 13

B. Teori S-O-R ... 14

C. Macam-macam Respon... 16

D. Faktor-faktor Terbentuknya Respon ... `19

E. Sinetron ... 19


(11)

2. Jenis-jenis Sinetron ... 22

3. Unsur-unsur Sinetron ... 24

F. Konsep Dakwah ... 25

1. Pengertian Dakwah ... 25

2. Unsur-unsur Dakwah ... 26

3. Pesan Dakwah ... 28

G. Pengertian Jamaah ... 33

H. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan ... 36

1. Sekilas Tentang Majelis Ta‟lim Nurul Iman ... 36

2. Program Kegiatan Majelis Ta‟lim Nurul Iman ... 38

B. Gambaran Umum Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ... 38

1. Sekilas Tentang Sinetron Tukang Bubur Naik Haji 38

2. Visi dan Misi Sinetron Tukang Bubur Naik Haji .... 42

C. Profil RCTI ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 47

1. Karakteristik Jenis Pendidikan... 47

2. Karakteristik Jenis Pekerjaan ... 48

B. Analisis Data... 49

1. Respon Kognitif ... 49

2. Respon Afektif ... 50

3. Respon Konatif ... 52

4. Perbandingan Rata-rata Respon Skala Kognitif, Efektif dan Konatif Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ... 54


(12)

viii viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

1. Tabel 1. Jenis Pendidikan Responden ... 47 2. Tabel 2. Jenis Pekerjaan Responden ... 48 3. Tabel 3. Respon Jama‟ah Majelis Talim Nurul Iman Terhadap Sinetron

Tukang Bubur Naik Haji Skala Kognitif ... 49 4. Tabel 4. Respon Jama‟ah Majelis Talim Nurul Iman Terhadap Sinetron

Tukang Bubur Naik Haji Skala Afektif ... 51 5. Tabel 5. Resopn Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Terhadap Sinetron

Tukang Bubur Naik Haji Skala Konatif ... 53 6. Tabel 6. Perbandingan Skor Rata-rata Respon Skala Kognitif. Afektif, dan

Konatif Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ... 54 7. Tabel 8. Perbandingan Skala Respon Kognitif, Afektif, dan Konatif

Responden Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji dilihat Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 55


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan media massa elektronik yang paling banyak dinikmati oleh masyarakat. Karena media televisi dianggap media yang paling efektif. Televisi merupakan gabungan media dengar (audio) dan media gambar (visual) yang bersifat informatif.

Media televisi yang dapat menimbulkan suatu respon bagi yang menyaksikan tayangan televisi terkadang bisa menyentuh aspek kognitif yang memberikan pengetahuan, aspek afektif yang memberikan suatu perasaan dan aspek konatif/behavioral yang dapat menimbulkan perilaku dan ucapan. Pada aspek kognitif penonton akan mengetahui informasi mana yang terbaik dan mana yang kurang baik. Aspek afektif (perasaan) karena karakteristik suatu sinetron akan menghadirkan suatu perasaan personal yang menampilkan gambaran yang konkret sebagai pengalaman langsung kepada penontonnya, seseorang akan menangis jika melihat adegan yang sedih dan tersenyum jika melihat tayangan yang bahagia. Aspek konatif/behavioral sinetron dapat menanamkan kesadaran semu dan keliru pada penontonnya, selain itu sinetron juga akan menganggap setiap baju, model rambut, dan aksesoris yang dikenakan pemain merupakan produk yang baik bagi penontonnya walaupun realitasnya belum tentu demikian.

Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama


(15)

di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu bagi sebagian orang yang maniak dengan acara-acara yang disuguhkan televisi.

Televisi membujuk kita untuk mengkonsumsinya lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Ringkasnya, televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih dari yang lain.1

Tak bisa dibantah televisi mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audia dan visual. Berbeda dengan radio yang hanya radio (hanya dapat didengar) dan surat kabar yang bersifat visual saja, televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas, kedua, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat member informasi paling dini kepada pemirsa dan pada surat kabar, adio dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang surat kabar, radio, dan majalah yang hanya menjangkau ratusan ribu pembaca. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya.2

1

Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa Sebagai Sebuah Analisis Media televisi, (Jakarta: Rineka Cipta), cet. Ke-1, h. 8.

2

Asep S. Muhtadi dan Sri Handajani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah


(16)

3

Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dalam bentuk ceramah, sandiwara, sinetron, dan lain sebagainya. Melalui televisi tanpa disadari seorang penonton dapat mengikuti kegiatan dakwah.

Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron yang menceritakan tentang kegigihan, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan seorang tukang bubur yang mempunyai niat yang suci yaitu untuk memberangkatkan ibunya ke tanah suci. Namun selain itu, di dalam sinetron ini pun terdapat berbagai macam karakter-karakter seseorang yang memiliki pola pikir dan cara pandang keliru dalam memahami ilmu agama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul : “Respon Perilaku Jama’ah Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji di RCTI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka peneliti memberikan batasan; bahwa sinetron yang dimaksud adalah sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 15.

Adapun secara khusus, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respon Kognitif, Afektif dan Konatif ibu-ibu Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat terhadap sinetron Tukang Bubur Naik Haji?


(17)

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon Afektif, Kognitif dan Konatif ibu-ibu Majelis Ta‟lim Nurul Iman yang beralamat di Gg. Nurul Iman 1 rt 007/04 Kedaung Tangerang Selatan, terhadap sinetron

Tukang Bubur Naik Haji”. Manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang memadai kepada pembaca, khususnya penulis dan dalam bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan menambah wawasan berbagai kalangan seperti teoritis, praktis, dan aktivis penyiaran televisi dan pada umumnya bagi para pengelola stasiun televisi dalam menciptakan sebuah program yang religius, inovatif, mendidik dan menghibur, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat (penonton) agar tercipta program acara televisi yang lebih menarik, diminati dan diterima oleh masyarakat umum.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu prosedur penelitian


(18)

5

yang menghasilkan data explonatory research. Melalui pendekatan penelitian tersebut, penelitian ini dapat menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel, tetapi tanpa adanya uji hipotesis terlebih dahulu.3

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian Eksperimen, yaitu merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan control terhadap kondisi. Dalam pengertian lain penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tetentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.4

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode penelitian untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.5

2. Teknik Pengumpulan data

Adapun tekhnik pengumpulan datanya melalui:

a. Observasi, observasi dilakukan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat melihat dari dekat tentang kebenaran yang disampaikan oleh sumber informasi. Observasi yang penulis gunakan adalah dengan cara pra penelitian sebelum melakukan penelitian. Yaitu mengamati Jamaah Majelis Talim Nurul Iman terhadap sinetron Tukang Bubur Naik Haji.

3

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed). Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES. 1995). Cetakan ke-2. Hal. 5

4

Yatim Riyanto (1996:28-40) 5

Muhammad Nazir. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1999). Cetakan ke-4. Hal. 64.


(19)

b. Angket atau Quesioner, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan secara tertulis kepada responden, yaitu laporan tentang pendapat pribadinya hal-hal yang responden ketahui. Dalam hal ini adalah pendapat atau pernyataan responden yakni Jamaah Majelis Talim Nurul Iman terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji.

c. Dokumentasi, yakni penulis memperoleh langsung data melalui dokumen-dokumen berupa buku-buku, pemberitaan media massa, CD atau tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji dan bahan info lainnya yang berkaitan dengan masalah sinetron Tukang Bubur Naik Haji dan Majelis Talim Nurul Iman.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang diteliti. Secara ideal, kita sebaiknya meneliti seluruh populasi, yang berarti kita melakukan sensus. Berdasarkan judul skripsi ini, maka populasi penelitian adalah seluruh Jama‟ah Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan. Namun melihat begitu beragamnya selurih Jamaah, maka peneliti menggunakan sampel.

Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dengan menggunakan cara tertentu yang dianggap mewakili seluruh populasi itu. Sugiyono (2005: 91) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah yang


(20)

7

dimaksud dengan pernyataan tersebut adalah sampel yaitu yang mewakili populasi.

Dalam proses pengambilan sampel diperlukan rumus-rumus dan terdapat berbagai rumus untuk menentukan besarnya sampel yang diperlukan. Populasi dalam penelitian ini adalah Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan. Dalam hal ini populasi Jamaah Majelis Talim Nurul Iman sebanyak 120 orang. Dan sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 30 orang (25%) jamaah yang memenuhi syarat untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Memilih sampel berdasarkan kelompok, wilayah atau sekelompok individu melalui pertimbangan tertentu yang diyakini mewakili semua unit analisis yang ada.

4. Teknik Analisis Data

Tekhnik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data berwujud angka. Analisis ini meliputi perhitungan mean (menghitung rata-rata), Chi Square, dan relative.

a. Mean adalah nilai rata-rata hitung yang memberikan gambaran umum dari suatu segi pengamatan.


(21)

Rumus: x = xi n

Keterangan: x= rata-rata xi= pengamatan

n= Jumlah Pengamatan

b. Chi Square adalah merupakan uji proporsi untuk dua peristiwa atau lebih (multikolomi), jadi variabilitas data bersifat diskrit.6

Rumus: x² = (fo-fh)² fh

Keterangan: x² = Chi Squares

fo = Frekuansi Observasi fh = Frekuensi Harapan

c. Relatif adalah penghitungan berbentuk rasio atau bilangan persen. Rumus: p = f x 100

N

Keterangan: P = Persentase f = Frekuansi

n = Jumlah Pengamatan 5. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala variabel yang bervariasi yaitu faktor-faktor yang dapat berubah-ubah ataupun untuk tujuan penelitian. Variabel penelitian perlu ditentukan dan dijelaskan agar alur hubungan dua atau lebih variabel dalam penelitian dapat dicari dan dianalisis. Penentuan variabel dalam satu penelitian, berkisar pada

6

Noegroho Boedijoewono, Pengantar Statistik: Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2001, edisi ke-4.


(22)

9

variabel bebas (independent variable) dan variabel tergantung (dependent variable).7

Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Variabel Independen (Respon Jama‟ah) a. Respon Kognitif

b. Respon Afektif c. Respon Konatif

2. Variabel Dependen (Sinetron TBNH) a. Waktu Acara

b. Metode yang disampaikan c. Efek Sinetron Bagi komunikan 6. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan ditarik berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya, maka dugaan sementara peneliti adalah:

Ho: Adanya respon perilaku Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap sinetron TBNH di RCTI.

Hi : Tidak adanya respon perilaku Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap sinetron TBNH di RCTI

7

Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana Prenada Group. 2008). Cetakan ke-3. Hal. 93


(23)

E. Tinjauan Pustaka

Setelah meninjau beberapa judul skripsi, disertasi tulisan dan lain-lain, baik di Perpustakaan Umum (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga diperpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki kesamaan judul tentang respon akan tetapi berbeda subyek dan obyeknya, diantaranya yakni :

1. Sri Mulyati, “Respon Jamaah Majelis Talim Al-Faizin Condet Jakarta Timur Terhadap Film Ayat-ayat Cinta. Skripsi mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2009, yang berisi tentang respon jamaah majelis talim terhadap film ayat-ayat cinta.

2. Agus Fauzi Rahman, “Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong (BERKAH MEMELIHARA ANAK YATIM) Di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2008.

3. Listiani Wirafasya, “Respon Jamaah Di Studio Terhadap Program Acara Mamah Dan AA Di Stasiun Televisi Indosiar. Skripsi mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2008.

4. Siti Nurul Fitriyah, “Respon Ibu Rumah Tangga Di Desa Cihunu Serpong Terhadap Tayangan Sinetron Taaruf Di TPI. Skripsi mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2009.

Sedangkan judul skripsi penulis “RESPON PERILAKU JAMA’AH

MAJELIS TA’LIM NURUL IMAN KEDAUNG CIPUTAT


(24)

11

NAIK HAJI DI RCTI”. Yang membedakan skripsi ini dengan skripsi yang lainnya mengenai respon Jamaah majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat yang diteliti sebelumnya adalah terletak pada objek penelitiannya, yakni Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Setelah penulis meneliti dengan baik di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata belum ada skripsi yang membahas mengenai objek program tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas. Adapun secaa rinci sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan Meliputi; Latar belakang masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis berisikan pembahasan mengenai Respon, Macam-macam Respon, Faktor-faktor terbentuknya respon, Pengertian Sinetron, Konsep Dakwah, Pengertian Jama‟ah, dan Televisi sebagai media dakwah.

BAB III: Gambaran Umum akan dijelaskan tentang Profil Ibu-ibu Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangeran-Selatan dan Profil Sinteron Tukang Bubur Naik Haji,Profil RCTI.


(25)

BAB IV : Hasil penjelasan tentang pemberian Respon Kognitif, Afektif, dan Konatif Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang- Selatan Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji,


(26)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Respon

Dalam Kamus Bahasa Indonesia. Respon adalah tanggapan, reaksi jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. 8 Selanjutnya menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dijelaskan bahwa respon adalah reaksi psikologi metabolic terhadap tibanya suatu rangsangan. 9 Penjelasan mengenai definisi respon menurut dua Kamus Besar di atas kurang lebihnya sama namun, sejauh mana respon yang dimaksud kurang begitu mendalam, lalu berbeda pada perbendaharaan kalimat yang satu memakai gejala atau peristiwa yang lain menggunakan rangsangan.

Lalu menurut Abu Ahmadi mendefinisikan pengertian respon yaitu tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dimana objek yang telah dia amati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan, sudah berhenti hanya kesannya saja.10

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organism itu, bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan diartikan sebagai

8

Dekdipbud, Kamus Besar Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1996 9

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian & Kebudayaan, 1997), h. 964.

10

Abu Ahmadi. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.64.


(27)

hasil atau kesan yang dapat (yang ditinggal) dari pengamatan. Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.11

B. Teori Stimulus Organism Responden (S-O-R)

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R (Stimulus, Organism, Respon). Teori S-O-R singkatan dari Stimulus- Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata- kata verbal, isyarat non verbal, symbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.

Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negative; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian memengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara

11


(28)

15

langsung dan cepat efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya, media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof. Dr. Mar‟at dalam bukunya Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, Kalley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.

Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berpa perubahan kognitif, afektif dan konatif.

Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah:

a. S (stimulus) = Pesan : disini adalah bagaimana suatu pesan yang terkandung yang disampaikan dalam sinetron Tukan Bubur Naik Haji. b. O (organism) = Komunikator yaitu Audiens (Jama‟ah Majelis Talim

Nurul Iman) : yang disampaikan oleh komunikan kepada komunikator.


(29)

c. R (respons) = Responden : Jamaah Majelis Talim Nurul Iman mampu meberikan efek.

