SAHAM DEVIDEN TELAAH PUSTAKA

commit to user

B. SAHAM

Menurut Suad 2001:285, menyebutkan bahwa ”saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas”. Wujud dari saham itu sendiri adalah selembar kertas yang menunjukkan bahwa pemiliknya mempunyai hak atas sebagian kekayaan dari perusahaan yang menerbitkannya. Keuntungan yang diperoleh dari saham bisa berupa keuntungan dari deviden dan capital gain. Deviden adalah keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham atas laba yang diperolehnya. Sedangkan capital gain adalah selisih antara harga beli dengan harga jual saham.

C. DEVIDEN

Deviden merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya. Bagi seorang investor, deviden merupakan komponen return disamping capital gain. Besar kecilnya laba yang diperoleh serta proporsi laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Dalam membagikan deviden, perusahaan mempertimbangkan proporsi pembagianya kepada para pemegang saham dalam re-investasi dalam pemegang saham. Robert Ang 1997 menyatakan bahwa Devidend merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan retained earnings yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari commit to user laba perusahaan. Cadangan yang diambil dari Earning After Tax EAT dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen dari modal yang ditempatkan. modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham baru seperti rights dan warran. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan deviden yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Sawidji Widoadmodjo 1996 juga menyatakan bahwa deviden adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham, baik dalam bentuk deviden tunai cash devidend dan deviden saham stock devidend. Deviden tunai cash devidend merupakan deviden yang dibayar oleh emitenn kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya devidend per share. Sedangkan deviden saham stock devidend merupakan deviden yang dibayar atau dibegi dalam bentuk saham yang diperhitungkn untuk setiap lembarnya. Kebijakan deviden adalah suatu keputusan untuk memutuskan besarnya bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Kebijakan deviden ini sangat penting bagi perusahaan, karena pembayaran deviden mungkin mempengaruhi nilai perusahaan dan laba ditahan merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Pembagian deviden mengandung informasi tentang prospek perusahaan. Adanya perubahan deviden menunjukkan perkiraan manajemen terhadap keuntungan yang akan dicapai dimasa yang akan datang. Kenaikan deviden commit to user memberikan informasi bahwa perusahaan mempunyai prospek yang bagus sehingga sering diikuti kenaikan harga saham. Sebaliknya, penurunan atau kenaikan deviden dibawah kenaikan normal biasanya menyebabkan harga saham turun karena hal itu diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan akan menghadapi masa sulit dimasa yang akan datang. Ronowati Tjandra 2005 menyatakan bahwa deviden merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya. Bagi seorang investor, Deviden merupakan komponen Return disamping capital gain. Besar kecilnya deviden akan sangat bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh serta proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. I. Jenis-jenis Deviden Menurut Kieso 2001 deviden dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Deviden Kas Cash Dividend Adalah deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai cash. Deviden kas merupakan benduk deviden yang paling umum yang dibagikan oleh perusahaan. Bila perusahaan memutuskan untuk membagikan deviden dalam bentuk kas,maka perusahaan harus mempertimbangkan seluruh uang kas yang ada, apakah jumlah uang kas yang ada dalam perusahaan mencukupi untuk pembagian deviden tersebut atau tidak. commit to user 2. Deviden Properti Property Dividend Selain dalam bentuk kas, deviden juga dapat dalam bentuk aktiva selain kas yang disebut Dividen property. Aktiva lain yang dibagikan bisa berbentuk surat berharga yang dimiliki perusahaan, barang dagangan, serta aktiva-aktiva lainnya. 3. Deviden Utang Scrip Dividend Terkadang saldo kas yang ada dalam perusahaan tidak mencukupi untuk pembagian deviden akan tetapi laba yang dibagikan saldonya mencukupi untuk pembagian deviden tersebut. Jika terjadi demikian, maka pimpinan perusahaan akan mengeluarkan deviden utang, yaitu janji tertulis untuk membayar sejumlah tertentu di waktu yang akan datang. 4. Deviden Likuidasi Likuidity Dividend Merupakan pembayaran kembali dari hak-hak pemegang saham, yaitu pembayaran kembali modal yang disentor atau ditahan. Pembagian deviden dalam bentuk ini biasanya berasal selain dari lab ditahan sehuingga harus diperlakukan berbeda dengan yang berasal dari laba ditahan. 