Respon jamaah Majlis Ta'limat-Tarbiyah terhadap metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi

(1)

RESPON JAMAAH

MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH TERHADAP

METODE DAKWAH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

Siti Buraedah

NIM: 105051001874

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 5 Maret 2009


(3)

RESPON JAMAAH

MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH TERHADAP

METODE DAKWAH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:

Siti Buraedah

NIM: 105051001874

Pembimbing

Umi Musyarofah, M. Ag

NIP. 150281980

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul RESPON JAMAAH MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH

TERHADAP METODE DAKWAH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 5 Maret 2009 Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Drs. Study Rizal, LK. M.Ag Nunung Khairiyah, M.A.

NIP. 150262876 NIP. 150389353

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal, LK. M.Ag Drs. Wahidin Saputra, M.A.

NIP. 150262876 NIP. 150276299

Pembimbing

Umi Musyarofah, M. Ag NIP. 150281980


(5)

ABSTRAK

SITI BURAEDAH

Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah Terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi

Skripsi ini dibuat dengan mengambil judul Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah Terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi karena penulis ingin mengetahui bagaimana respon jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah terhadap metode dakwah bi al hikmah yang digunakan oleh K.H. Edi Junaedi Nawawi. Metode dakwah bi al hikmah adalah metode dakwah bijak yang sangat memperhatikan kondisi psikologis, intelektualitas, dan sosial kutural mad’u. Jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah adalah orang-orang yang bekerja dan berkecimpung di dunia pendidikan yang tentunya juga merupakan orang-orang yang berpendidikan.

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana cara K.H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan metode dakwah bi al hikmah di majlis ta’lim At-Tarbiyah, serta apakah metode dakwah yang digunakan dapat menghasilkan respon kognitif, respon afektif dan juga respon konatif.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan format deskriptif survei. Adapun data-data penelitian diperoleh dengan cara observasi, penyebaran angket dan wawancara.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa metode dakwah bi al hikmah yang digunakan K.H. Edi Junaedi Nawawi disampaikan dengan retorika yang baik, komunikatif, cukup humoris, dilengkapi dengan contoh nyata, menggunakan bahasa yang lembut dan santun, tanpa paksaan, memberikan kesempatan bertanya pada jamaah dan memberikan keteladanan. Selain itu ditemukan hubungan positif antara metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif pada jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah. Hal ini didasarkan pada hasil thitung seluruhnya berada di daerah menolak H0 karena nilai

thitung lebih besar dari 0,305. Adapun respon kognitif thitungnya adalah 0,419,


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, hanyalah ucapan syukur yang mampu terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak-Nya, begitu pun dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kemudahan dan pertolongan Allah senantiasa penulis rasakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Respon Jamaah Majlis At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi”. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’in-tabi’in yang selalu mengikuti ajarannya.

Perasaan bahagia, haru, dan sedih berbaur menjadi satu atas terselesaikannya skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa atas bimbingan, bantuan dan dorongan dari semua pihaklah, penulisan skripsi ini mudah terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materil, terutama kepada yang terhormat kedua orang tua tercinta Abi K.H. Abdul Qodir Jaelani dan Umi Hj. Lailah Badriah, yang selalu mencurahkan kasih sayang, pendidikan, dan motivasi kepada penulis. Kesabaran, rasa cinta dan segala jasa Abi dan Umi tiada mungkin dapat terbalas,


(7)

hanya ucapan terima kasih dan bakti yang dapat penulis lakukan. Semoga Abi dan Umi senantiasa sehat, panjang umur dan dilindungi Allah Swt. Amin.

Selain itu juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta Pembantu Dekan dan jajarannya.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Serta para dosen dan staff pengajar Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah mengajarkan banyak hal selama penulis melakukan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Umi Musyaroffah, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus pembimbing skripsi bagi penulis, terima kasih atas bantuan dan bimbingannya.

4. Bapak Drs. Tarmi, M.M. selaku Ketua Pengembangan Bahasa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, terima kasih atas waktu dan bantuannya untuk penulis.

5. Orang tua terhormat Abuya K.H. Hamdun di Pandeglang yang selalu mendoakan dan memberikan nasehat serta motivasi kepada penulis. Semoga Buya dan keluarga selalu dalam lindungan Allah Swt.

6. Abuya K.H. Edi Junaedi Nawawi selaku Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia Kota Tangerang, terima kasih atas waktu, kesempatan dan doa yang diberikan kepada penulis.

7. Segenap pengurus majlis ta’lim At-Tarbiyah Kantor Dinas P&K Kota Tangerang, terutama Bapak Hilman Supendi, SE. selaku ketua majlis ta’lim


(8)

At-Tarbiyah. Dan tidak lupa pula kepada para jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah.

8. Saudara-saudaraku tercinta Ka Zahrotun Nisa, S.Sos beserta suami Ka Zainal Abidin, S.Ag, De Asrori Jamil, terutama De Robiah Mauliyanti yang telah banyak meluangkan waktu dan membantu penulis. Tak lupa pula keponakanku tesayang yang lucu Siti Zuha Humairoh yang telah menjadi penghibur bagi penulis, semoga kelak menjadi anak yang sholehah.

9. Teman-teman KPI angkatan 2005, terutama KPI A yang telah bersama-sama berjuang dalam menimba ilmu dengan berbagai suka dan duka. Terutama penulis ucapkan terima kasih kepada Ayu, Qoqom, Isti, Maya, Lili, Fatimah, Tami, Iya, Icha, Elin dan Ningsih atas segala bantuan dan semangatnya. 10.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

Semoga Allah Swt, senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuannya tersebut di atas. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tentu masih jauh dari kesempurnaan karena ”tiada gading yang tak retak”. Kritik dan saran yang membangun penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Tangerang, 5 Maret 2009


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR BAGAN...xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

1. Metode Penelitian ... 10

a. Model dan Desain Penelitian ... 10

b. Subjek dan Objek Penelitian... 11

c. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 12


(10)

1) Sumber Data... 12

2) Populasi dan Sampel... 14

3) Teknik Pengolahan Data... 15

F. Hipotesis... 16

G. Teknik Penulisan ... 16

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Respon... 18

1...Pen gertian Respon ... 18

2...Teo ri Stimulus Respon... 20

3...Ma cam-macam Respon ... 23

B. Ruang Lingkup Dakwah ... 25

1...Pen gertian Dakwah ... 25

2...Uns ur-unsur Dakwah... 28

a. Subjek Dakwah (Da’i)... 28

b. Objek Dakwah ... 30

c. Materi dan Media Dakwah ... 31

d. Tujuan Dakwah ... 32


(11)

3...Ma

cam-macam Metode Dakwah ... 33

1) Bi al-Hikmah... 34

2) Mauidzah al Hasanah (Nasehat yang baik)... 37

3) Mujadalah atau berdiskusi dengan cara yang baik ... 39

C. Ruang Lingkup Majlis Ta’lim ... 41

1. Pengertian Majlis Ta’lim... 41

2. Tujuan Majlis Ta’lim ... 43

BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH DAN PROFIL K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI A. Majlis Ta’lim At-Tarbiyah ... 44

1...Sej arah Perkembangan Majlis Ta’lim At-Tarbiyah... 44

2...Vis i, Misi dan Tujuan Majlis Ta’lim At-Tarbiyah... 46

3...Jam aah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah... 47

4...Ke giatan Majlis Ta’lim At-Tarbiyah ... 48

5...Str uktur Organisasi Majlis Ta’lim At-Tarbiyah... 50

B. Profil K.H. Edi Junaedi Nawawi ... 51

1. Riwayat Hidup ... 51


(12)

3. Latar Belakang Keluarga... 54 4. Aktifitas dan Kiprah Dakwah ... 55 BAB IV TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Responden ... 58 B. Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi ... 62 C. Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi ... 76 1. Respon Kognitif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap

Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi... 77 2. Respon Afektif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap

Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 83 3. Respon Konatif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap

Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi... 95 D. Analisis Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi...101 E. Analisa Korelasi Antara Variabel-Variabel ...103 1...Kor

elasi antara Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan Respon Kognitif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah...104 2...Kor

elasi antara Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan Respon Afektif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah...108


(13)