Dengan demikian dalam teori S-O-R disini yaitu sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan kemudian mampu menimbulkan efek.12

C. Macam-macam Respons

Menurut Jalaludin Rakhmat, mengemukakan bahwa terdapat macam-macam respons kognitif, afektif, dan konatif.13

a. Respon Kognitif

Berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya, dalam efek kognitif ini bagaimana media massa dapat membantu khlayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif.14

Respon ini timbul apabila adanya perubahan yang dipahami dan dipersepsikan khlayak, yang mana respons kognitif itu muncul menurut indera yang mengamati, seperti:

1) Tanggapan Audit (tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarkannya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain)

2) Tanggapan Visual (tanggapan terhadap sesuatu yang dilihatnya) 12

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 256.

13

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 223

14


(30)

17

3) Tanggapan Perasa (tanggapan yang dialami oleh dirinya).15 b. Respon Afektif

Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan seseorang menilai terhadap sesuatu, respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap ssuatu. Tujuan dari respon afektif bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya.16 Respon afektif itu berkaitan dengan emosi, sikap, dan nilai seseorang akan sesuatu maka akan timbul faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya respon afektif dari komunikasi massa, seperti: 1) Suasana Emosional:

Di dalam respon afektif disimpulan bahwa apapun yang disampaikan dari sineteron, iklan, ataupun sebuah informasi akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Sinetron sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan mengalami kekecewaan, adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak apabila kita menontonya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka.

2) Skema Kognitif:

Merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita dan menjelaskan tentang alur peristiwa, kita tahu bahwa dalam sebuah

57. 15

Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, 1998),h. 136. 16


(31)

film action, mempunya tokoh atau aktor/aktris yang seiring muncul, pada akhirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak perlu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari jurang, kita menduga pasti akan tertolong juga.

Kemudian kita akan sangat ketakutan menoton film horor apabila kita menontonya sendirian dirumah tua, ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik. Beberepa penelitian menunjukan bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan sendirian atau ditempat gelap.

3) Factor Predisposisi Individual:

Factor ini menunjukan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa, dengan identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar menampatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh tersebut. Karena itu ketika tokoh identifikasi (identifikasikan) itu kalah, ia ikut merasa kecewa dan ketika identifikasi berhasil, maka ia ikut merasa bahagia.

c. Respon Behavioral (Konatif)

Respon konatif (perilaku) merupakan respon yang berhubungan dengan dorongan dan perilaku nyata khalayak, yakni meliputi tindakan atau kebiasaan dlam kehidupan sehari-hari.


(32)

19

Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu hal.17

D. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon

a. Faktor Internal:

Yaitu faktor yang ada dalam diri individu, seperti unsure jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsure tersebut. Apabila terganggu salah satu unsure saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individe yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.

b. Faktor eksternal:

Yaitu faktor yang ada pada lingkungan, factor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya factor stimulus

E. Sinetron

1. Pengertian Sinetron

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik lalu di tayangan melalui stasiun televisi.

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan

h. 218 17


(33)

oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario. Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan kualitas cerita, yang akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga, kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema yang akhir-akhir ini sangat digemari yaitu tentang kehidupan alam gaib.

Tema yang cukup laris dalam sinetron-sinetron Indonesia saat ini, antara lain sebagai berikut:18

a) Religius

Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja. Konflik- konflik dan plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan,

18


(34)

21

demikian pula dengan tokoh-tokohnya. Seperti, Tukang Bubur Naik Haji, Doa Membawa Berkah, Para Pencari Tuhan.

b) Percintaan

Tema seperti itu banyak menghiasi sinetron atau film di Indonesia. Tema ini ditandai dengan pembubuhan kata cinta itu sendiri pada judul sebuah sinetron. Seperti: Cinta Fitri, Cinta Indah, Siapa Takut Jatuh Cinta.

c) Rumah Tangga

Tema ini biasanya bercerita tentang problema rumah tangga atau keluarga, seperti: Keluarga Cemara, Noktah Merah Perkawinan. d) Perselingkuhan

Tema ini bercerita tentang seoang suami atau istri yang tetarik pada laki-laki atau wanita lain. Yang biasanya berkisar pada masalah tentang sepasang suami yang mengalami konflik dalam rumah tangganya lalu salah satu atau keduanya berhubungan dengan wanita atau laki-laki lain.

e) Persahabatan

Tema ini biasanya bercerita tentang kehidupan anak atau remaja yang bersekolah dalam sekolah yang sama lalu membentuk geng. Cerita yang selalu ditonjolkan seputar kehidupan tokoh utama dengan teman-teman satu geng-nya. Seperti, Kepompong, Arti Sahabat, Get Merried The Series.


(35)

f) Kepahlawanan

Tema ini biasanya digunakan dalam sinetron yang ditujukan untuk anak-anak. Tokoh utama digambarkan sebagai seseorang yang hebat serta memiliki kelebihan dibandingkan tokoh yang lainnya. Seperti, Panji Manusia Millenium, Anak Ajaib.

Memproduksi sebuah sinetron, tata laksana kerjanya hamper sama dengan memproduksi film. Diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum produksi berlangsung. Produksi program sinetron biasanya lahir dari sebuah gagasan. Lewat suatu riset, gagasan diolah menjadi satu skenario. Ketika skenario sudah siap, maka produser-orang yang bertanggung jawab pada sebuah progam- kemudian mengumpulkan staff untuk memilih sutradara, menentukan jadwal kerja, dan menetapkan estimasi biaya produksi.19

2. Jenis-jenis Sinetron

Sebetulnya tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam sinetron di televisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara dua jenis yang berbeda. Bahkan tak jarang lebih dari satu.

Ada beberapa jenis yang cukup dominan yang dapat dilihat dalam sinetron-sinetron Indonesia.20

19

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi, (Jakarta: Grasindo, ) h. 154-155. 20

JB. Wahyudi, Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergetar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.16


(36)

23

a) Laga Klasik

Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutnya, bahwa yang dimaksud dengan laga klasik adalah untuk sinetron laga dengan setting jaman kerajaan dahulu (jawa, sunda dan lain-lain), misalnya jaka tingkir, saur sepuh, nenek lampir.

b) Drama Rumah Tangga

Jenis ini berpola kekerasan dan konflik dalam rumah tangga. Temanya berkisar perbuatan warisan, kekerasan terhadap istri, perselingkuhan, percintaan yang dramatis dan lain sebagainya. c) Komedi

Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu. Semua konflik diserahkan untuk menimbulkan kesan lucu. d) Religius

Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja konflik- konflik dalam plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan, demikian pula dengan tokoh-tokohnya.

e) Drama Remaja

Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang nge-trend di televisi Indonesia. Didominasi tokoh-tokoh


(37)

remaja dengan segala persoalannya mulai dari percintaan, persahabatan, konflik di sekolah, dan lain-lain.

f) Horror

Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan. Misalnya sinetron Di Sini Ada setan dan sundel bolong.

3. Unsur-unsur Sinetron

Menurut JB. Wahyudi dalam bukunya Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergetar, bahwa unsur-unsur dari sinetron adalah :

a. Produser

Yaitu seseorang yang membiayai produksi sebuah sinetron dan orang yang betanggung jawab atas pembuatan sinetron secara keseluruhan. b. Sutradara

Adalah orang yang memimpin pertunjukan pementasan dalam sebuah sinetron.

c. Naskah atau sript atau ide gagasan suatu cerita

Naskah adalah penjelasan serta pengembangan sebuah ide cerita atau konsep yang secara operasional dapat di buat visualnya, oleh karena itu penulis naskah dituntut untuk berimajinasi secara kreatif dengan didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat dijabarkan dalam bahasa yang jelas.

d. Artis/actor


(38)

25

e. Engineering

Yaitu orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan alat-alat produksi, seperti kamera, mika, dan listrik.

f. Kostum

Walaupun kostum bukan sesuatu hal yang paling penting dalam pembuatan sinetron, kostum juga diperhatikan, maka kostum ditentukan agar sesuai dengan cerita sinetron tersebut.

g. Make-up atau tata rias

Hal ini juga harus diperhatikan, me-make-up para pemain dengan karakter yang harus dimainkannya.

F. Konsep Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, da‟watan yang merupakan bentuk masdar dari kata kerja daa yad‟u yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.

Dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, serta panggilan kepada umat Islam untuk mengajak orang lain masuk ke dalam Sabilillah (Jalan Allah) secara menyeluruh (Kaffah), baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan.21

Menurut Nasarudin Latif, Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak,

21

Ismah Salmah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Dakwah Jurnal dan Komunikasi, h.2 vol.6 no.1


(39)

serta memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT., sesuai dengan garis-garis aqidah, syariah, dan akhlak Islamiah”.22

Secara terminology atau istilah, dakwah menurut M. Natsir adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar maruf nahi munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.23

Sedangkan menurut Toha Yahya Omar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.24 Dakwah merupakan kewajiban individual (fardhu „ain) seorang muslim, akan tetapi dalam tataran tertentu juga merupkan kewajiban kolektif (fardhu kifayah).

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah faktor atau muatan-muatan yang mendukung aktifitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang saling mendukung dan mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya, antara lain:

22 Rafiu

di dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung; Pustaka Setia, 2001), cet. Ke-2.

23

Samsul Munir Amin, Rekrontuksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008). Cet. Ke-1 h.5

24


(40)

27

a. Dai

DaI adalah orang yang menyampaikan dakwah, artinya orang yang dengan sengaja menyampaikan atau mengajak orang, baik individual ataupun bersifat kelompok ke jalan Allah, yakni Al-Qur‟an dan hadits. DaI ini ada yang melaksanakan dakwahnya secara individu, namun ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi.25

Yang dimaksud daI di sini bukan hanya sekedar seorang khatib yang berbicara dan memengaruhi manusia dengan nasihat-nasihatnya, suaranya, serta kisah yang diucapkannya, walaupun hal ini merupakan bagian darinya. Yang dimaksud dengan daI adalah seseorang yang mengerti hakikat Islam, dan dia juga tahu apa yang sedang berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta semua problema yang ada.26

b. Mad‟u

Madu (objek dakwah) adalah isim maful dari kata daa, berarti orang yang di ajak, atau yang dikenakan perbuatan dakwah. Madu adalah objek sekaligus subjek dakwah.

c. Materi Dakwah

Materi dakwah atau yang biasa disebut juga dengan isi pesan dakwah yaitu segala sesuatu yang disampaikan oleh daI kepada madu yang sesuai dengan Al-Quran dan hadits. Materi dakwah

h.8 h.263

25

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. Ke-1 26


(41)

meliputi bidang akidah, syariah (ibadah dan mu‟amalah), dan akhlak.

G. Pesan Dakwah

Pesan dakwah mengandung arti Perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan pada orang lain.27

Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur‟an dan sunah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.28

Islam sendiri sebagai ajaran yang universal, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berasal dari tauhid mutlak. Aspek-aspek hidup dan kehidupan manusia tersebut ialah aspek ekonomi politik, hukum, pendidikan, sosial, keluarga, kebudayaan dan lain sebagainya.

Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan adalah mencakup akidah, syariah, dan akhlak, dan kemudian syariah dibagi menjadi dua cabang pokok, yaitu ibadah dan muamalah.29

Titik singgung mengenai materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan oleh seorang daI kepada madu berdasarkan keterangan di atas adalah: aqidah dengan pokok-pokok keimanannya (arkan al-iman), syariah yang menjadi dua cabang pokok yaitu ibadah dan muamalah, serta

h.43 27

Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1993), h. 19 28

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-2, 29


(42)

29

akhlak, yaitu akhlak kepada sang Khalik, kepada manusia, hewan dan tumbuhan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan atau materi- materi dakwah yang harus disampaikan kepada madu atau objek dakwah adalah berkaitan denga masalah-masalah sebagai berikut:

a. Pesan Aqidah

Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau sangkutan. Sedangkan secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan atau iman. 30 Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh Hassan Saleh adalah keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang terhujam dalam-dalam pada lubuk hati seseorang, sehingga mengikat kehidupannya, baik dalam sikap, ucapan, dan tindakannya.

Pembahasan mengenai aqidah Islam umumnya pada arkanul iman (rukun iman yang enam) antara lain:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat-malaikatNya 3. Iman kepada Kitab-kitabNya 4. Iman kepada Rasul-rasulNya 5. Iman kepada hari Kiamat 6. Iman kepada Qada dan Qadar

Aqidah ini merupakan pondasi bagi setiap muslim yang menjadi dasar dan memberikan arah bagi hidup dan kehidupannya.

30

E. Hassan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan


(43)

Aqidah merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah.

Aqidah merupakan tiang penyangga atau pondasi keimanan seseorang dalam meyakini suatu kepercayaan. Ibarat gedung yang mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia tidak akan mudah roboh bila pondasinya kuat. Sama halnya dengan manusia, jika aqidah sebagai pondasi imannya lemah, maka imannya pun akan lemah dan rapuh sehingga mudah roboh keyakinannya.

b. Pesan Syariah

Secara bahasa (etimologi) kata syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan- peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi, dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. 31 Syariah hal yang sifatnya pokok (dasar), maka Islam juga mengatur manusia melalui praktek. Jika aqidah posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina suatu perundang-undangan (syariat) sebagai cabangnya.

Syariah dalam Islam adalah hubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. 32 Ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan

h.343 31

M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1, 32


(44)

31

ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama disebut muamalah.

Dalam pesan Syariah yang dianalisis adalah ibadah dan muamalah. Ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadah ada dalam Islam meliputi: shalat, puasa, zakat, haji yang bertujuan membuat roh manusia senantiasa tidak lupa kepada Tuhannya dan bahkan menjadi lebih deket lagi dengan Tuhannya.

Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini adalah beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa ibadah adalah mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan mengoptimalkan kecintaan kepada Allah. Ibadah di dalam Islam mencakup agama secara keseluruhan dan meliputi seluruh kehidupan dengan berbagai macam isinya.33

c. Pesan Akhlak

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk jama dari khula, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak dari segi istilah (terminologi) adalah budi pekerti, yang berarti perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku.

Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam

33

Yusuf al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005), cet. Ke-1, h.118


(45)

jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia (akhlak mahmudah), atau perbuatan buruk, yang disebut akhlak tercela (akhlak madzmumah) sesuai dengan pembinaannya.

Sedang akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan dengan cara tidak menyekutukan-Nya, dan bertaubat serta mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa dan memohon kepada-Nya dan selalu mencari keridhoan-Nya.34

Sedang akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal- hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar. Kemudian jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, dan ucapan yang baik, mendoakan dan saling membantu.

Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak bernyawa lain.