5. Deviden Saham Stock Dividend Merupakan pembayaran deviden dalam bentuk saham yaitu berupa pemberian tambahan saham kepada pemegang saham tanpa diminta commit to user pembayaran dan jumlah yang sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Pembagian deviden dalam bentuk saham sendiri ini menunjukkan penyusunan kembali struktur modal perusahaan, sedangkan property kepentingan pemegang saham tetap tidak berubah. Robert Ang 1997 juga mengatakan bahwa deviden tunai Cash Dividend merupakan dividend yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Sedangkan deviden saham stock dividend merupakan deviden yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Nilai dari devidend tunai sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, Sedangkan dimana Vd adalah nilai suatu deviden saham per lembar saham value of stock dividend per share. II. Kebijakan Deviden Teori kebijakan deviden Menurut Brigham 2004 menyebutkan ada 6 teori dari preferensi investor, yaitu · Devidend irrelevance theory, adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya deviden payout ratio DPR tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT dan resiko bisnis. Dengan demikian kebijakan deviden sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. commit to user · Bird-In-The-Hand Theory, sependapat dengan Gordon dan Linther yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika devidend payout ratio DPR rendah. Hl ini dikarenakan investor lebih suka menerima deviden daripada capital gains. · Tax preference theory, adalah suatu teory yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. · Rational Devidend theory, adalah suatu kebijakan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Bila mana terdapat dana dari laba yang tidak digunakan dalam investasi modal, maka dana terebut dibagikan sebagai deviden atau dengan jalan lain kebijakan deviden merupakan proses akhir dari proses investasi modal, sehingga deviden akan dibayarkan dari sisa dana yang digunakan dalam investasi, pembagian deviden akan dipengaruhi oleh : 1. Kesempatan investasi 2. Struktur modal perusahaan 3. Kemampuan untuk menghasilkan sumber dana internal · Clientee effect theory, Setiap investor melakukan semacam perhitungan secara implicit dimana mereka menimbang keunggulan penerimaan deviden atas kelemahan pajak. Oleh karena itu, sejumlah investor tertentu lebih memilih deviden yang lebih tinggi dan yang commit to user lainnya lebih memilih deviden yang lebih rendah, pandangan ini disebut clientee effect. Pengaruh ini merupakan kecendrungan suatu perusahaan untuk menarik kelompok invetor yang menyukai kebijakan devidenya. Klienteekelompok dari pemegang saham yang berbeda menyukai kebijakan yang berbeda pula. · Signalling theory, menyatakan bahwa suatu kenaikan yang lebih tinggi dari pada yang diperkirakan merupakan “isyarat” bagi investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan peningkatan laba dimasa yang akan datang. Para manejer hanya akan menaikkan deviden bila mana laba dimasa yang akan datang diharapkan akan meningkat. Oleh karenanya, kenaikan deviden mengandung informasimemberikan sinyal yang baik mengenai profitabilitas perusahaan dimana selanjutnya para investor akan menyesuaikan harga saham. Faktof- faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden : Menurut Keown, Martin, Petty, and scott jr 2002 ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan devidend, yaitu : · Pembatasan Hukum : pembatasan hukum tertentu mungkin membatasi jumlah deviden yang perusahaan boleh bayarkan. Meski pembatasan hukum secara sepesifik berbeda-beda tiap negara, pada umumnya perusahaan tidak boleh membayar deviden 1 jika kewajiban perusahaan melebihi aktivanya, 2 jika jumlah devidennya melebihi commit to user jumlah akumulasi keuntungan retained earninglaba ditahan, 3 jika deviden di bayarkan dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. · Posisi Likuiditas : berlawanan dengan opini umum, fakta bahwa perusahaan yang menunjukan jumlah besar laba yang ditahan dalam neraca tidaklah mengidentifikasikan bahwa kas yang tersedia untuk di bayarkan berupa deviden. Posisi terkini perusahaan dalam asset cair,termasuk adalah hal yang berdiri sendiri dari akun yang ditahan. Secara historis, sebuah perusahaan dengan laba ditahan yang cukup besar telah berhasil menghasilkan kas dari operasi. Tetapi dana ini biasanya diinvestasikan ulang dalam perusahaan dalam jangka waktu yang singkat ataupun untuk membayar utang yang jatuh tempo. Dengan demikian, perusahaan mungkin saja secara extrim sangat menguntungkan dan masih saja sangat menyedihkan secara kas. Karena deviden dibayarkan dengan kas, dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk deviden yang akan dibayarkan. Oleh karena itu posisi likuiditas perusahaan menaggung langsung kemampuan untuk membayar deviden. · Kekosongan atau kekurangan terhadap sumber pembiayaan lainnya : perusahaan boleh menahan keuntungan untuk investasi atau membayar deviden dan mengeluarkan utang baru atau sekuritas ekuitas untuk membiayai investasi. Untuk banyak perusahaan kecil dan baru, opsi kedua ini tidaklah realistis. Perusahaan ini tidak memiliki akses terhadap