3...Kor elasi antara Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan Respon Konatif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah...112 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...117 B. Sarang-saran ...118 DAFTAR PUSTAKA...120 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

2. Tabel 2 Responden Berdasarkan Usia... 59

3. Tabel 3 Responden Berdasarkan Pekerjaan... 60

4. Tabel 4 Pendidikan Terakhir Responden... 61

5. Tabel 5 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Dakwahnya dengan Komunikatif ... 63

6. Tabel 6 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Dakwahnya Dibumbui dengan Humor yang Mampu Menyegarkan Suasana dan Menghilangkan Kejenuhan ... 64

7. Tabel 7 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Disampaikan dengan Retorika yang Bagus dan Disukai oleh Jamaah ... 65

8. Tabel 8 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Disampaikan dengan Bahasa yang Mudah Dipahami oleh Jamaah... 66

9. Tabel 9 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang Disampaikan Tanpa Ada Unsur Paksaan Disukai oleh Jamaah ... 67

10.Tabel 10 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Materi Ibadah dalam Dakwahnya ... 68

11.Tabel 11 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Materi Akhlak dalam Dakwahnya ... 69


(15)

12.Tabel 12 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menjelaskan Materi Hadits dengan Baik Sehingga Jamaah Mudah Memahaminya ... 70 13.Tabel 13 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menambah Pemahaman

Jamaah tentang Hukum-hukum (Syariat) Islam... 71 14.Tabel 14 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Melengkapi Dakwahnya dengan

Ayat-ayat Suci Al-Qur’an yang Dijelaskan dengan Baik sehingga Menambah Pemahaman Para Jamaah ... 72 15.Tabel 15 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menambah Pengetahuan

Jamaah tentang Tata Cara yang Baik dalam Menjalin Hubungan terhadap Sesama (Hablumminannas) ... 73 16.Tabel 16 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga Menyampaikan Materi

tentang Fadilah (Keutamaan) Sedekah dalam Dakwahnya ... 74 17.Tabel 17 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Memberi Pengetahuan

tentang Sejarah Perjuangan dna Perkembangan Islam kepada Jamaah... 75 18.Tabel 18 Metode Dakwah yang Digunakan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi

Membuat Jamaah Mampu Memahami Pesan Dakwah yang Disampaikan ... 78 19.Tabel 19 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Memberi Kesempatan Bertanya

kepada Jamaah agar Jamaah Lebih Faham dan Mengerti... 79 20.Tabel 20 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Juga Membahas

Persoalan-persoalan Terkini dalam Dakwahnya dan Menjelaskan dari Sudut Pandang Agama sehingga Pengetahuan Jamaah Semakin Bertambah ... 80


(16)

21.Tabel 21 Jamaah Semakin Faham dengan Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi karena Beliau Memberikan Bahan Ringkasan Materi dalam Dakwahnya ... 81 22.Tabel 22 Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak Perlu

Diubah karena Jamaah Mudah Memahami Dakwah yang Disampaikan dengan Metode tersebut... 82 23.Tabel 23 Keramahan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Sangat Disukai

Jamaah... 83 24.Tabel 24 Jamaah Menyukai Kedisiplinan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi

yang Datang dan Selesai Mengajar Tepat Waktu... 84 25.Tabel 25 Jamaah Menyukai Sikap Terbuka Kyai H. Edi Junaedi Nawawi

dalam Menerima Saran dan Masukan dari Jamaah ... 85 26.Tabel 26 Jamaah Senang dengan SikapKyai H. Edi Junaedi Nawawi

yang Tampil Berwibawa ... 86 27.Tabel 27 Kesederhanaan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah

Bertambah Simpati pada Beliau ... 87 28.Tabel 28 Jamaah Merasa Tergugah untuk Memperbaiki Diri setelah

Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 88 29.Tabel 29 Jamaah Semakin Termotivasi untuk Meningkatkan Ibadah

setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 89 30.Tabel 30 Jamaah Merasa Semakin Ingin Mendekatkan Diri kepada Allah

setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 90 31.Tabel 31 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menggugah Jamaah


(17)

32.Tabel 32 Jamaah Merasa Dapat Menjadi Orang yang Lebih Bersyukur setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 92 33.Tabel 33 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Mampu Membuat

Jamaah Mengubah dan Menjauhi Pola Hidup yang Berlebihan . 93 34.Tabel 34 Jamaah Selalu Antusias untuk Mendengarkan Dakwah

Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 94 35.Tabel 35 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Jamaah Selalu Perlu Mencatat

Materi yang Disampaikan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.... 95 36.Tabel 36 Jamaah Selalu Menghadiri Jadwal Pengajian Kyai H. Edi

Junaedi Nawawi di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah ... 96 37.Tabel 37 Jamaah Selalu Menghadiri Jadwal Pengajian Kyai H. Edi

Junaedi Nawawi di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah Tepat Waktu... 97 38.Tabel 38 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah

Bertambah Rajin dalam Melaksanakan Sholat Lima Waktu ... 98 39.Tabel 39 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah Lebih

Ikhlas dalam Mengeluarkan Sedekah ... 98 40.Tabel 40 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah

Menjadi Orang yang Lebih Bersabar dalam Menghadapi Masalah ... 99 41.Tabel 41 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Mampu Menumbuhkan

Sifat Ikhlas dalam Diri Jamaah untuk Melaksanakan Setiap Pekerjaan ... 100


(18)

42.Tabel 42 Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk Mengetahui Respon Kognitif Jamaah terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 104 43.Tabel 43 Tabel Ranking Rank Spearman dari Dua Variabel (x dan y1).... 105 44.Tabel 44 Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk

Mengetahui Respon Afektif Jamaah terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 108 45.Tabel 45 Tabel Ranking Rank Spearman dari Dua Variabel (x dan y2).... 109 46.Tabel 46 Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk

Mengetahui Respon Konatif Jamaah terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ... 112 47.Tabel 47 Tabel Ranking Rank Spearman dari Dua Variabel (x dan y3).... 113


(19)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 1 Bagan Model Komunikasi menurut Harold Lasswell ... 20 2. Bagan 2 Bagan Proses Dakwah ... 22


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Wawancara dengan Ketua Umum MUI Kota Tangerang K.H. Edi Junaedi Nawawi

Lampiran 3 Surat Izin Wawancara/Penelitian di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah Lampiran 4 Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara dengan Ketua

Umum MUI Kota Tangerang K.H. Edi Junaedi Nawawi

Lampiran 5 Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara/Penelitian di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah

Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Ketua Umum MUI Kota Tangerang K.H. Edi Junaedi Nawawi

Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Ketua Majlis Ta’lim At-Tarbiyah

Lampiran 8 Angker Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi

Lampiran 9 Tabel Hasil Kuesioner Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi

Lampiran 10 Daftar Tabel Hasil Kuesioner Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi

Lampiran 11 Daftar Ranking Metode Dakwah, Respon Kognitif, Respon Afektif dan Respon Konatif

Lampiran 12 Foto Dokumentasi Majlis Ta’lim At-Tarbiyah Lampiran 13 Foto Dokumentasi Sidang Pengujian Skripsi Lampiran 14 Curiculum Vitae


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, dakwah adalah ajaran yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, seperti rasa aman, tentram, sejuk (al-amn).1 Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam. Keberhasilan syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah yang telah dilakukan. Namun, bukanlah suatu hal yang mudah untuk mencapai keberhasilan dalam dakwah. Maka, untuk mencapai keberhasilan dalam dakwah perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: apa yang diserukan atau disampaikan oleh siapa, kepada siapa, dengan cara bagaimana, melalui media apa, dan untuk apa. Hal ini sejalan dengan definisi komunikasi, yakni: “Who says what to whom and with what effect.”2 Oleh karena itu dakwah tidak dapat terlepas dari komunikasi dan keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Asep Muhiddin dalam bukunya yang berjudul Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an menjelaskan cakupan dakwah secara ringkas sebagai berikut:3 1. Apa, adalah ajaran Islam dengan berbagai dimensi dan substansinya. Hal

ini dapat dikutip dan ditafsirkan dari sumbernya, yaitu dari kitab suci Al-Qur’an dan Hadits. Dalam bahasa populer, apa itu dikenal sebagai materi atau pesan dakwah.