Untuk itu salah satu materi dakwah islam dalam rangka memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan formal yang terkandung dalam syariah, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak.

h.147 34


(46)

33

Materi akhlak ini sangat luas sekali, yang tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi juga sangat melibatkan pikiran.

H. Pengertian Jama’ah

Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jamaa artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima‟ (perkumpulan), yang merupakan lawan kata dari tafarruq (perceraian) dan juga lawan kata dari furqah (perpecahan).35

Istilah jamaah mempunyai arti yang berbeda-berda sesuai dengan konteks kalimat dan kaitannya. Pertama, dikaitkan dengan kata ahlu sunnah” sehingga menjadi ahlu sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti sunnah dan tradisi Nabi SWT serta berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah jamaah dikaitkan dengan ijma‟ sebagai sumber hukum. Ijma merupakan hasil kesepakatan jamaah dalam suatu masalah yang di dalamnnya terjadi saling pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin seorang imam.

Istilah jamaah juga berkaitan dengan masalah shalat, terutama dalam pelaksanaan shalat jum‟at harus mencukupi jumlah 40 orang., sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi – ditinjau dari segi

35

Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Pengertian Jamaah”, artikel diakses pada 11 September 2008 dari http://armyx7.blogspot.com/06/definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html


(47)

jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam – maka sholat jumat sah. Hali ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak, atau lebih dari tiga orang.

Namun yang dimaksud jamaah di sini yaitu suatu kumpulan atau sekelompok orang yang berkumpul untuk menyaksikan atau mendengarkan tausiah tentang ilmu-ilmu agama yang diberikan oleh seorang ustadzah.

I. Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaat hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih optimal.

Berdakwah melalui televisi ini sangat banyak memperoleh kehebatan dibanding dengan media-media dakwah lainnya, sebagian kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya atau sang daI hanya pada pusat pemberitaan (distudio) saja.

Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan komunikasi secara umum, dalam berkomunikasi secara umum, dalam berkomunikasi kecanggihan media, disamping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feed back, merupakan salah satu faktor suksesnya suatu aktivitas komunikasi.

Hadirnya televisi swasta di Indonesia merupakan suatu imbas teknologi informasi yang tidak bisa dibendung lagi, perkembangan media televisi


(48)

35

sebagai sarana informasi di Indonesia tidak terlepas dari jalannya pembangunan nasional dibeberapa bidang, kehadiran televisi-televisi tersebut secara tidak langsung menjadikan alternative tontonan lebih luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket-paket acara yang menarik.


(49)

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang-Selatan

1. Sekilas Tentang Majelis Ta’lim Nurul Iman

Majelis Ta‟lim Nurul Iman didirikan pada tahun 1980, yang mendirikan Bpk. H. Sanam. Beliau mendirikan Majelis Talim Nurul Iman kepada masyarakat setempat, untuk membangun pengajian dan mengadakan pengajian setiap minggu seperti Al-Qur‟an, Fiqih, Akhlak dan lain-lain. Pada saat ini Majelis Ta‟lim Nurul Iman dipegang atau di ketuai oleh ibu Hj. Rohana sebagai menantu tertua di keluarga Bpk. H.Sanam.

Dari jumlah keseluruhan jamaah kaum ibu-ibu di Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 120 jamaah. Pengajian rutin Majelis Talim Nurul Iman ini hanya satu minggu sekali yaitu pada hari jum‟at pukul 13.00 WIB.

Berdirinya Majelis Talim Nurul Iman sebagai lembaga non-formal yang berperan serta dalam agama Islam sangat cocok digunakan di kalangan masyarakat, khususnya dikalangan kaum ibu rumah tangga, Majelis Talim merupakan organisasi pendidikan non-formal yang memberikan pengarahan khusus keagamaan.


(50)

37

Kesibukan yang dialami para ibu rumah tangga ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan yang minim dan juga rasa malu yang dimiliki membuat para kaum ibu rumah tangga enggan untuk memahami agama Islam secara mendalam, sehingga anak-anak yang dimilikinya pun menjadi malas mengikuti jejak orang tuanya, khususnya ibu-ibu mereka.

Majelis Talim Nurul Iman mempunyai peranan besar dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman bagi semua lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya para ibu rumah tangga, dengan Majelis Talim proses dakwah akan terasa lebih mudah dan memberi warna dan melaksanakan kegiatan dakwah. Karena pada

umumnya Majelis Talim adalah lembaga swadaya murni, ia dilahirkan, dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh masyarakat itu sendiri.

Adapun struktur organisasi dan nama anggota pengurus dalam Majelis Ta‟lim Nurul Iman adalah:

Ketua Pengurus : Ibu Hj. Rohana Ketua : Ibu Hj. Rohana Wakil ketua : Ibu Hj. Iryani Sekretaris : Ibu Umu Kulsum Bendahara : Ibu Salamah


(51)

2. Program Kegiatan Majelis Ta’lim Nurul Iman

Dalam melakukan keagamaan Majelis Ta‟lim Nurul Iman melakukan kegiatan pengajian setiap minggunya, yaitu pengajian ibu-ibu. Adapun waktu dalam mengadakan pengajian ibu-ibu dari jam 13.00- 15.00.

Dalam menyelenggarakan tiap bulannya Majelis Talim Nurul Iman mengadakan :

- Acara Isra Miraj di bulan Rajab - Maulid Nabi Muhammad saw

- Kegiatan Santunan Yatim dan lain-lain sebagainya.

B. Gambaran Umum Sinetron Tukang Bubur Naik Haji 1. Sekilas Tentang Sinetron Tukang Bubur Naik Haji

Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron produksi Sinemart yang ditayangkan di RCTI setiap hari mulai pukul 20.30 sampai dengan 22.30 WIB. Pertama kali tayang pada hari senin, tanggal 28 Mei 2012 dan hingga sampai saat ini masih terus berjalan. Pemainnya antara lain ialah Mat Solar, Uci Bing Slamet, Nani wijaya, Citra Kirana, Andi Arsyil Rahman, Aditya Herpavi Rachamn, Latief Sitepu dan masih banyak lagi. Sinetron ini terus mengalami peningkatan rating meski tokoh utama sudah tidak kelihatan lagi.

Pada tanggal 27 Februari 2013, sinetron ini mampu melewati sinetron Anugerah dengan 473 episode& pada tanggal 29 April 2013, sinetron ini mengalahkan Islam KTP dengan 558-episode, sehingga


(52)

39

Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron dengan episode terbanyak ke-3 di Indonesia. Pada 25 Juni 2013 sinetron ini mengalahkan Putri yang Ditukar dengan 676 episode, sehingga Tukang Bubur Naik Haji menempati peringkat kedua. Pada 28 Desember 2013 sinetron ini mengalahkan cinta fitri dengan 1002 episode, sehingga Tukang Bubur Naik Haji menempati peringkat kesatu dari daftar sinetron dengan jumlah episode terpanjang.

Adapun sinopsis dari sinetron ini episode 15 :

Bang Sulam (Mat Solar) adalah seorang tukang bubur yang penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya.