pasar modal, maka mereka harus mengandalkan lebih pada commit to user dana yang dihasilkan internal. Sebagai konsekuensinya deviden payout rasio pada umumnya lebih kecil untuk perusahaan yang kecil atau baru didirikan dibandingkan yang besar, perusahaan yang dimiliki publik. · Kemampuan memprediksi laba : deviden payout ratio perusahaan tergantung pada banyak hal atas kemampuan memprediksi keuntungan perusahaan selama selangwaktu. Jika laba berfluktuasi secara signifikan, manajemen tidak dapat mengandalkan dana yang dihasilkan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Ketika keuntungan direalisasikan, perusahaan boleh menahan jumlah yang lebih besar untuk memastikan bahw uang itu tersedia ketika di butuhkan. Sebaliknya, perusahaan dengan trend laba yang stabil akan secara tipikal membayar porsi yang lebih besar dari laba untuk deviden. Perusahaan ini memiliki lebih sedikit kekhawatiran tentang ketersediaan akan keuntungan untuk memenuhi permintaan modal pada masa akan datang. · Kontrol kepemilikan : Untuk banyak perusahaan besar, kontrol atas kepemilikan atas saham bukanlah suatu isu. Namun untuk perusahaan berukuran kecil dan menengah, mempertahankan kontrol hak pilih merupakan prioritas utama. Jika kehadiran pemegang saham tidaklah mampu berpartisipasi dalam penawaran baru, mengeluarkan saham baru menjadi kurang menarik, dalam hal ini, kontrol dari pemegang saham sekarang jadi terdilusi. Pemilik mungkin lebih menyukai bahwa manajemen membiayai investasi baru dengan utang dan melalui commit to user keuntungan dari pada mengeluarkan saham baru. Pertumbuhan perusahaan ini kemudian dibatasi dengan jumlah dari modal utang yang tersedia dan oleh perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. · Inflasi : Dalam periode inflasi, idealnya, ketika aktiva tetap menjadi aus dan using, dana yang dihasilkan dari depresiasi diinginkan untuk membiayai penggantian. Ketika biaya yang sama untuk peralatan terus meningkat, dana depresiasi menjadi tidak cukup. Hal ini meminta penahanan keuntungan yang lebih besar, yang mana berdampak bahwa deviden menjadi terpengaruh secara terbalik. Kebijakan alternatif pembayaran deviden Menurut Brigham 2004,beberapa kebijakan elternatif pembayaran dividend : · Kebijakan residual deviden : kebijakan ini menetapkan perusahaan seharusnya mengambil empat langkah ketika mengambil keputusan atas rasio pembayaran deviden yaitu a menentukan anggaran barang yang optimal, b menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran tersebut c sedapat mungkin menggunakan laba ditahan untuk memenuhi komponen penyertaan modal, d membayar deviden dengan hanya lebih banyak laba yang tersedia daripada yang diperlukan untuk mendukung anggaran yang optimal. · Deviden yang konstan atau naik secara bertahap : menetapkan suatu target tingkat pertumbuhan untuk deviden bagi perusahaan dan commit to user berusaha untuk menaikkan deviden sebesar target tersebut tiap tahun. Alasan yang mendorong perusahaan untuk menggunakan kebijakan ini adalah a dengan adanya gagasan bahwa deviden merupakan sinyal atas profitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang, maka kebijakan pembagian deviden yang berubah-ubah akan mengakibatkan pengembalian atas sekuritas yang dipersyaratkan infestor lebih tinggi dan harga saham lebih rendah daripada yang akan ditumbuhkan jika menggunakan kebijakan yang mantap dan, b sebagian besar pemegang saham menggunakan deviden untuk konsumsi saat ini, mereka akan dirugikan harus menjual sebagian saham untuk mendapatkan uang tunai jika perusahaan mengurangi deviden, maka mereka akan cemas jika terjadi pengurangan deviden. · Rasio pembagian deviden yang konstan : Perusahaan menetapkan rasio yang tetap terhadap keuntungan. Beberapapun keuntungannya yang diperoleh perusahaan. Persentase keuntungan yang dibagi akan selalu sama, namun laba perusahaan umumnya selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, kebijakan deviden perlu diperhitungkan bahwa jumlah deviden akan turut berubah. Apabila perusahaan mengurangi deviden untuk mempertahankan rasio pembagian deviden agar tetap konstan, harga saham akan turun karena investor mengartikan penurunan deviden tersebut sebagai akibat pemikiran manajemen bahwa terjadi penurunan laba yang sifatnya permanen, sebenarnya kondisi ini dapat berubah ubah. Oleh karena itu perusahaan harus menetapkan suatu commit to user target rasio pembagian deviden berdasarkan seperangkat persyaratan yang paling memungkinkan. · Deviden yang tetap kecil tetapi ditambah pembayaran extra : menetapkan pembagian yang tetap kecil ditambah pembayaran extra pada akhir tahun apabila perusahaan mengalami lonjakan keuntungan. Tujuan manajemen mengambil kebijakan ini adalah untuk menghindarkan konotasi deviden permanen, akan tetapi hal ini akan menyebabkan investor tidak dapat mengestimasi deviden yang akan diperoleh dan menjadi ragu-ragu untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.

D. KERANGKA PEMIKIRAN