2. Siapa pertama, yakni yang menyeru atau yang menyampaikan adalah da’i. dalam kasus sehari-hari, terutama dalam masyarakat Indonesia, siapa itu dikenal dengan sebutan muballigh, atau mungkin disebut sebagai juru dakwah, bahkan juga penyelenggara atau pengelola dakwah.

3. Siapa yang kedua adalah sasaran dakwah, atau mad’u dalam terminologi lain. Ia adalah peserta dakwah, perseorangan atau kolektif, laki-laki atau

1

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2002), h. 23.

2

Ibid. 3


(22)

perempuan, anak-anak atau orang dewasa, demikian seterusnya yang terikat sebagai sasaran dakwah. Siapa itu dapat disebut sebagai agregat sasaran dakwah.

4. Cara, menunjukkan metode yang digunakan dalam kegiatan dakwah. Ia juga dapat disamakan sebagai alat dakwah, yang menjadi kelengkapan dari metode itu. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan dalam berdakwah. 5. Saluran, merupakan media yang digunakan dalam berdakwah. Ia dapat berupa saluran langsung tatap muka (face to face). Ia juga dapat berupa saluran bermedia manakala dakwah dilakukan berjarak jauh, seperti melalui telepon, televisi,dan internet.

6. Untuk apa, menunjukkan tujuan dakwah. Ia dapat dirumuskan dalam bentuk tujuan yang sangat spesifik sampai dengan tujuan yang sangat umum. Dalam bahasa Inggris, tujuan itu dapat dipilah dengan istilah target, objective, purpose, aim, dan goal (intermediate goal dan ultimate goal).

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa salah satu unsur yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dakwah adalah bagaimana cara atau metode yang digunakan oleh seorang da’i sehingga dakwah itu dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu, seorang da’i harus memiliki metode tertentu dalam menyampaikan dakwahnya.

Da’i adalah sebutan bagi orang-orang yang melakukan dakwah (subjek dakwah). Di Indonesia, da’i memiliki beberapa sebutan seperti ustadz, kyai, ajengan dan lain-lain. Namun apapun sebutannya, sebagai subjek dakwah tentunya da’i memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan dakwah.

Keberhasilan dakwah seorang da’i bukan semata-mata berdasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya. Meskipun kedalaman ilmu yang dimiliki seorang da’i memang penting, namun harus tetap didukung dengan cara penyampaian (metode) dakwah yang baik. Maka, setiap da’i haruslah memiliki metode dakwah yang sesuai dengan mad’unya, sehingga dakwah tersebut dapat diterima dengan mudah.


(23)

Dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 dijelaskan tentang beberapa metode dakwah:

!"# $%&' ( )

ی+

,

-,%&'

$.

,

! #

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.“

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah Swt memerintahkan manusia untuk menyeru (berdakwah) kepada jalan yang diridhoi-Nya dengan cara: Bi Al-hikmah, Al-mau’idzah Al-Hasanah, maupun Wa Jadilhum bi Al-Lati Hiya

Ahsan. Dari ketiga cara (metode) dakwah tersebut tentunya akan

menimbulkan respon yang berbeda-beda.

Menurut Ahmad Wahib, ”Ukuran baik tidaknya seorang da’i atau muballigh dapat dilihat dari perannya dalam peningkatan kualitas kepekaan spiritualitas kemanusiaan atau sebaliknya. Kalau membuat jamaahnya menjadi lebih sadar, lebih merasakan keagungan Tuhan, lebih kreatif dalam menghadapi lingkungannya, lebih jauh melihat masa depannya, da’i atau muballigh itu berhasil.”4 Artinya respon mad’u (jamaah) positif terhadap dakwahnya.

Sebaliknya, kalau membuat jamaahnya menjadi beringas untuk membenci atau menyerang penganut-penganut agama lain, mengutuk kebudayaan Barat, berpikir magis, dan mitologis, memahami Tuhan secara

4


(24)

vulgar, dia adalah da’i atau muballigh yang gagal.5 Hal ini menggambarkan bahwa dakwah yang disampaikan oleh da’i mendapatkan respon yang negatif.

Seorang da’i yang baik tentunya akan memperhatikan hal tersebut. Maka sebagai seorang da’i, Kyai H. Edi Junaidi Nawawi juga sangat mengerti dengan pentingnya hal tersebut. Sehingga dalam dakwahnya beliau selalu memperhatikan keadaan mad’unya, baik dari segi intelektualitas dan terutama segi psikologisnya. Jika disimpulkan metode dakwah yang digunakan oleh beliau adalah metode bi al-hikmah. Dakwah bi al-hikmah berarti dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, kondisi mad’u (muqtadha-al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu memperhatikan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan situasi kultural mad’u.6

Sebagai seorang Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) di Kota Tangerang, nama Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidaklah asing lagi. Dakwahnya telah dikenal oleh masyarakat Kota Tangerang. Beliau pun banyak diundang diberbagai acara dan tempat untuk menyampaikan dakwahnya, baik pada acara hari-hari besar Islam maupun pada majlis-majlis ta’lim sebagai pengajar. Salah satu majlis ta’lim yang diasuhnya adalah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah.

Majlis Ta’lim At-Tarbiyah adalah majlis ta’lim yang diadakan di Kantor Dinas P&K Kota Tangerang. Jama’ah majlis ta’lim ini diantaranya adalah Pegawai Dinas dan Kepala Cabang Dinas P&K Kota Tangerang, Persatuan

5

Ibid.

6

Dr. H. Asep Muhiddin, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2002), h. 164.


(25)

Guru Republik Indonesia (PGRI), Persatuan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI), Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN), Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) se-Kota Tangerang, serta pengawas dan penilik. Maka, majlis ta’lim yang diadakan setiap Jum’at pagi terdiri atas lebih dari 350 jama’ah.

Majlis ta’lim memiliki peranan yang penting dalam dakwah Islam. Dapat dikatakan, hampir seluruh kegiatan dakwah Islam dilakukan melalui majlis ta’lim. Majlis ta’lim merupakan salah satu wadah utama untuk menyampaikan dakwah Islam, selain masjid. Bahkan jika kita membaca sejarah, sebenarnya dakwah Rasulullah pun diawali dari majlis ta’lim. Rasulullah SAW. sering berkumpul dengan para sahabat di suatu majlis untuk membahas atau menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan syariat Islam.

Seiring dengan perkembangan zaman, dakwah pun semakin berkembang. Dakwah tidak hanya dilakukan di mimbar-mimbar, di masjid-masjid, ataupun di mushola-mushola. Kini, dakwah telah masuk di gedung-gedung bertingkat, departemen-departemen, dan juga perkantoran. Majelis ta’lim yang merupakan wadah atau tempat penyampaian dakwah, terbukti telah mampu masuk ke tempat-tempat tersebut. Salah satu bukti nyata adalah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah di Kantor Dinas P&K Kota Tangerang.

Perkembangan ini menunjukkan keberhasilan dalam dakwah. Namun, keberhasilan dakwah ini tentunya tidak dapat terlepas dari usaha para da’i. Meskipun demikian tantangan dakwah akan selalu ada. Maka dari itu seorang da’i harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan dakwahnya.


(26)

Dalam hal ini metode dakwah memiliki peranan yang penting, karena metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u (komunikan) untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.7

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian di majlis ta’lim at-Tarbiyah, terlebih jama’ah majlis ta’lim ini adalah orang-orang yang bekerja di bidang pendidikan.

Keberhasilan dakwah seorang da’i termasuk di majlis ta’lim dapat ditunjukkan dari seberapa besar respon jama’ah terhadap dakwah yang disampaikannya. Respon ini berkaitan dengan bagaimana seorang da’i mampu menyampaikan materi dakwah dengan baik, sehingga jamaah merasa senang menerimanya. Selain itu, dakwah yang baik adalah ketika mad’u dapat dengan mudah mengerti pesan dakwah yang diberikan seorang da’i dan kemudian diimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dakwah pada hakekatnya merupakan suatu upaya seorang da’i sekaligus juga sebagai media untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku negatif atau berakhlak buruk, tertinggal menjadi maju, serta bodoh menjadi pandai.8

Atas dasar hal itu pula penulis merasa tergugah untuk mengadakan penelitian terhadap metode dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Bagaimana respon jama’ah terhadap dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan metode dakwah yang digunakannya. sehingga penulis mengambil judul penelitian mengenai: Respon Jama’ah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.

