Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Hulock 1979, lansia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu early old age usia 60-69 tahun dan advanced old age usia 70 tahun. Menurut Burnside 1979, membagi lansia menjadi empat tahapan, antara lain young old usia 60-69 tahun, middle age old usia 70-79 tahun, old-old usia 80- 89 tahun, dan very old-old usia 90 tahun. Di Indonesia, berdasarkan UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, seseorang dikatakan lansia apabila telah berusia 60 tahun atau lebih, karena pada umumnya digunakan sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri- ciri ketuaan Nugroho, 2014; Noorkasiani, 2009.

2.1.2 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Proses menua menyebabkan terjadinya perubahan secara fisik dan psikososial pada lansia. 1. Perubahan Fisik Perubahan fisik yang terjadi antara lain penurunan sistem muskuloskeletal, sistem persarafan, gangguan pendengaran dan penglihatan, sistem reproduksi. Penurunan kemampuan pada sistem muskuloskeletal akibat digunakan secara terus-menerus menyebabkan sel tubuh lelah terpakai dan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, seperti penurunan aliran darah ke otot, atropi dan penurunan massa otot, gangguan sendi, tulang kehilangan densitasnya, penurunan kekuatan dan stabilitas tulang, kekakuan jaringan penghubung yang menyebabkan hambatan dalam aktivitas seperti gangguan gaya berjalan. Hal tersebut sesuai dengan teori ‘wear and tear’ dan ‘genetic clock’. Oleh karena itu, semakin tua usia seseorang maka semakin besar juga potensi gangguan gerak yang dialami. Penurunan pada sistem persarafan dapat terjadi seiring bertambahnya usia, hal ini dikaitkan dengan teori ‘genetic clock’, dimana pada waktu tertentu dalam kehidupan, otak secara perlahan dan pasti mengalami atrofi sehingga beratnya menurun 10-20 Nugroho, 2014. Penurunan ini juga dikatikan dengan teori radikal bebas, dimana radikal bebas dapat memicu terjadinya inflamasi kronik. Menurut Marshland, et al 2006, inflamasi kronik berhubungan dengan buruknya fungsi kognitif, dimana inflamasi kronik merangsang dilepaskannya sitokin pro-inflamasi oleh otak seperti interleukin-6 IL-6 yang bertanggung jawab atas kerusakan sel korteks otak yang merupakan area kognitif. Penurunan lainnya yang sangat jelas terlihat pada sistem reproduksi terutama pada perempuan. Ketika sudah mengalami masa menopause, secara perlahan dan pasti organ-organ reproduksi akan mengalami penurunan baik secara struktur dan fungsinya. Ovari akan menciut dan ukurannya mengecil, atrofi pada uterus, dan penurunan produksi hormon estrogen. Pada laki-laki tidak terjadi perubahan yang drastis pada sistem reproduksinya Nugroho, 2014; Santoso Rohmah 2011. 2. Perubahan psikososial Perubahan psikososial dapat terjadi akibat adanya penyakit kronis, gangguan panca indra seperti kebutaan dan ketulian, dan gangguan gerak sehingga intensitas hubungan lansia dengan lingkungan sosialnya berkurang karena lansia lebih banyak berada di rumah. Bahkan dapat timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosialnya ini Nugroho, 2014. 3. Penurunan Fungsi Kognitif Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga pada kognitif , karena fungsi kognitif dipengaruhi oleh adanya perubahan pada struktur dan fungsi organ otak, penurunan fungsi sistem muskuloskeletal, dan sistem reproduksi. Atropi yang terjadi pada otak akibat penuaan menyebabkan penurunan hubungan antarsaraf, mengecilnya saraf panca indra sehingga waktu respon dan waktu bereaksi melambat, defisit memori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 terjadi pada orang di atas umur 65 tahun Nugroho, 2014. Selain itu radikal bebas dapat memicu terjadinya inflamasi kronik yang menyebabkan meningkatnya kadar IL-6 yang merupakan sitokin proinflamasi dan adanya peningkatan IL-6 dapat digunakan menjadi sebagai biomarker untuk risiko penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut Frydecka, et al, 2004 dan Marshland, et al, 2006. Fungsi kognitif juga berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana aktivitas fisk erat kaitannya dengan sistem muskloskeletal. Pada dasarnya, setiap gerakan fisik yang dilakukan memberikan rangsangan kepada otak, dengan menurunnya aktivitas maka rangsangan kepada otak juga berkurang. Karena otak memiliki sifat plastisitas dimana bila terus diberikan rangsangan, fungsinya akan tetap terjaga dan sebaliknya bila rangsangan tersebut kurang atau tidak ada, proses plastisitas tidak terjadi dan otak akan mengalami penurunan struktur dan fungsinya Nugroho, 2014. Santoso dan Rohmah 2011 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan gerak dan fungsi kognitif, dimana pengaruhnya sebesar 68,5. Perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif adalah penurunan pada sistem reproduksi. Menurut Nugroho 2014 dan Schiff and Walsh 1995 dalam Santoso dan Rohmah 2011, hal ini terjadi pada lansia perempuan yang mengalami menopause dimana terjadi penurunan struktur dan fungsi organ reproduksi, ovari menciut, atrofi pada uterus, dan penurunan produksi hormon estrogen, dimana hal ini berdampak negatif bagi tubuh perempuan, antara lain peningkatan aterosklerosis, kadar kolesterol total, trigliserida, dan lain sebagainya. Diketahui bahwa penurunan estrogen erat kaitannya dengan penurunan fungsi kognitif. Menurut Czlonkowska, Ciesielska, and Joniec 2003, estrogen memiliki fungsi neuroprotektif yang perannya sebagai antioksidan yang mampu mengubah produksi radikal bebas. Pada perkembangan otak, kontrol diferensiasi dan plastisitas populasi saraf yang berbeda dipengaruhi oleh estrogen. Estrogen juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan hipotalamus, hipokampus, otak tengah, dan korteks yang dapat mempengaruhi seuasana hati, status mental dan belajar serta ingatan. Oleh karena itu. Lansia perempuan lebih rentan menderita penyakit neurodegeneratif yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Sedangkan pada pria tidak terjadi perubahan yang begitu nampak karena tidak terjadi penurunan produksi hormon seks secara drastis selama proses penuaan.

2.2 Kognitif