Pada siang hari tepatnya dikediaman bang sulam, datanglah Badar ( Ricky Malau Ali ) adalah seorang preman yang kerjanya selalu mencuri, merampok, minum-minuman keras, dll. Tetapi, Badar yang sekarang berbeda, dia telah bertaubat. Sekarang Badar sudah berubah kepribadiannya menjadi manusia yang lebih baik. Dia menjadi rajin shalat

kemasjid, dan selalu ingin melakukan hal-hal yang baik. Setelah bertemu bang sulam, dia pun menjadi salah satu pekerja di warung buburnya bang sulam. Namun, dia berputus asa karena ketika dia berdagang keliling bubur ayam, masih tersisa banyak dagangannya. Sehingga dia mendatangi bang sulam, bahwa dia tidak bisa berdagang. Namun bang sulam pun terus memberinya semangat agar terus sabar dan berusaha.


(53)

Saat bang sulam mengajak badar untuk shalat berjamaah di masjid. Ketika ingin memulai shalat datang seorang H. Muhidin ( Latief Sitepu)

dia adalah seorang haji yang siapa pun memanggilnya harus dengan sebutan haji. H.Muhidin selalu memusuhi keluarganya bang sulam. Selalu memfitnah keluarga bang sulam. Dia itu orang yang syirik dengan kesuksesannya bang sulam. Ketika ingin memulai shalat, H.Muhidin satu syaf dengan badar, lalu H.Muhidin berpindah tempat. Setelah selesai shalat, H.Muhidin pun membuat keributan di depan masjid. Karena Badar terpancing emosinya. Ada pula Hj. Maemunah ( Shinta Muin ) istri dari H. Muhidin. Dia mempunyai sifat yang sama dengan suaminya, yaitu sifat iri dan dengki terhadap orang lain, terutama kepada keluarganya bang sulam. Dia selalu menganggap bahwa keluarganya bang sulam itu berhasil dan sukses bukan dari uang yang halal. Hj. Maemunah dan H. Muhidin selalu memfitnah keluarga bang sulam didepan orang lain.

H. Muhidin dan Hj. Maemunah pun mempunyai anak gadis yang bernama Rumanah ( Citra Kirana ) dia adaalah seorang Ustadzah muda dikampungnya. Dia sering memberi tausyiah dimasjid. Rumana tidak suka dengan kelakuan kedua orang tuanya yang selalu mengusik kehidupan orang lain, khususnya keluarga bang sulam. Mereka selalu mencari informasi tentang bang sulam dengan menyuruh anak buahnya, setelah mendapatkan informasi, H. Muhidin dan istrinya langsung menceritakan di depan orang-orang kampung dengan melebih-lebihkan beritanya dan selalu memfitnah keluarga bang sulam. Rumana pun mempunyai perasaan


(54)

41

atau menaru hati dengan Robby ( Andi Arsyil ) adik ipar bang sulam atau tepatnya adik kandung Rodiyah ( Uci Bing Slamet ) istri dari bang sulam. Mereka berdua saling mencintai. Namun, kedua orang tua Rumana tidak menyetujui hubungan mereka, karena Robby masih termasuk salah satu keluarga dari bang sulam.

Hari-hari pun berlalu. Pada suatu hari, bang sulam dan istrinya kecopetan di salah satu parkiran mall. Ketika itu Hj. Rodiyah sedang menunggu bang sulam yang sedang memarkirkan motornya. Namun, disaat itu juga copet itu merampas tas dari tangannya Hj. Rodiyah. Padahal isi tas itu adalah uang untuk mereka membayar sewaan toko di dalam mall itu. Awalnya mereka ingin menyewa toko untuk membuka usaha bubur ayamnya di mall itu, namun apa boleh buat, keberuntungan bukan lagi ditangan mereka. Lalu, datanglah dua orang laki-laki yang menjadi mata- matanya H. Muhidin. Mereka mencari informasi untuk bisa disampaikan kepada H. Muhidin.

Pulanglah bang sulam dan istrinya, lalu mereka mendatangi rumah sakit untuk menjenguk ibunya bang sulam yaitu Emak Haji ( Nani Wijaya) yang sedang terbaring di rumah sakit. Mereka menceritakan kejadian diparkiran tadi itu kepada emaknya. Lalu emak memberi nasihat agar mereka selalu sabar daam menghadapi cobaan hidup.

Dilain tempat, ada pula mata-mata H. Muhidin yang mendatangi warung H. Muhidin. Mereka menyampaikan informasi yang mereka dapat, yaitu bahwa bang sulam kecopetan disebuah mall. Mendengar berita itu,


(55)

H. Muhidin langsung menuduh bahwa si Bahar lah yang mencopetnya. Padahal bukan Bahar pelakunya, tetapi anak kecil jalanan yang mencopetnya.

Badar pun disini merasa risih, karena H. Muhidin dan kedua anak buahnya itu selalu mencelanya. Mereka bilang, Badar bagaikan sampah yang mengotori masjid.

Masalah seperti itu tidak pernah berhenti. Karena H. Muhidin, istrinya dan kedua anak buahnya itu, selalu mengusik kehidupan orang lain. Bahkan anaknya pun Rumana tidak pernah berhenti measehati kedua orang tuanya itu, agar segera bertaubat.

Keseruan apa lagi yang akan terjadi di dalam sinetron ini? Akankah H. Muhidin nantinya akan bertaubat? Lalu, bagaimana dengan hubungan keluarga Bang Sulam dan H. Muhidin ? selengkapnya di sinetron tukang bubur naik haji.36

2. Visi dan Misi Sinetron Tukang Bubur Naik Haji

Setelah penulis mewawancarai Haji Ucik Supra (Sutradara Sinetron Tukang Bubur Naik Haji), Visi Sinetron Tukang Bubur Naik Haji adalah memberikan hiburan yang dikemas secara ringan dan menarik yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya ibu-ibu (dewasa) dengan Misi memberikan pendidikan nonformal seperti memberikan gambaran kecil tentang kehidupan bermasyarakat dan

36


(56)

43

bertetangga yang baik kepada para penonton untuk senantiasa dijadikan sebagai contoh.37

C. Profil RCTI

RCTI merupakan televisi swasta pertama di Indonesia. Tujuannya adalah sebagai alternatif atas tontonan menarik yang sebelum 1989 dikuasai oleh TVRI yang saat itu menjadi corong pemerintah untuk mempropagandakan Orde Baru yang berkuasa saat itu.

RCTI awal siaran lewat ijin saluran membasis di Jakarta & sekitarnya dengan dekoder kemudian mengudara pada tanggal 1 Januari 1987 di Jakarta kemudian siaran percobaan mulai pada tanggal 1 Januari 1988 dan diresmikan tanggal 24 Agustus 1989 bertepatan dengan ulang tahun TVRI ke-27 membasis di Jakarta.

Saat awal siaran, RCTI hanya menayangkan acara-acara luar negeri karena modalnya lebih murah jika dibandingkan dengan memproduksi sendiri yang biayanya jauh lebih mahal.

Karena setiap hari pelanggan dekoder RCTI semakin bertambah di wilayah Jabodetabek, maka pemerintah akhirnya mengizinkan RCTI untuk bersiaran secara bebas mulai 24 Agustus 1990. Saat itu pula di Surabaya persembahan PT. Bimantara Citra, Tbk. juga mendirikan stasiun televisi yang bertujuan menayangkan acara-acara RCTI di Surabaya, yaitu SCTV.