7

Munzier Sukarta dan Harjani Hevni, ed., Metode Dakwah (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), h.16.

8


(27)

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dari penjelasan yang tertulis pada Latar Belakang, nampak bahwa keberhasilan metode dakwah seorang da’i akan mempengaruhi respon yang ditimbulkan oleh jama’ah.

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka permasalahan hanya penulis batasi pada seputar Respon Jama’ah terhadap Metode Dakwah Bi Al-Hikmah Kyai H. E. Junaedi Nawawi di Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah. Dengan melihat tingkat pemahaman (respon kognitif), penilaian (respon afektif), dan perubahan perilaku (respon konatif) jama’ah terhadap dakwah yang disampaikan. Selain itu untuk responden, peneliti hanya membatasi pada respon pegawai Dinas P&K Kota Tangerang, Kepala Cabang Dinas P&K Kota Tangerang, Kepala Sekolah SMPN, SMAN dan SMKN se-Kota Tangerang, serta pengawas dan penilik.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut:

a) Bagaimana cara Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan metode dakwah bi al-hikmah di majlis ta’lim At-Tarbiyah?

b) Apakah metode dakwah bi al hikmah yang digunakan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat menghasilkan respon kognitif, respon afektif dan respon konatif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah?


(28)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui cara penyampaian metode dakwah bi al-hikmah Kyai H. E. Junaedi Nawawi di majlis ta’lim At-Tarbiyah.

b. Untuk mengetahui apakah metode dakwah bi al hikmah yang digunakan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat menghasilkan respon kognitif, respon afektif dan respon konatif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah.

2. Manfaat penelitian adalah: a. Manfaat akademis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan kita semua tentang metode dakwah yang baik, terutama metode dakwah bi al-hikmah. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan konstribusi positif, umumnya bagi para mahasiswa fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dan khususnya bagi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang tertarik untuk mempelajari metode dakwah bi al-hikmah.

b. Manfaat praktis

Dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi para praktisi dakwah yang tertarik menggunakan metode dakwah bi al-hikmah.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Sebelumnya telah ada skripsi


(29)

yang berjudul Respon Jamaah terhadap Metode Dakwah K.H. M. Syafi’i Hadzami di Majlis Ta’lim Ni’matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta Selatan yang dibuat oleh Syafe’i Hadzami dengan NIM. 102051025481 pada tahun 2006. Selain itu penulis juga menemukan skripsi dengan judul Respon Jamaah Majlis Ta’lim Darussa’adah terhadap Metode Dakwah K.H. Sumarno Syafi’i yang dibuat oleh Rahmat Topani dengan NIM. 103051028548 pada tahun 2007.

Pada skripsi yang berjudul Respon Jamaah terhadap Metode Dakwah K.H. M. Syafi’i Hadzami di Majlis Ta’lim Ni’matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta Selatan membahas tentang respon jamaah terhadap metode dakwah tradisional yang digunakan oleh K.H. M. Syafi’i Hadzami. Metode tradisional tersebut adalah sorogan, bandongan dan mudzakaroh. Sedangkan pada skripsi yang berjudul Respon Jamaah Majlis Ta’lim Darussa’adah terhadap Metode Dakwah K.H. Sumarno Syafi’i membahas tentang pengaruh metode dakwah lisan K.H. Sumarno Syafi’i terhadap keberagaman dan praktek ibadah masyarakat kampung Kresek Duri Kosambi Tangerang.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengambil judul skripsi Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi tersebut adalah lebih mengkhususkan pembahasan kepada metode dakwah bi al hikmah yang dilakukan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Skripsi ini juga hanya membatasi pada respon kognitif, afektif dan konatif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah.


(30)

Dengan demikian maka skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya dan layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan

logis).”9Sedangkan metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu untuk memahami objek.10

Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research). Dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. a. Model dan Desain Penelitian.

Pada penelitian ini penulis menggunakan model dan desain penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang tepat. Selain itu pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.11 Pendekatan kuantitatif juga merupakan pendekatan yang

9

E. Zainal Arifin, Penulisan Karya Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar (Jakarta : Mediatama Sarana Perkasa, 1993), cet. ke-5, h. 56.

10

Anis Sudirjana, Metode Riset dan Bimbingan Menulis Skripsi (Yogyakarta : UD Rama, 1980), h. 16.

11

Syamsir Salam dan Jaenal Arifin, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 36.


(31)

bersifat objektif karena penulis dapat melihat langsung sebuah keadaan yang sebenarnya terjadi.

Selain itu, penulis juga memilih format deskriptif dalam penelitian ini. Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang tejadi.12 Dan untuk melengkapi penelitian ini, penulis juga menggunakan metode survei. Metode survei adalah metode (penelitian) yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data.13

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan format deskriptif survei.

b. Subjek dan Objek Penelitian.

Adapun subjek dari penelitian ini adalah jamaah majlis ta’lim At- Tarbiyyah, terutama para pegawai Dinas P&K Kota Tangerang, Kepala Cabang Dinas P&K Kota Tangerang, Kepala Sekolah SMPN, SMAN dan SMKN se-Kota Tangerang, serta pengawas dan penilik. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah metode dakwah yang digunakan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.

12

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi Pertama, Cet. Ke. 3, h. 36.

13

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Poenelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STIA-LAN, 2000), Cet. Ke-1, h. 68.


(32)

c. Waktu dan Lokasi Penelitian.

Penulis melakukan penelitian dengan menghadiri Majlis Ta’lim At-Tarbiyah. Adapun tempat penelitian dilakukan di gedung aula kantor Diknas Kota Tangerang yang bertempat di Jalan K.S. Tubun Kota Tangerang yang merupakan tempat dilaksanakannya majlis ta’lim. Serta di rumah tinggal Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang berada di belakang masjid Raya Al-A’zhom Kota Tangerang Jalan Satria Sudirman Kota Tangerang.

d. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data. 1) Sumber Data

Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari responden yang bersangkutan. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari pihak kedua, tidak secara langsung dari subjek penelitian.14

Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer, yaitu menyebarkan angket kepada responden yang dituju. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah: a. Observasi

Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala

14

Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet. Ke-1, h.8.


(33)

yang diselidiki.15 Penulis ikut secara langsung dalam majlis ta’lim At-Tarbiyyah.

b. Angket atau Quesioner.

Angket atau quesioner adalah alat pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian. Pertanyaan-pertanyaan pada angket bisa berbentuk tertutup (berstruktur) dan bisa juga berbentuk terbuka (tidak berstruktur).16 Penulis memberikan angket yang berisi pertanyaan mengenai respon terhadap metode dakwah Kyai H. E. Junaedi Nawawi kepada jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah.

c. Wawancara.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan penjawab (responden) dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).17 Penulis melakukan wawancara terhadap Kyai H. E. Junaedi Nawawi

dan pimpinan majlis ta’lim At-Tarbiyah, yaitu Bapak Ustadz Hilman Supendi.

15

Drs. Kholid Narkubo, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. Ke-4, h. 70.

16

Faisal Sanafiah, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.122.

17


(34)

d. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian. Dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, gambar, dan lain-lain.18

2) Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto:

”Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% sampai 15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti, dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana”19

Jama’ah majelis ta’lim At-Tarbiyyah terdiri lebih dari 300 orang. Namun untuk mempermudah penelitian, peneliti mengambil sampel dengan teknik purposive sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian.20 Maka peneliti hanya mengambil sampel pada pegawai Dinas P&K, Kepala Cabang Dinas P&K, Kepala Sekolah SMPN, SMAN, dan SMKN, dan pengawas serta penilik se-Kota Tangerang yang seluruhnya berjumlah 10%. Maka jumlah responden adalah 30 orang.

18

Nana dan Roni, Pengantar Statistika, hal. 9. 19

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107.

20

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi Pertama, Cet. Ke. 3, h. 115.


