44
J. Pengertian dan Tujuan Dakwah
Secara etimologi kata dakwah berarti dakwah yang berasal dari B. Arab yakni da’aa, yad’u, du’aa. Yang berarti seruan, ajakan, panggilan.
39
Adapun pengertian dakwah secara terminologis, terdapat beberapa pendapat diantaranya:
Pengertian dakwah secara umum ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi metode ajaran-ajaran bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk
menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology, pendapat, pekerjaan tertentu.
Pengertian dakwah secara khusus ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemasalahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
40
Menurut Muzayyin Ariffin “dakwah adalah suatu kegiatan apakah baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagiannya dilakukan secara sadar
dan berencana dalam rangka mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran dan
sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur paksaan.
41
Drs. H. Arifin med. Mengatakan bahwa dakwah adalah sebagai kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya. Yang dilakukan secara sadar
dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun
39
Drs. H. toto Tasmura, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pertama, 1997, Cet. Ke-1, h. 31.
40
Thoha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992, Cet ke-5, h. 13 – 14
41
Muzayyin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
45
secara kelompok supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan.
42
J. Majelis Ta’lim
Istilah ini berasal dari Bahasa Arab yait yang berarti tempat duduk, sedangkan artinya mengajar dan kalau dilihat dari sudut asal katanya, maka
majelis ta’lim dapat diartikan sebagi suatu wadah atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya terdapat jama’ah orang yang
belajar, ustadz ustadzah orang yang mengajar materi pelajaran yang diajarkan
43
.Sedangkan koordinasi dakwah Islam memberikan definisi majelis ta’lim secara lughawiyah yaitu tempat untuk melaksanakan pengajian atau
pengajaran agama Islam
44
. Selanjutnya menurut Dra. Hj. Tuti Alawiyah A.S. majelis adalah
pertemuan atau perkumpulan orang banyak, sedangkan ta’lim berarti pangajaran atau pengajian agama Islam
45
. Musyawarah Majelis Ta’lim se-DKI yang berlangsung pada tanggal 9
oktober 1980 memberikan batasan masalah sebagai berikut: “lembaga pendidikan Islam non-formal yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakansecara
berkala dan teratur dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak dan bertujuan
42
Arifin Med, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, 1997,h. 17
43
Depag RI. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Depag RI, 1987. Jilid II, h. 56.
44
Koordinasi Dakwah Islam. Pedoman Majelis Ta’lim. Jakarta: KODI. 1990 cet. ke-2, h.1.
45
Tuti Alawiyah AS. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim. Bandung: Mizan, 1997 h.5.
46
untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antar manusia dengan Allah”.
Adapun tujuan majelis ta’lim menurut Dra. Hj. Tuti Alawiyah A.S. adalah sebagai berikut:
1. Tempat belajar, untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan
mendorong pengamatan agama. 2.
Tempat kontak sosial, untuk bersilaturahmi agar dapat menciptakan persatuan dan kesatuan umat Islam.
3. Mewujudkan minat sosial, untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan
rukun tetangga RT dan lingkungan jama’ahnya. -
Tujuan umum: meningkatkan kualitas pemahaman dan amalan keagamaan pada setiap pribadi muslim Indonesia yang mengacu pada keseimbangan
antara iman dan taqwa. -
Tujuan khusus: meningkatkan kemampuan dan peranan majelis ta’lim. Sedangkan fungsi majelis ta’lim sebagai suatu organisasi menurut Dra. Hj.
Tuti Alawiyah A.S. adalah sebagai berikut: 1.
Pengurus majelis ta’lim dapat menarik pelajaran dari pendapat dan pengalaman sesama pengurus majelis ta’lim untuk memperbaiki dan
meningkatkan cara pengelolaan organisasi majelis ta’lim yang dikelolanya. 2.
Guru majelis ta’lim dapat menarik pelajaran tentang metode penyampaian dan sistematika penguraian materi dakwah sehingga pidatonya lebih berbobot,
terarah temanya dan sesuai dengan suasana dan kebutuhan jama’ah dalam mengatasi masalah yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat.
47
BAB III GAMBARAN UMUM SINETRON DAN MAJELIS TA’LIM
1. Gambaran Umum Sinetron Munajah Cinta A. Sekilas tentang Sinetron Munajah Cinta
Attar Baim Wong adalah seorang pemuda kaya, tampan, dan cenderung
playboy. Ia adalah anak pejabat yang sibuk berkampanye mencalonkan sebagai Gubenur. Meski begitu, sebenarnya ia adalah pemuda yang baik. Attar jatuh cinta
kepada teman masa kecilnya. Khumaira Rianti Cartwright. Karena ingin
mendapat khumaira, attar mendalami agama di sebuah desa dengan bimbingan
Kyai Sidik Moctar Sum, paman khumaira.
Saat mencari desa tempat tinggal Kyai Sidik, atta bertemu dengan
Maemunah Zaskia A. Mecca seorang gadis desa yang menolongnya
menemukan alamat Kyai Sidik. Sejak itu, keduanya pun semakin akrab. Waktu pun berlalu. Attar mulai berubah menjadi seorang pemuda yang
shaleh dan bijaksana. Tutur kata dan sikapnya pun menjadi lebih sopan. Hal ini membuat Khumaira kagum dan menyanyangi Attar ia tidak tahu, bahwa cinta
Attar hanyalah milik seorang wanita, Khumaira.
Maemunah sebenarnya telah dijodohkan ayahnya. Kasan Pietra J. Burnama dengan seorang rentenir, Bakrie Adipura. Kasan terpaksa
menjodohkan anaknya karena ia terlilit hutang banyak dan tidak mampu membayarnya. Di saat akan dilaksanakan Ijab Qabul. Maemunah kabur, Mae lari
ke Musholla tempat Kyai Sidik dan Attar tinggal. Ia meminta Attar untuk
36