Saat itu pula, RCTI dan SCTV dikenal sebagai "Saudara Kembar" karena 37

Hasil wawancara dengan Bpk.H.Ucik Supra selaku sutradara tukang bubur naik haji pada tanggal 03 April 2014


(57)

RCTI dan SCTV selalu bersama menayangkan acara-acara yang ditayangkan RCTI meskipun waktu tayang antara RCTI dan SCTV selalu berbeda. Setelah sekian lama bersiaran lokal di kota Jabodetabek, akhirnya tanggal 24 Agustus 1990 RCTI bersiaran secara nasional, namun hal itu baru direalisasikan tahun 1990 saat meluncurkan RCTI Bandung yang bertugas merelay acara-acara RCTI di Jakarta sejak tanggal 1 September 1990.

RCTI termasuk stasiun televisi besar di Indonesia, tapi susunan acaranya berbeda. Setelah sukses dengan RCTI dari Bandung, akhirnya awal tahun 1990 RCTI bersiaran secara nasional, diantaranya Banda Aceh, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Batam, Manado, Balikpapan, Lombok, Flores, Ambon, Jayapura dan hingga akhirnya tahun 1993 RCTI sudah bisa disaksikan di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1997, terjadi kekisruhan antar pemilik saham RCTI dan SCTV. Itu semua karena pemilik saham SCTV merasakan ketidakadilan yang dilakukan oleh [PT. Bimantara Citra, Tbk. yang lebih me-nomor satu-kan RCTI ketimbang SCTV. Karena itulah, RCTI dan SCTV memutuskan untuk berpisah dan menjalankan kehidupannya sendiri- sendiri.

Tahun 1999, RCTI merupakan televisi swasta pertama yang melakukan reformasi besar-besaran dalam susunan manajemen. Hampir semua susunan direksi dan komisaris dirombak total untuk meningkatkan


(58)

45

kinerja perusahaan yang sempat merugi karena krisis moneter tahun 1997 lalu. Setelah 4 tahun menyendiri, akhirnya RCTI memiliki 2 stasiun televisi yang menjadi teman RCTI, yaitu Metro TV dan Global TV. PT. Bimantara Citra Tbk. mendirikan Global TV (PT. Global Informasi Bermutu, Tbk.) pada tahun 1999 dan memiliki 70% saham atas Global TV dan juga memodali berdirinya Metro TV (PT. Media Televisi Indonesia, Tbk.) dan memiliki 25% saham Metro TV. Namun, pada tahun 2002, PT. Bimantara Citra, Tbk. berganti manajemen setelah dibeli PT. Bhakti Investama, Tbk. Pemilik baru dari PT. Bimantara Citra, Tbk. menilai Metro TV kurang memberikan keuntungan berarti dan segmentasinya tumpang tindih dengan RCTI. Hingga akhirnya Bimantara menjual 25% saham Metro TV dan 1 Juli 2003 Bimantara membeli 75% saham PT. Cipta TPI, Tbk. dan langsung menempatkan para direksi baru di TPI. dan pada 1 Oktober 2003, PT. Bimantara Citra, tbk. mendirikan induk usaha untuk RCTI, TPI dan Global TV yaitu Media Nusantara Citra (MNC).

Sejak 1 Oktober 2003, RCTI dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki Global TV dan TPI. RCTI memiliki hak siar atas ajang sepak bola Euro 2008 bersama Global TV dan TPI. RCTI juga mengudara di Timor-Leste. Tahun 2009 telah berusia 20 tahun dan Finalis The Master Limbad juara runner up the master telah beraksi berdiri di menara selama 20 jam di menara 20 meter tanggal 24 Agustus 2009, Limbad berhasil menjatuhkan diri dari menara yaitu pertanda Hari ulang tahun RCTI yang ke-20. Direktur Utama RCTI


(59)

saat ini adalah Hary Tanoesoedibjo, yang juga Presiden Direktur dan CEO dari Media Nusantara Citra (MNC) dan Global Mediacom RCTI-pun menggandeng JakTV stasiun televisi lokal Jakarta, untuk bergabung dalam satu manajemen, yaitu Media Nusantara Citra (MNC) Tbk. pada tahun 2005 yang lalu.38

Logo RCTI

38 http://asal-usul-motivasi.blogspot.com/2011/01/asal-mula-usul-sejarah-rcti-


(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

Setelah melakukan penelitian di Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan, ditemukan beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.

Responden pada penelitian ini adalah Jamaah Majelis Talim Nurul Iman, hal ini diadakan untuk mengetahui sejauh mana respon Jamaah Majelis Talim Nurul terhadap sinetron Tukang Bubur Naik Haji (TBNH). Adapun sampel dari penelitian ini sebanyak 30 orang jama‟ah dari 120 (25%). Kemudian peneliti mengklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu : responden berdasarkan karakteristik jenis pendidikan dan responden berdasarkan karaketristik jenis pekerjaan. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan dalam bentuk tabel serta uraian dari masing-masing tabel berikut:

a. Karateristik Jenis Pendidikan

Setelah dilakukan penelitian dari karakteristik responden berdasarkan Jenis Pendidikan dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Karakteristik Jenis Pendidikan Responden

Jenis Pendidikan Frekuensi Prosentase

SD/MI 7 23.33%

SMP/MTs 10 33.33%

SMA/MA 11 36.67%

S1 2 6.67%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 1 di atas, terdapat responden dengan jenis pendidikan SD/MI berjumlah 7 orang dengan persentase 23.33%,


(61)

responden dengan tingkat SMP/MTS berjumlah 10 orang dengan persentase 33.33%, sedangkan responden dengan tingkat SMA/MA berjumlah 11 orang dengan persentase 36.67%, dan responden dengan tingkat pendidikan S1 berjumlah 2 orang dengan persentase 6.67%.

Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa responden dengan jenjang SMA/MA-lah yang dominan menonton sinetron “Tukang Bubur Naik Haji.

b. Karakteristik Jenis Pekerjaan

Tabel 2. Karaketristik Jenis Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase

Ibu Rumah Tangga 22 73.33%

Guru 5 16.67%

Wiraswasta 3 10.00%

Jumlah 30 100 %

Berdasarkan tabel 2 di atas, terdapat responden dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga berjumlah 22 orang dengan persentase 73.33%, sedangkan responden dengan jenis pekerjaan Guru berjumlah 5 orang dengan persentase 16.67%, dan reponden dengan jenis pekerjaan Wiraswasta berjumlah 3 orang dengan persentase 10.00%.

Dari hasil ini membuktikan bahwa yang banyak menonton sinetron

Tukang Bubur Naik Haji” adalah kaum ibu-ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

2. Analisis Data

a. Respon Kognitif

Respon kognitif (pengetahuan), yakni respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, kepercayaan dan informasi seseorang mengenai


(62)

49

sesuatu hal. Respon ini akan timbul apabila adanya stimulus terhadap apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh orang banyak.

Pada tabel dibawah ini terdapat uraian yang berkaitan dengan respon Kognitif (pengetahuan) terhadap tayangan sinetron Tukang Bubur Naik Haji, hal ini untuk mengetahui nilai responden terhadap pengetahuan yang didapat dalam sinetron tersebut:

Tabel 3. Respon Kognitif Jamaah Majelis Ta’lim Nurul Iman terhadap sinetron Tukang Bubur Naik Haji

NO Pernyataan Skala Kognitif STS TS S SS Skor

1 Saya mengetahui sinetron TBNH 0 0 5 25 145

2 Sinetron TBNH adalah sinetron religi yang memberikan wawasan tentang ajaran Islam

0 0 15 15 135

3 Sinetron TBNH adalah sinetron yang

memberikan wawasan tentang arti kesabaran

0 0 20 10 130

4 Sinetron TBNH adalah sinetron yang memberikan wawasan tentang arti keikhlasan

0 0 15 15 135

5 Sinetron TBNH adalah sinetron yang

memberikan wawasan tentang arti kegigihan

0 0 10 20 140

6 Sinetron TBNH adalah sinetron yang

memberikan wawasan tentang arti ketulusan

0 0 15 15 135

7 Sinetron TBNH mempunyai pesan dakwah dan pesan social yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

0 0 20 10 130

Rata-rata = 140+135+130+135+145+135+130:7 = 135,7

Dapat dilihat pada tabel 3 menegenai respon kognitif terhadap sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang menempati rangking pertama yaitu responden mengetahui sinetron Tukang Bubur Naik Haji, sinetron TBNH adalah sinetron religi yang memberikan wawasan tentang ajaran islam, wawasan tentang arti kegigihan, ketulusan, kesabaran,serta keikhlasan.