(35)

3) Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui angket kemudian diolah melalui tahapan yaitu:

a) Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokkannya untuk memperoleh data yang benar-benar sempurna.

b) Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden dalam tabel kemudian dicari prosentasi untuk dianalisa. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

1. Rumus Prosentasi21 P =

N F

× 100 % P = Besarnya prosentase

F = Frekuensi (jumlah jawaban responden) N = Jumlah responden seluruhnya

2. Rumus Uji Rank Spearman22

rs

= + −

2 2

2 2

2

2 x y

di y

x

rs = Ranking Spearman

di = Beda (selisi) setiap pasang rank

2

x = Jumlah variabel x

2

y = Jumlah variabel y 3. Rumus t-test23

2 1 2 s s r n r t − − =

t = t-test

n = jumlah sampel rs = ranking spearman

21

Ana Sarjono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), cet. ke-8, h. 40.

22

Ali Mauludi, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Ciputat: PT. Prima Heza Lestari, 2006), cet. Ke-1, h. 158.

23


(36)

F. Hipotesis

Jika metode dakwah bi al hikmah K.H. Edi Junaedi Nawawi disampaikan dengan cara yang sangat baik, maka jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah akan memiliki respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif yang sangat baik pada dakwahnya.

G. Teknik Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007.24

H. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya menjadi lima bab, pada tiap tiap bab terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hipotesis, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini memuat ruang lingkup respon, ruang lingkup dakwah, dan ruang lingkup majlis ta’lim.

BAB III : Gambaran Umum Majlis Ta’lim At-Tarbiyah dan Profil K.H. Edi Junaedi Nawawi.Dalam bab ini meliputi majlis ta’lim At-Tarbiyah dan profil K.H. Edi Junaedi Nawawi.

BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian. Bab ini memuat deskripsi responden, metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi, respon

24

Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), (UIN Jakarta: CeQda, 2007), cet. ke-1.


(37)

jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah terhadap metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi, analisa metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi, dan analisa korelasi antara variabel-variabel.

BAB V : Penutup. Bab ini meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan serta saran-saran.


(38)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. RUANG LINGKUP RESPON 1. Pengertian Respon

Respon muncul karena adanya stimulus. Ketika stimulus diterima maka respon akan terjadi. Stimulus (rangsangan) memiliki pengertian segala hal yang menguasai alat-alat indera dan mempengaruhi tingkah laku individu. Stimulus ini datang dari lingkungan. Sedangkan arti respon sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, suatu rangsang ada yang bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat terkendali.25

Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “Respon adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi, misal: respon masyarakat terhadap rencana perbaikan kampung sangat baik.”26 Hal ini sesuai dengan arti respon, yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi. Ia mengartikan respon dalam proses

25

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), cet. ke-1, h. 964.

26

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Purstaka, 1996), edisi ke-2, h. 838.


(39)

komunikasi sebagai tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.27

Jadi, respon akan terjadi apabila ada rangsangan yang diterima oleh seseorang, termasuk ketika melakukan proses komunikasi. Rangsangan erat kaitannya terhadap segala hal yang menguasai alat-alat indera dan mempengaruhi tingkah laku. Rangsang juga ada yang bersifat otomatis atau terkendali. Ketika alat indera seseorang menangkap suatu hal yang berbeda ataupun menarik baik dari suatu gejala atau peristiwa maka akan timbul suatu reaksi/tanggapan, inilah yang disebut respon. Dalam proses komunikasi respon biasanya terjadi pada komunikan.

Tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, dalam kamus lengkap psikologi respon (response) selain diartikan sebagai satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner. Respon juga diartikan sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.28

Selain itu, respon yang secara bahasa juga berarti tanggapan diartikan oleh Abu Ahmadi sebagai berikut:

“Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana obyek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja, peristiwa demikian itu disebut tanggapan.”29

Dari semua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses dakwah, respon akan terjadi pada mad’u. Dakwah yang

27

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. ke-21, h. 19.

28

J.P. Chaplin, penerjemah: Dr. Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2004), cet ke-9, h. 432.

29


(40)

Sender Encoding

Media Message

Decoding Receiver

Response Feedback

Noise

disampaikan oleh seorang da’i akan menimbulkan reaksi pada mad’u. Reaksi yang timbul dapat berupa reaksi psikologis metabolik, reaksi berupa tingkah laku, ataupun hanya sekedar berupa kesan. Reaksi yang terjadi pada mad’u ini disebut respon.

2. Teori Stimulus-Respon

Komunikasi memiliki beberapa model, salah satunya model komunikasi yang ditulis oleh Philip Kotler dalam bukunya Marketing

Management. Model komunikasi yang didasarkan pada paradigma Harold

Lasswell ini digambarkan sebagai berikut:30

Bagan tersebut menunjukkan terdapat beberapa unsur-unsur dalam proses komunikasi:

a. Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

c. Message: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

d. Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

30

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet 21, h. 18-19.


(41)

e. Decoding: pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

f. Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

g. Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

h. Feedback: umpan balik yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

i. Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.31 Jika dikaitkan dengan dakwah, maka seorang da’i sebagai komunikator harus mengetahui kondisi mad’unya agar dakwahnya berjalan efektif. Seorang da’i juga harus terampil dalam menyampaikan dakwahnya dengan menggunakan metode yang sesuai dan dapat diterima oleh mad’u sasarannya.

Dari bagan model komunikasi Philip Kotler di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi akan selalu menghasilkan respon (tanggapan). Respon (tanggapan) merupakan reaksi yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Meskipun terjadi gangguan respon akan selalu ada dalam sebuah proses komunikasi. Menurut Dance (1967) yang mendefinisikan komunikasi dalam kerangka

31


(42)

psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia sebagai “pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal, di mana simbol-simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi respon yang terungkapkan tadi“.32

Maka dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa dakwah juga merupakan proses komunikasi. Pesan dakwah yang berupa kata-kata (simbol-simbol verbal) yang disampaikan oleh seorang da’i merupakan perangsang (stimuli). Rangsangan (stimulus) dari pesan dakwah (simbol-simbol verbal) itu akan diterima oleh mad’u dan menghasilkan respon. Jika dibuat dalam sebuah bagan, proses dakwah akan terjadi sebagai berikut:33

U-1 U-2 U-3 U-4 U-5

U-6

6.1 6.2

Keterangan:

U = Unsur/rukun dakwah

6.1 = Respon negatif terhadap kegiatan dakwah

32

Jalaluddin Rakhmat, Teori-Teori Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), h. 10.

33

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 207.

Media

Da’i Pesan Metode Mad’u

Respon

- Bi-al-Hikmah - Mau’idzah - Mujadalah

Man dhalla ‘an Sabilihi Negatif

Al-Muhtadin Positif


(43)

6.2 = Respon positif terhadap kegiatan dakwah

Bagan di atas menjelaskan bahwa dakwah yang disampaikan seorang da’i kepada mad’unya akan menimbulkan respon. Adapun respon yang terjadi dapat berupa respon negatif atau respon positif.

3. Macam-Macam Respon

Respon akan terjadi karena beberapa hal. Terjadinya respon akan sangat tergantung dengan penyebab yang menimbulkannya. Menurut Jalaluddin Rakhmat, respon dibagi menjadi:

1. Kognitif, yaitu respon yang timbul setelah adanya pemahaman terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau pengetahuan. Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang timbul karena adanya perubahan perasaan terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. Timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.

3. Konatif, yaitu respon yang berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku..34

Selain itu beberapa pakar juga membagi respon menurut beberapa hal, diantaranya: Abu Ahmadi mengemukakan pembagian respon berdasarkan indera yang dipakainya dan menurut ikatannya. Respon ia artikan dengan tanggapan, menurutnya tanggapan terbagi menjadi lima macam, yaitu:

“Menurut indera yang digunakan, tanggapan dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu: (1) tanggapan pengadilan, (2) tanggapan baru, (3) tanggapan pengecap, (4) tanggapan pendengaran, (5) tanggapan peraba. Sedangkan menurut ikatannya, tanggapan dapat dibagi menjadi dua macam, ialah: tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.”35

34

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), h. 218.

