Ekologi Lumut Daun Ketinggian Dan Habitat

4.5 Ekologi Lumut Daun Ketinggian Dan Habitat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan 22 jenis lumut pada ketinggian di bawah 1000 m dpl, empat jenis pada ketinggian di atas 1000 m dpl, dan 10 jenis ditemukan pada ketinggian di bawah 1000 m dpl dan di atas 1000 m dpl. dengan habitat substrat yang beragam seperti bebatuan, batang pohon, kayu lapuk, tanah dan ranting pohon Tabel 4.2. Tabel 4.2 Ketinggian Dan Habitat Jenis Lumut Daun Di Kawasan Hutan Sibayak I Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. No Jenis Ketinggian Habitat 1000 1000 Bb Bp Kl T Rp 1 Acroporium sigmatodontium √ ─ ─ ─ √ ─ ─ 2 Acroporium lamprophyllum √ ─ ─ ─ ─ √ ─ 3 Acroporium sp. √ ─ ─ √ √ √ ─ 4 Barbula consanguinea √ ─ ─ ─ ─ √ ─ 5 Barbula indica √ ─ √ ─ ─ √ ─ 6 Barbula sp. ─ √ ─ ─ √ ─ ─ 7 Bryum clavatum √ ─ √ ─ ─ √ ─ 8 Campylopus umbelatus √ √ ─ ─ √ √ ─ 9 Callicostella sp. √ ─ ─ ─ ─ √ ─ 10 Dicranoloma reflexum √ ─ ─ ─ √ ─ √ 11 Diphyscium sp. √ ─ √ ─ ─ ─ ─ 12 Ectropotecium buitenzorgii √ ─ √ ─ ─ ─ ─ 13 Ectropotecium dealbatum √ ─ ─ √ ─ ─ ─ 14 Ectropothecium sp. √ √ √ ─ ─ ─ ─ 15 Fissidens sp. √ √ √ ─ ─ √ ─ 16 Leucobryum sumatranum √ √ ─ √ ─ √ ─ 17 Leucobryum juniperoideum √ √ ─ ─ ─ √ ─ 18 Mniodendron divaricatum √ ─ √ ─ ─ ─ ─ 19 Philonotis mollis √ ─ ─ ─ ─ √ ─ 20 philonotis sp. √ ─ √ ─ ─ ─ ─ 21 Pogonatum neesii √ √ ─ ─ ─ √ ─ 22 Pogonatum subtortile √ √ ─ ─ ─ √ ─ 23 Pogonatum cirratum √ √ ─ ─ ─ √ ─ 24 Pyrrhobryum spiniforme √ √ ─ √ ─ ─ ─ 25 Rhizogonium cf. lamii √ ─ ─ √ ─ ─ ─ 26 Rhizogonium sp. √ ─ ─ ─ √ ─ ─ 27 Sematophyllum tristiculum √ ─ ─ ─ ─ ─ √ 28 Sematophyllum sp. ─ √ ─ ─ √ ─ ─ 29 Spagnum sp. √ ─ ─ ─ ─ √ ─ 30 Thuidium cymbifolium √ ─ ─ ─ √ ─ ─ 31 Trimegistia lancifolia ─ √ ─ √ ─ ─ ─ 32 Species A √ √ √ ─ ─ ─ ─ 33 Species B √ ─ √ ─ ─ ─ ─ 34 Species C √ ─ ─ ─ ─ √ ─ 35 Species D √ ─ ─ ─ √ ─ ─ 36 Species E ─ √ ─ ─ ─ ─ √ Keterangan: √= ditemukan Bb= bebatuan Kl= kayu Lapuk Rp= ranting pohon ─= tidak ditemukan Bp= batang pohon T= tanah Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.2 dapat dilihat umumnya lumut ditemukan pada ketinggian di bawah 1000 m dpl. Tingginya jumlah lumut pada ketinggian ini mungkin dikarenakan kawasan memiliki kelembapan yang tinggi, terdapat aliran sungai, topografi tebing- tebing tanah yang lembab, suhu yang rendah, dan ditutupi kanopi yang membentuk iklim mikro, habitat seperti ini merupakan habitat hidup lumut dengan keberadaan yang melimpah, kondisi lingkungan kawasan penelitian yang mendukung keberadaan lumut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Menurut Windadri 2010, keberadaan lumut di daerah dataran rendah umumnya terbatas pada tempat-tempat lembab seperti pinggir sungai dan daerah sekitar sumber air. Gradstein et al., 2000 menambahkan, distribusi jenis lumut banyak ditemukan pada iklim micro, dengan percabangan yang banyak dan kanopi yang rendah. Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat dari 36 jenis yang ditemukan 11 jenis diantaranya ditemukan pada ketinggian di bawah 1000 m dpl dan di atas 1000 m dpl Pyrrhobryum spiniforme, Campylopus umbelatus, Ectropotherium sp., Fissidens sp., Leucobryum sumatranum, Leucobryum juniperoideum, Pogonatum neesii, Pogonatum subtortile, Pogonatum cirratum, Species A. Hal ini menggambarkan bahwa lumut dapat tumbuh kosmopolit diberbagai ketinggian, mungkin ini dikarenakan lumut memiliki kisaran toleransi dan kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk hidup diberbagai habitat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ellyzarti 2009 di Gunung Pasawaran lumut tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl sampai 1.681 m dpl. Genus Campylopus, Fissidens dan Jenis Pogonatum neesii merupakan jenis kosmopilit, memiliki persebaran yang luas dan dapat tumbuh di berbagai ketinggian. Menurut Eddy 1988, genus Campylopus merupakan genus yang kosmopolit, umumnya ditemukan pada habitat yang terbuka di tanah asam, gambut dan lembab, umumnya melimpah pada kawasan hutan yang tinggi, genus Fissidens dapat ditemukan diberbagai habitat yang mendukung pertumbuhan lumut. Damayanti 2006 menambahkan, jenis Pogonatum nesii ditemukan tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan kisaran ketinggian antara 700 sampai 2210 m dpl. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian dari 36 jenis lumut yang ditemukan, 16 jenis diantaranya hidup di tanah, 10 jenis di bebatuan, enam jenis di batang pohon, delapan jenis di kayu lapuk dan tiga jenis di ranting pohon. Dapat dilihat habitat yang mendominasi adalah tanah, ini karena tanah memiliki unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan lumut. Menurut Windadri 2010, tanah dan kayu lapuk merupakan tempat tumbuh yang baik untuk pertumbuhan lumut karena keduanya mampu menyediakan air maupun zat-zat hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Faktor Fisik Lingkungan Dalam penelitian dilakukan pengukuran terhadap faktor lingkungan yaitu suhu udara, kelembaban dan intensitas cahaya Tabel 4.3. Tabel 4.3 Rata-rata Faktor Abiotik Di Kawasan Hutan Sibayak I Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara No Faktor Abiotik Rata-rata satuan 1 Suhu Udara 21-24 ºC 2 Kelembaban 83-92 3 Intensitas Cahaya 105-68000 Lux Dari Tabel 4.3 dapat dilihat kisaran suhu udara pada lokasi penelitian 21-24 ºC, kelembaban 83-92 , intensitas cahaya 570-68000 lux. Kondisi faktor abiotik ini merupakan kondisi lingkungan yang cocok untuk mendukung pertumbuhan lumut. Berdasarkan hasil penelitian umumnya lumut ditemukan pada kisaran suhu 22°C dengan kelembapan 83 dan intensitas cahaya di bawah 1000 lux. Menurut Uno 2001 dalam Ellyzarti 2009, lumut banyak ditemukan pada kisaran suhu 10-30°C dengan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhannya. Intensitas cahaya juga mempengaruhi suhu dan kelembaban, semakin rendah intensitas cahaya maka suhu semakin rendah dan kelemaban semakin tinggi. Menurut Damayanti 2006 dalam Ellyzarti 2009, semakin rendah intensitas cahaya yang sampai ke permukaan bumi, maka suku akan semakin rendah dan kelembaban semakin tinggi. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan