bahwa latar belakang pendidikan secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi kognitif, dimana sampel yang memiliki latar belakang pendidikan
lebih dari sembilan tahun atau lebih dari pendidikan dasar SMA, diploma ataupun sarjana memiliki hasil fungsi kognitif tergolong
normal. Hal tersebut dipertegas oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardi 2011, bahwa ada pengaruh yang bermakna antara tinggi rendahnya
jenjang pendidikan dengan ketidakmampuan kognitif, dimana setelah dilakukan analisis Post Hoc terhadap perbedaan fungsi kognitif antar
jenjang pendidikan dasar, menengah, atas, dan tinggi, didapatkan hasil kemampuan kognitif sampel yang memiliki jenjang pendidikan SD
berbeda dengan sampel yang memiliki jenjang pendidikan SMP p = 0,012, SD dengan SMA p = 0,005, dan SD dengan PT p = 0,0005.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif yang diidentifikasi pada penelitian adalah usia, jenis kelamin dan status pendidikan, yang
disesuaikan dengan lembar kuesioner MoCA-Ina.
2.2.5 Gangguan Fungsi Kognitif
Gangguan fungsi kognitif dibagi menjadi beberapa kategori. Menurut Kurlowiez 1999 dalam Rohana 2011, kategori gangguan fungsi kognitif
dibedakan berdasarkan tingkat keparahan, yaitu: tidak ada gangguan fungsi kognitif, gangguan kognitif ringan, dan gangguan kognitif berat. Menurut
Global Deterioration Scale, gangguan fungsi kognitif dibagi menjadi tujuh, antara lain : tidak ada penurunan kognitif, penurunan kognitif amat ringan,
penurunan kognitif ringan, penurunan kognitif sedang, penurunan kognitif sedang sampai berat, penurunan kognitif berat, dan penurunan kognitif
sangat berat. Kategori penilaian fungsi kognitif menggunakan Montreal Cognitive Assessment Versi Indonesia MoCA-Ina yang memiliki rentang
nilai 0-30, menjadi dua, yaitu fungsi kognitif normal total nilai ≥26 dan
fungsi kognitif tidak normal total nilai 26. MoCA memiliki tingkat sensitivitas sebesar 90 untuk mendeteksi adanya gangguan kognitif
sedang dan memiliki sensitivitas sebesar 100 untuk mendeteksi adanya
attention disorder AD Nasreddine, et al, 2005. 2.2.6
Masalah Akibat Gangguan Fungsi Kognitif
Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan salah satu penyebab meningkatnya ketergantungan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Gangguan fungsi kognitif merupakan respon maladaptif yang ditandai oleh terganggunya daya ingat, disorientasi, inkoheren, dan sukar berpikir logis.
Gangguan kognitif erat kaitannya dengan gangguan atau kerusakan pada daerah korteks. Masalah akibat gangguan kognitif antara lain: penurunan
kemampuan konsentrasi misalnya pertanyaan harus diulang; proses pikir yang tidak tertata misalnya tidak relevan atau inkoheren; menurunnya
tingkat kesadaran; gangguan persepsi ilusi, halusinasi; gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngantuk pada siang hari; meningkat atau
menurunnya aktivitas psikomotor; disorienasi tempat, waktu, orang; gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru misalnya nama
beberapa benda setelah beberapa menit Kushartanti, Yuwono, dan
Lauder, 2005; Issealbacher, et al, 2006; Ganong, 2012.
2.2.7 Pengukuran Fungsi Kognitif