35


(44)

Hampir sama dengan Abu Ahmadi, Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi Kepribadian mengelompokkan tanggapan kepada beberapa bagian, yaitu:36

a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, terdiri atas:

1. Tanggapan Audit yaitu tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dll.

2. Tanggapan visual adalah tanggapan terhadap sesuatu ang dilihatnya. 3. Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya. b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

1. Tanggapan ingatan adalah ingatan masa lampau, artinya tanggapan terhadap kejadian yag telah lalu.

2. Tanggapan fantasi adalah tanggapan masa kini artinya tanggapan terhadap sesuatu yang saling terjadi.

3. Tanggapan fikiran, adalah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.

c. Tanggapan menurut lingkungannya:

1. Tanggapan benda adalah tanggapan terhadap benda-benda yang ada di sekitarnya.

2. Tanggapan kata-kata adalah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Akyas Azhari dalam bukunya Psikologi Umum dan Perkembangan membagi juga tanggapan sebagai berikut:37

a. Berdasarkan indera yang menerima, tanggapan dibagi dalam lima jenis, antara lain:

1. Tanggapan penglihatan (visual/optis): tanggapan yang diterima melalui indera penglihatan/ dari proses melihat.

2. Tanggapan pendengaran (auditif/akustis): tanggapan yang diterima dari proses mengengar / melalui indera pendengaran.

3. Tanggapan mengecap (bau): tanggapan yang diterima melalui indera pengecap/ penciuman.

4. Tanggapan gerak (motorik/kinestesis): tanggapan yang diterima melalui gerakan.

5. Tanggapan taktik (rasa/peraba): tanggapan yang diterima melalui indera peraba.

b. Sedangkan dari segi bentuknya tanggapan/ respon terbagi dua, yaitu: 1. Tanggapan kenangan, sebuah tanggapan yang sekedar reproduksi pada

pengamatan masa lampau.

36

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Aksara Baru, 1991), h. 31-32.

37

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Teraju Mizan, 2004), h. 91-92.


(45)

2. Tanggapan khayal atau pengamatan lama yang disusun oleh daya khayal menjadi sesuatu yangseolah-olah baru. Ia bisa berbentuk tanggapan editis yakni gambaran-gambaran ingatan yang sedemikian jelas, sehingga seakan-akan ia mengalami hal yang sebenarnya; dan tanggapan yang didasarkan pada pengertian, di mana tanggapan ini merupakan hasil proses berpikir atau rangkuman sifat-sifat pokok dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu konsep. Dari penjelasan di atas, respon memiliki berbagai bentuk dan pada umumnya terbentuknya respon dipengaruhi oleh indera yang menerima dan digunakan ketika menerima stimulus. Respon juga dipengaruhi oleh lingkungan dan bentuk dari stimulus yang diterima. Respon akan menghasilkan perubahan pemahaman (respon kognitif), perubahan perasaan (respon afektif), dan juga perubahan tindakan (respon konatif). Inilah yang akan kita bahas dalam penelitian ini. Bagaimana dakwah yang disampaikan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan metode dakwah yang digunakannya, mampu menghasilkan tiga bentuk respon tersebut.

B. RUANG LINGKUP DAKWAH 1. Pengertian Dakwah

Kata dakwah secara bahasa (etimologi) adalah bentuk masdar dari kata yad’u (fiil mudhari) dan da’a (fiil madhi) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to in vite), mengajak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).38

Arti dakwah dalam pengertian tersebut terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’an antara lain dalam surat Yusuf ayat 33 dan Surat Yunus ayat 25:

( ﻥ +ی ﻡ

12

3"

"4# 5 6

-%

777

38


(46)

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi “ajakan” mereka kepadaku...”39 (Q.S. Yusuf: 33)

89

# (

+ی :

777

“Allah menyeru (manusia) ke Dar al Salam (Syurga)...“40 (Q.S. Yunus: 25)

Maka secara etimologi (lughah) pengertian dakwah dan tabligh merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.41

Sedangkan menurut istilah (terminologi), dakwah didefinisikan sebagai berikut oleh para ahli:

1. Syeikh Ali Makhfuz mengemukakan bahwa dakwah adalah: “mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat“.42 Definisi ini menekankan pada proses pemberian motivasi untuk melakukan pesan dakwah (ajaran islam).

2. Hamzah Yaqub dalam bukunya Publistik Islam mengatakan bahwa Dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.“43

39

Departemen Agama RI., Al Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bumi Restu, 1975), hal. 353

40

Ib id.,h.310. 41

Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontempore, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), cet. ke-1, hal.2-3.

42

Syeikh Ali Makhfuz, Hidayat al Mursyidin, Terjemahan Chodijah Nasution, (Yogyakarta: Tiga A, 1970), hal. 17.

43


(47)

3. Dalam buku Metodologi Dakwah pada Suku Terasing yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI diterangkan bahwa “Dakwah merupakan setiap usaha yang mengarah untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran.“44

4. A. Jainuri dalam bukunya Muhammadiyah: Gerakan Reformasi Islam di Jawa Pada Abad 20, menuliskan “Dakwah adalah segala bentuk amal yang membawa manusia kepada kebaikan.”45

5. Ahmad Ghalwusy mendefinisikan dakwah adalah: “Menyampaikan pesan Islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat dengan berbagai metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah).“46

6. S.M. Nasaruddin Latif mengemukakan bahwa dakwah adalah “usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syari’at serta akhlak Islamiyah’’.47

Dari beberapa definisi di atas, maka dakwah dapat diartikan sebagai suatu usaha, kegiatan, aktivitas dalam menyampaikan, menyeru, mengajak, mendorong manusia untuk melakukan amal kebaikan sesuai perintah Allah SWT. dan tidak melakukan perbuatan mungkar (amar

44

Departemen Agama RI, Metodologi Dakwah Pada Suku Terasing (Jakarta: DEPAG, 1979), h. 4.

45

A. Jainuri, Muhammadiyah: Gerakan Reformasi Islam di Jawa Pada Abad 20 (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), h. 30.

46

Ahmad Ghalwusy, Al-Da’wah Al-Islamiyah (Kairo: Dar Al-Kutub Al-Mishr, 1987), h. 10-11.

47

Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma Dara, 1979), h. 11.


(48)

ma’ruf nahi munkar) dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan dan sebagainya dengan sadar dan terencana yang disampaikan secara hikmah kebijaksanaan dengan tujuan memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

2. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah memiliki beberapa unsur yang saling terkait satu sama lain. Unsur-unsur tersebut akan selalu ada di setiap kegiatan dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah meliputi: subjek dakwah (da’i), objek dakwah (mad’u), materi dakwah, dan tujuan dakwah.

a. Subjek Dakwah (da’i)

Orang yang melakukan dakwah disebut subjek dakwah. Istilah yang sering digunakan untuk orang yang melakukan dakwah (subjek dakwah) adalah da’i. Da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakuya dikenal juga dengan istilah muballigh.48 Di Indonesia orang yang berdakwah selain dipanggil dengan istilah da’i dan muballigh, juga digunakan istilah ustadz, ustadzah, kiyai, ajengan, tuan guru, dan lain-lain.

Da’i sebagai subjek dakwah dapat dibedakan menjadi dua bagian, pertama da’i dalam kriteria umum; kedua da’i dalam pengertian khusus.49

48

Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), cet. ke-1, hal. 2.

49


(49)

Dalam pengertian umum, maka tiap-tiap pribadi muslim menjadi da’i bagi dakwah islamiyah. Hal ini dapat dilihat kesesuaiannya dengan Surat at-Taubah ayat 71:50

; <=

<ﻡ>ی ?@= A %

B= C ﻡD

ﻡD

:

=%Eی F GH

ﺕDی F9J

%Kی <

ی

یH :

:

<%' !L - '#

% MH

.

M

)

“Dan orang-orang yang beriman, pria dan wanita, bergotong royong satu sama yang lain, menyuruh yang ma’ruf dan melarang yang munkar, mendirikan shalat, membayar zakat, dan taat pada Allah dan Rasul-Nya. Kepada mereka itu Allah akan memberi rahmat, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.“

Dalam arti khusus, dakwah juga harus dilakukan oleh tenaga khusus yang memiliki spesifikasi dan profesional di bidangnya. Sebagaimana dapat dipahami dari makna ayat 104 Surat Ali Imran:51

ی ; <=

<ﻡ>ی <%N (

+ی M ﻡ ﻡ

<

“Hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang bertugas dalam bidang dakwah, menyeru ke jalan kebaikan, menyuruh yang makruf, melarang yang munkar.“

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa da’i mengandung dua pengertian:52

a. Secara umum adalah setiap muslim/muslimat yang berda’wah sebagai kewajiban yang melekat tak terpisahkan dari missinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu anni walau ayat“.