(1)

Respon Konatif

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya patut mencontoh sikap Bang Sulam yang tidak pernah

menyerah menghadapi rintangan hidup

2 Saya akan menghormati dan menghargai sesama tetangga 3 Saya akan mengajak orang lain

agar tetap menjalin silaturrahmi 4 Saya akan mengingatkan orang

lain agar tidak saling membenci 5 Sinetron ini mengarahkan saya

menjadi pribadi yang lebih baik 6 Cara berpakaian pemain

perempuan yang berhijab

membuat saya ingin mengikutinya 7 Akhlak mulia yang diperankan

Bang Sulam membuat saya ingin mencontohnya

6 Saya kecewa saat H.Muhidin mencela Badar yang baru saja bertaubat

7 Sinetron TBNH memberikan pengaruh positif bagi saya tentang sabar itu adalah kunci kesuksesan


(2)

Hasil Angket Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Berdasarkan Skala Kognitif No Latar Belakang

Pendidikan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 JUMLAH

1 SD/MI 4 4 4 4 4 4 4 28

2 SD/MI 4 4 4 4 4 4 4 28

3 SD/MI 4 4 4 4 4 4 4 28

4 SD/MI 4 4 4 4 4 4 4 28

5 SD/MI 4 4 4 4 4 4 4 28

6 SD/MI 5 4 4 4 4 4 4 29

7 SD/MI 5 4 4 4 4 4 4 29

8 SMP/Mts 5 4 4 4 4 4 4 29

9 SMP/Mts 5 4 4 4 4 4 4 29

10 SMP/Mts 5 4 4 4 4 4 4 29

11 SMP/Mts 5 4 4 4 5 4 4 30

12 SMP/Mts 5 4 4 4 5 4 4 30

13 SMP/Mts 5 4 4 4 5 4 4 30

14 SMP/Mts 5 4 4 4 5 4 4 30

15 SMP/Mts 5 4 4 4 5 4 4 30

16 SMP/Mts 5 5 4 5 5 5 4 33

17 SMP/Mts 5 5 4 5 5 5 4 33

18 SMA/MA 5 5 4 5 5 5 4 33

19 SMA/MA 5 5 4 5 5 5 4 33

20 SMA/MA 5 5 4 5 5 5 4 33

21 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

22 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

23 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

24 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

25 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

26 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

27 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

28 S1 5 5 5 5 5 5 5 35

29 S1 5 5 5 5 5 5 5 35

30 S1 5 5 5 5 5 5 5 35


(3)

Hasil Angket Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Berdasarkan Skala Afektif No Latar Belakang

Pendidikan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 JUMLAH

1 SD/MI 5 4 4 4 4 4 2 27

2 SD/MI 5 4 4 4 4 4 4 29

3 SD/MI 5 4 4 4 4 5 4 30

4 SD/MI 5 4 5 4 4 5 4 31

5 SD/MI 5 4 5 4 4 5 4 31

6 SD/MI 5 5 5 4 5 5 5 34

7 SD/MI 5 5 5 4 5 5 5 34

8 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

9 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

10 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

11 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

12 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

13 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

14 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

15 SMP/Mts 5 5 5 4 5 5 5 34

16 SMP/Mts 5 5 5 5 5 5 5 35

17 SMP/Mts 5 5 5 5 5 5 5 35

18 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

19 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

20 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

21 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

22 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

23 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

24 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

25 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

26 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

27 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

28 S1 5 5 5 5 5 5 5 35

29 S1 5 5 5 5 5 5 5 35

30 S1 5 5 5 5 5 5 5 35


(4)

Hasil Angket Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Berdasarkan Skala Konatif No Latar Belakang

Pendidikan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 JUMLAH

1 SD/MI 4 4 2 5 2 4 1 22

2 SD/MI 4 4 2 5 2 4 1 22

3 SD/MI 4 5 4 5 2 4 4 28

4 SD/MI 4 5 4 5 2 4 4 28

5 SD/MI 4 5 4 5 2 4 4 28

6 SD/MI 4 5 4 5 2 4 4 28

7 SD/MI 4 5 4 5 2 4 4 28

8 SMP/Mts 4 5 5 5 4 4 4 31

9 SMP/Mts 4 5 5 5 4 4 4 31

10 SMP/Mts 4 5 5 5 4 4 4 31

11 SMP/Mts 5 5 5 5 4 4 4 32

12 SMP/Mts 5 5 5 5 4 4 4 32

13 SMP/Mts 5 5 5 5 4 4 4 32

14 SMP/Mts 5 5 5 5 4 4 4 32

15 SMP/Mts 5 5 5 5 4 4 4 33

16 SMP/Mts 5 5 5 5 4 5 4 33

17 SMP/Mts 5 5 5 5 4 5 4 34

18 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 4 34

19 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 4 34

20 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 4 34

21 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 4 35

22 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

23 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

24 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

25 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

26 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

27 SMA/MA 5 5 5 5 5 5 5 35

28 S1 5 5 5 5 5 5 5 35

29 S1 5 5 5 5 5 5 5 35

30 S1 5 5 5 5 5 5 5 35


(5)

FOTO-FOTO BERSAMA SUTRADARA DAN PARA ARTIS PEMAIN SINETRON TBNH


(6)

Dokumen yang terkait

INTERPRETASI MASYARAKAT TENTANG SINETRON RELIGI KOMEDI Studi Resepsi Pemirsa Sinetron Tukang Bubur Naik Haji RCTI di Dusun Sukotirto Desa Badang Kec. Ngoro Jombang

0 16 45

Respon Jamaah Majelis Ta'lim al-Muhajirin terhadap sinetron Munajah Cinta di RCTI

2 12 65

Respon Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Film La Tahzan

0 10 75

Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Dalam Mengawasi Tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di Rcti

2 21 135

Respon Jamaah Haji Tahun 2013 Terhadap Bimbingan Manasik Haji Kbih Darunnisa Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

1 53 126

Variasi Bahasa Dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji (TBNH) Kajian Etnografi Komunikasi"Reviwer

0 4 4

PENGARUH SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA Pengaruh Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Terhadap Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus Di Dukuh Pengkol, Kaligawe, Pedan, Klaten).

0 1 13

PENGARUH SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA Pengaruh Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Terhadap Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus Di Dukuh Pengkol, Kaligawe, Pedan, Klaten).

0 2 18

MOTIF PEMIRSA MENONTON SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES DI RCTI (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa di Surabaya Dalam Menonton Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series di RCTI).

0 0 107

MOTIF PEMIRSA MENONTON SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES DI RCTI (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa di Surabaya Dalam Menonton Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series di RCTI) SKRIPSI

1 0 20