50

Ibid.

51

Ibid., h. 26. 52


(50)

b. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan qudrah hasanah.

Dalam berdakwah seorang da’i harus memiliki akhlaqul karimah sebagaimana yangn terkandung di dalam Qur’an dan al-Sunnah, di antaranya; jujur, ikhlas, arif, sabar, lembut, kasih sayang, pemaaf, rendah hati, tepat janji, wara’ dan sebagainya sebagaimana diwariskan oleh Rasulullah.

Dalam hal ini Imam Muhammad al-Maqdisi berpendapat bahwa (seseorang) tidak dapat melakukan amar makruf nahi munkar kecuali dengan cara yang lembut, sabar, dan arif. Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “ada tiga sifat yang diperlukan seorang da’i, pertama berilmu (mengetahui) sebelum memerintah dan melarang, kedua; lembut dan ketiga; sabar.“53

b. Objek Dakwah

Dalam berdakwah selain terdapat subjek dakwah ada juga yang dinamakan objek dakwah. Objek dakwah adalah orang yang menjadi sasaran dalam berdakwah (mad’u). Dalam menyampaikan dakwahnya seorang da’i harus memperhatikan mad’unya agar pesan dakwah mudah diterima oleh mad’u yang kemudian dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mad’u merupakan peserta dakwah, baik perseorangan, kolektif, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau orang dewasa. Mad’u bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, misalnya atheis, animis,

53


(51)

musyrik, munafik, fasik dan muslim, juga dari sudut lainnya seperti intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.54 c. Materi dan Media Dakwah

Hal yang tidak kalah penting dan harus diperhatikan dalam berdakwah adalah materi (pesan) dakwah itu sendiri. Materi adalah isi dakwah yang akan disampaikan oleh da’i kepada mad’u mengenai berbagai hukum Islam, sejarah, dan lain sebagainya. Materi yang akan diberikan oleh seorang da’i akan memperlihatkan keilmuan yang dimilikinya. Materi yang diberikan juga harus disesuaikan dengan keadaan mad’u. Hal terpenting dalam pemberian materi (pesan dakwah) adalah tidak boleh menyimpang dari al-Qur’an dan hadits.

Selain materi, media juga memiliki peranan penting dalam proses dakwah. Media dapat diartikan juga sebagai perantara. Maka segala alat bantu (perantara) yang digunakan oleh da’i (subjek) untuk menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u (objek) itulah yang disebut dengan media dakwah. Saat ini dakwah semakin berkembang, dakwah tidak hanya dari mimbar ke mimbar tetapi telah mampu mengikuti perkembangan zaman. Kini dakwah dilakukan di berbagai media, tidak hanya pada media cetak, dakwah juga dilakukan di media-media elektronik bahkan di dunia maya (internet). Oleh karena itu, seorang da’i harus mampua memanfaatkan berbagai hal yang dapat mendukung proses dakwah termasuk media-media yang tersedia kini.

54


(52)

d. Tujuan Dakwah

Salah satu unsur terpenting dalam dakwah adalah tujuan dakwah itu sendiri. Tujuan dakwah salah satunya terdapat dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 108:

:

&' ( =&ﺕ ﻡ ﻥ ?F<%J (, : (

,%&' OP $6

%G<Q

ﻡ ﻥ ﻡ

.

R

“Katakanlah: Inilah jalan (agama)Ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.’’

Atas dasar ayat di atas, salah satu tujuan dakwah adalah membentangkan jalan Allah diatas bumi agar dilalui umat manusia.55

Masih berdasarkan ayat tersebut, Abdul Rosyad Saleh membagi tujuan dakwah menjadi dua, yakni tujuan utama dakwah dan tujuan departemental (tujuan perantara). Lebih jauh, ia menyatakan:

“Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan pengertian tentang dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridai Allah SWT.

Dilihat dari segi utama tujuan dakwah, tujuan departemental merupakan tujuan perantara. Karena sebagai perantara, tujuan departemental berintikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah SWT. masing-masing sesuai dengan segi atau bidangnya.“56

55

A. Hajsmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal. 18. 56

Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hal. 21-27.


(53)

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah:

1. Menegakkan ajaran dan perintah Allah SWT. di muka bumi agar dilaksanakan oleh seluruh umat manusia.

2. Memperoleh kesejahteraan hidup dengan keridhoan Allah SWT. 3. Menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

e. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah salah satu unsur yang terpenting dalam penyampaian dakwah. Metode dakwah adalah suatu cara untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.

Merujuk kepada statemen di atas maka berikut ini akan dipaparkan metode dakwah yang akurat dalam al-Qur’an, antara lain tertuang dalam surat an-Nahl ayat 125:

!"# $%&' ( )

ی+

,

-,%&'

$.

,

! #

.

R

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat-nasehat yang baik dan bertukar pikiranlah dengan cara yang lebih baik...“

Berdasarkan ayat di atas, maka metode dalam berdakwah ada tiga macam yaitu: bi al hikmah, mau’idzoh hasanah dan mujadalah. 3. Macam-macam Metode Dakwah

Dalam berdakwah ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh seorang da’i. Metode dakwah yang paling populer adalah metode dakwah yang diterangkan dalam surat an-Nahl ayat 125, yaitu metode dakwah bi al hikmah, mau’idzoh hasanah dan mujadalah.


(54)

1) Bi al-Hikmah

Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli bahasa maupun pakar al-Qur’an tidak hanya menyangkut pemaknaan mashadaq (eksistensi)-nya, tetapi juga pemaknaan dalam mafhum (konsep)-nya sehingga pemaknaannya menjadi lebih luas dan bervariasi. Dalam kamus dan beberapa kitab tafsir, kata al-hikmah diartikan; al’adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), an-nubuwwah (kenabian), al-‘ilm (ilmu pengetahuan), al-Qur’an, falsafah, kebijakan, pemikiran atau pendapat yang baik, al-haq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada tempatnya, kebenaran sesuatu, dan mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling utama.57

Penjabaran di atas, sesuai dengan pegertian hikmah yang di uraikan oleh Said bin Ali bin Wahif al-Qathani dalam kitab al Hikmah wa fi al Dakwah Ilallah Ta’ala, sebagai berikut: 58

a. Menurut Bahasa

• Adil, ilmu, sabar, kenabian, al-Qur’an dan Injil

• Memperbaiki (membuat menjadi baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan

• Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama

• Obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal

• Pengetahuan atau ma’rifat, dan seterusnya. b. Menurut istilah (syar’i)

• Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan

• Mengetahui yang benar dan mengamalkannya (ilmu dan pengamalan)

Wara’ dalam Din Allah

• Meletakkan sesuatu pada tempatnya

• Menjawab dengan tegas dan tepat, dan seterusnya.

Dalam bahasa komunikasi hiknnmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame of reference, field of reference dan field of

57

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 163.

58

Said bin Ali bin Wahif alQathani, al Hikmah wa fi al Dakwah Ilallah Ta’ala, penerjemah Masykur Hakim Ibaidillah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h.21-23.


(55)

experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (obyek dakwah).59

Selain itu beberapa ilmuan Islam juga memberi makna bi al-hikmah, sebagai berikut:

a. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi memberi makna bi al-hikmah dengan hujjah (argumentasi).60

b. Al-Zamakhsyari memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan yang pasti benar, yakni dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran. Kemudian ia juga mengartikan dengan Al-Qur’an, yakni “serulah mereka mengikuti kitab yang memuat al-hikmah“. 61

c. Wahbah Al-Juhali memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan yang jelas dengan dalil yang terang, yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkap keraguan.62

d. Al-Maraghi memberi makna bi al-hikmah dengan lebih luas, yakni “dengan wahyu Allah yang telah diberikan kepadamu”.63

Dari pemaknaan al-hikmah tersebut, penulis menyimpulkan bahwa dakwah bi al-hikmah dakwah yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, kesabaran, keadilan, ketabahan, argumentatif, dan filosofis, yang sesuai dengan risalah kenabian (an-nubuwwah) dan ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an (wahyu Allah), dalam rangka

59

Toto Tasmono, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratam, 1987), hal. 37. 60

Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsir Al-Munir, h. 469. 61

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 163.

62

Wahbah Al-Juhali, At-Tafsir Al-Munir, Juz. 13-14, h.267. 63


(56)

mengungkapkan al-haq (kebenaran), menghilangkan keraguan, dan memposisikan sesuatu pada tempatnya secara proporsional berdasarkan ilmu yang paling utama dan ma’rifat.

Dakwah bi al-hikmah yang berarti dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u (muqtadha-al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu memperhatikan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan situasi sosial kultural mad’u.64

Dengan demikian dakwah bi al-hikmah yang merupakan metode dakwah bijak, akan selalu memperhatikan kondisi mad’u dalam hal: a. Kadar pemikiran, tingkat pendidikan, dan intelektualitas mad’u, b. Keadaan psikologis mad’u yang menjadi objek dakwah, dan c. Suasana serta situasi sosial kultural mad’u.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Sayyid Quthub. Ia menyatakan bahwa untuk mewujudkan metode dakwah bi al-hikmah harus memperhatikan tiga faktor, yaitu:

a. Keadaan dan situasi orang yang didakwahi.

b. Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasakan keberatan dengan beban materi tersebut.

c. Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.65

64

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 164.

65

Sayyid Quthub, Fi Dzilal Qal-Qur’an Jilid VII, Bairut, Ihya’ At-Turas Al-Arabi, t.t., h.122.


(57)

Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmah ini ditujukan terhadap mad’u yang kapasitas intelektual pemikirannya terkategorikan khawas, cendekiawan, atau ilmuan.66

Mohammad Natsir dalam bukunya yang berjudul Fiqhud Da’wah, mengartikan kata hikmah dalam beberapa arti berikut ini:67

a. Mengenal golongan.

b. Kemampuan memilih saat bila harus bicara, bila harus diam.

c. Mengadakan kontak pemikiran dan mencari titik pertemuan, sebagai tempat bertolak, untuk maju secara sitematis.

d. Tidak melepaskan shibghah (corak kepribadian) dari ajaran yang dibawakan.

e. Memilih dan menyusun kata yang tepat. f. Hikmah dalam cara perpisahan.

g. Uswahhasanah dan lisanul hal. h. Khulasah.

Dengan demikian, maka seorang da’i yang menggunakan metode dakwah bi al hikmah dalam menyampaikan dakwahnya akan melakukann dan melaksanakan hal-hal yang tersebut di atas.

2) Mauidzah al Hasanah (Nasehat yang baik)

Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa Mauidhah al Hasanah adalah “ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendegarkannya, atau argumen-argumen

66

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 164.

67


(58)

yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek dakwah.“68

Dakwah dengan metode ini ditujukan pada manusia jenis kedua, yaitu keumuman manusia. Manusia yang memiliki kemampuan di bawah manusia jenis pertama. Mereka memiliki fitrah terhadap kebenaran, tetapi ragu untuk memilih mengikuti kebenaran yang disampaikan kepada mereka atau justru mengikuti kebatilan yang tumbuh disekelilingnya. Muhammad Husain Yusuf mengatakan:

“Mereka membutuhkan pelajaran yang baik (al-maw’idzah al-hasanah), ucapan yang mengena (qaul baligh), serta penjelasan yang berguna, berupa sugesti (targhib) untuk mengikuti kebenaran, penjelasan tentang kebaikan mengikuti kebenaran, serta ancaman (tarhib) mengikuti kebatilan, serta penjelasan atas dosa dan nista yang terdapat dalam kebatilan. Begitu pula seterusnya sampai benar-benar jelas kepada mereka jalan yang lurus dan cahaya yang terang, serta dapat menghilangkan keraguan mereka untuk masuk ke dalam barisan orang-orang mukmin di bawah panji Nabi dan Rasul yang paling mulia“.69

Dengan demikian menurut Asep Muhiddin, dakwah dengan pendekatan mau’idzah hasanah ini, perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:70

a. Tutur kata yang lembut sehingga akan terkesan hati. b. Menghindari sikap sinis dan kasar.

c. Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau bersikap menghakimi orang yang diajak bicara (mukhathab).

Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa menerima suatu gagasan atau ide tertentu. Upaya untuk menghindari

68

Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 121.

69

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 166-167.

70


(59)

rasa tersinggung atau paksaan ini tercermin dalam ayat al-Qur’an surat Al-Imran ayat 159:

ﻡ 1BSﻥT 2,K U%,V W X Y G

Y :

ﻡ ? # &X

!

777

R

“Maka disebabkan Rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati (bersikap) kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu...“

3) Mujadalah atau berdiskusi dengan cara yang baik

Metode dakwah yang ketiga ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125, yakni wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan. Metode ini merupakan upaya dakwah melalui jalan bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang terbaik, sopan santun, saling menghargai, dan tidak arogan.71

Dalam hal ini, Syeikh Yusuf al-Qardhawi menuturkan bahwa dalam diskusi ada dua metode, yaitu metode yang baik (hasan) dan metode yang lebih baik (ahsan). al-Qur’an menggariskan bahwa salah satu pendekatan dakwah adalah dengan menggunakan metode diskusi yang lebih baik. Diskusi dengan metode ahsan ini adalah dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dari situ dibahas masalah-masalah perbedaan dari kedua belah pihak, sehingga diharapkan mereka akan mencapai segi-segi persamaan pula.72

71

Ibid. 72

Syekh Yusuf al-Qardhawi, al Shahwah al Islamiyah baina al-Juhud wa al-Tatarruf, Risalah al Mahakim al-Syar’iyyah wa al Syu’ur al-Diniyah (Qatar, 1402 H), h. 203.


(60)

Lazimnya cara ini digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahl al kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Karena itu al-Qur’an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahl al Kitab yaitu melarang berdebat (bermujadalah) dengan mereka kecuali dengan cara terbaik.73 Sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 46:

,Z یP "T

[T 4 $

3ﺕ T

777

R

! "

#

“Dan janganlah kamu sekalian berdebat dengan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali dengan orang-orang dzalim dari mereka.“74

Ayat tersebut menerangkan cara melakukan perdebatan kepada ahli kitab, yakni harus dilakukan dengan cara yang sebaik mungkin, sopan santu, dan lemah lembut, kecuali jika mereka telah memperlihatkan keangkuhan dan kezaliman yang keluar dari batas-batas kewajaran.

Dalam aplikasi metode ini, ada watak dan suasana yang khas, yakni bersifat terbuka atau transparan, konfrontatif, dan kadang-kadang reaksioner. Namun, juru dakwah harus tetap memegang teguh pada prinsip-prinsip umum dari watak dan karakteristik dakwah yang berinti pencerahan pikiran dan penyejukan jiwa.75

73

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: MITRA PUSTAKA, 2000), Cet. Ke. I. h. 49.

74

Departemen Agama RI. Op.Cit., 635.

75

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 168.


(1)

FOTO DOKUMENTASI

KUNJUNGAN KE MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI

(KETUA UMUM MUI KOTA TANGERANG) SEDANG MENYAMPAIKAN MATERI DAKWAHNYA KEPADA JAMAAH


(2)

PENULIS SEDANG MEMPERKENALKAN DIRI DI HADAPAN JAMAAH

JAMAAH WANITA MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH SEDANG MENDEGARKAN MATERI YANG DISAMPAIKAN OLEH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI


(3)

(4)

(5)

CURICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Nama : Siti Buraedah

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta 26 November 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Pesantren Rt. 003/ 03 Nomor 5

Kelurahan Kreo Selatan, Kecamatan

Larangan, Kota Tangerang, Propinsi

Banten 15156

Telepon/ Hp : (021) 7370608/ 085697444766

B. Riwayat Pendidikan TKI. Al-Ma’mur

MI. Al-Ma’mur

1999-2000

MTs Negeri 13 Jakarta

2001-2002

SMU Negeri 90 Jakarta

2003-2004

Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Qolam (STAIDA)

2004-2005

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(6)

(Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran