ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

ULANG GENDRO ASTUTI NIM: F 1307570

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

(3)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Selalu memberi kebaikan dan kasih sayang pada sekitar kita, karena kita

adalah bagian dari mereka semua”

Penulis

karya kecil ini kupersembahkan kepada:

Allah SWT dan Rasul-Nya Suamiku Bapak dan Ibu Kakak dan Adikku


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN

KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA”. Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret,

2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret,

3. Dra. Falikhatun, M.Si.,Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi S1 Non

Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret,

4. Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, masukan,


(5)

5. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan dan pengarahan selama berada di Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Suamiku, Budi Sulistyawan terimakasih atas cinta kasih, motivasi serta

dukungan doanya.

7. Orangtua, kakak, dan adekku atas segala kasih sayang, nasehat, motivasi serta

doa restu yang senantiasa menyertaiku.

8. Seluruh saudara-saudara dan keluarga besarku, terimakasih atas nasehat dan

dukungannya.

9. Teman-teman S1 Non Reg Akuntansi angkatan 2007, terimakasih atas

bantuan, kerjasama, motivasi dan persahabatannya selama ini.

10.Teman-teman BRI Karanganyar khususnya BRI Jaten, terimaksih semangat

dan doanya.

11.Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi UNS, terimakasih atas ilmu, pengetahuan,

dan nasehetnya.

12.Pak Timin, Pak Satpam dan seluruh karyawan Fakultas Ekonomi UNS,

terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih buat

semua bantuan, dukungan, dan doanya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat


(6)

Surakarta, Maret 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. Definisi dan Jenis-Jenis Dividen... 8


(8)

5. Profiabilitas ... 20

6. Likuiditas ... 21

7. Investment Opportuniy Cost (IOS) ... 22

B. Pengembangan Hipotesis ... 13

1.Profitabilitas ... 23

2. Likuiditas ... 24

3.Investment Opportunity Set (IOS) ... 25

C. Kerangka Pemikiran ... 26

III.METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis dan Sumber Data ... 29

B. Objek Penelitian, Populasi dan Sampel ... 29

C. Metode Pengumpulan Data ... 31

D. Devini Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 32

E. Metode Analisis Data ... 34

1. Uji Asumsi Klasik... 34

2. Pengujian Hipotesis ... 37

IV.ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Statistik Deskriptif ... 40

1. Uji Normalitas... 41

2. Uji Asumsi Klasik ... 42

3. Pengujian Hipotesis ... 45


(9)

A. Kesimpulan... 51

B. Keterbatasan Penelitian ... 52

C. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

III. 1 Hasil Pengambilan Sampel ... 31

IV. 1 Statistik Deskriptif... 40

IV. 2 Uji Normalitas Sebelum Transformasi ... 41

IV. 3 Uji Normalitas Setelah Transformasi Logaritma Natural ... 42

IV. 4 Hasil Uji Multikolinearitas... 43

IV. 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 44

IV. 6 Regresi Linear Berganda ... 45

IV. 7 Uji Simultan ... 47


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman


(12)

ABSTRAKSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK INDONESIA

ULANG GENDRO ASTUTI F1307570

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Variabel-variabel yang mempengaruhinya yaitu profitabilitas (ROE), likuiditas (QR), dan Investment Opportunity Set (IOS).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 sesuai dengan publikasi dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008 sejumlah 141 perusahaan, dengan diperoleh perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 50 perusahaan. Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan penelitian ini, secara parsial variabel ROE dan QR berpengaruh secara signifikan terhadap dividen kas, sedangkan IOS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kas. Hal ini dibuktikan dengan hasil p value pada variabel ROE dan QR < 0,05 sedangkan IOS > 0,05. Hasil uji simultan diketahui bahwa variabel ROE, QR, dan IOS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas. Pengujian koefisien determinasi (Adjusted R2) menunjukkan bahwa variabel ROE, QR dan IOS berpengaruh sebesar 32,27% dan sisanya sebesar 67,73% diterangkan oleh variabel lainnya.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan utama seorang investor dalam menanamkan dananya yaitu

untuk memperoleh pendapatan (return) yang dapat berupa pendapatan dividen

(dividen yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap

harga belinya (capital gain). Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen,

para investor pada umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif

stabil. Stabilitas dividen akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap

perusahaan. Karena akan mengurangi ketidakpastian investor dalam

menanamkan dananya. Keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen

yang harus dibagikan kepada para investor disebut kebijakan dividen

(Devidend policy). Di sisi lain perusahaan di hadapkan dalam berbagai macam

kebijakan, antara lain: perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi

yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas

perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan

rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen.

Pembayaran dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada


(14)

akan mengurangi ketidakpastian dari profitabilitas perusahaan, sehingga stabilitas dividen juga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan (Hidayati, 2006).

Investor mengharapkan dalam mendapatkan tingkat kembalian (return)

baik berupa dividen maupun capital gain yang didasarkan pada hasil atau

kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan

keuangan yang dipublikasikan. Kebijakan apapun yang ditempuh oleh

manajemen perusahaan, bagi investor tidak terlalu dipertimbangkan, karena kebijakan manajemen hanya dapat diketahui oleh pihak intern perusahaan. Bagi investor yang terpenting adalah melihat bagaimana perkembangan perusahaan terutama dari kinerja keuangannya.

Terkait dengan kebijakan dividen tunai, terdapat beberapa penelitian. Suharli (2007) meneliti mengenai pengaruh profitability dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel penguat (studi pada perusahaan yang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Penelitian ini bermaksud menguji pengaruh profitabilitas dan kesempatan investasi terhadap kebijakan jumlah dividen kas perusahaan publik di Jakarta dengan menggunakan likuiditas sebagai variabel penguat (variabel moderator). Profitabilitas diukur dengan return on investment (ROI), kesempatan investasi diproksikan oleh fixed asets, dan likuiditas sebagai variabel moderator diproksikan oleh current ratio di Bursa Efek Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan di Indonesia


(15)

data penelitian diambil dari laporan keuangan tahunan 2002-2003. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat oleh likuiditas perusahaan.

Juma’h (2008) meneliti mengenai faktor keuangan yang mempengaruhi kebijakan dividen kas. Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur di Amerika Serikat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang membayar dividen kas dikarenakan perusahaan memiliki rasio likuiditas dan rasio profitabilitas yang tinggi, namun juga ditemukan bahwa beberapa perusahaan dengan kesulitan keuangan ada yang membayar dividen kas. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa masalah manajerial dan perilaku manajerial merupakan faktor penting dalam menentukan kebijakan perusahaan untuk membayar dividen kas kepada pemegang saham.

Vianita dan Amperaningrum (2009) dalam penelitiannya ada beberapa variabel yang berpengaruh dalam penentuan pembagian dividen kas, antara lain ROI, cash ratio, current ratio, debt to total aset, earning per share (EPS),

Devidend pay out ratio (DPR), dan size. Penelitian ini dilakukan pada kelompok perusahaan dengan kriterianya yaitu perusahaan yang terdaftar di BEI yang telah menyampaikan laporan keuangan per 31 Desember secara rutin. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan dividen kas berpengaruh signifikan hanya terhadap earning per share dan Devidend payout ratio.


(16)

Berdasarkan latar belakang masalah serta mengacu pada hasil penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini peneliti mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2007) yang meneliti mengenai pengaruh profitability dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel penguat (studi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli (2007) menggunakan

periode penelitian tahun 2002-2003 sedangkan penelitian ini

menggunakan periode penelitian tahun 2008.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli (2007) menggunakan

variabel profitabilitas yang diukur dengan Return On Investment (ROI),

sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan proksi Return On

Equity (ROE). ROI merupakan tingkat pengembalian investasi atas

investasi perusahaan pada aktiva. ROE merupakan tingkat pengembalian

atas ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva

bersih perusahaan. Pertimbangan utama peneliti menggunakan ROE

karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan

hasil yang dapat lebih menggambarkan profitabilitas.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli (2007), likuiditas sebagai


(17)

ini likuiditas digunakan sebagai variabel independen dan menggunakan

proksi QuickRatio (QR).

4. Penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli (2007), kesempatan

investasi diproksikan oleh fixed asets dalam penelitian ini menggunakan

proksi berbasis harga (price-based) yaitu market to book value of equity

(MVEBVE). Kallakapur dan Trombley (1999) dalam Budiarsi (2007)

menemukan bahwa proksi IOS berdasarkan price-based paling valid

digunakan untuk proksi pertumbuhan, selain itu MVEBVE merupakan

proksi IOS yang paling banyak digunakan oleh peneliti di bidang

keuangan.

Berdasar pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas dalam sebuah penelitian yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan Profitabilitas, Likuiditas, dan

Investement Opportunity Set (IOS) baik secara parsial maupun secara

simultan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek


(18)

2. Manakah diantara variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Investement

Opportunity Set (IOS) yang paling dominan mempengaruhi dividen kas

pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mempelajari faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan manajemen tentang jumlah pembagian dividen pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini mempelajari 3 faktor yaitu: profitabilitas, likuiditas, dan Investement Opportunity Set (IOS). Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Investement

Opportunity Set (IOS) secara parsial terhadap dividen kas perusahaan

manufaktur di BEI.

2. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Investement

Opportunity Set (IOS) secara simultan terhadap dividen kas perusahaan

manufaktur di BEI.

3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap

dividen kas perusahaan manufaktur di BEI.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk hal yang dapat dinyatakan sebagai berikut ini.


(19)

Hasil penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan keputusan

investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang berupa dividen

perusahaan.

2. Bagi pihak manajemen perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan pengambilan keputusan

investasi untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan terutama

dalam bentuk dividen kas bagi perusahan yang sahamnya terdaftar dan

aktif di BEI.

3. Bagi akademisi dan peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembayaran dividen kas sehingga

dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam serta

sebagai rujukan pengembangan ilmu akuntansi maupun keuangan


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teoritis

1. Definisi dan Jenis-Jenis Dividen

Merdiana (2009) mengartikan dividen adalah distribusi yang bisa

berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan utang

perusahaan, dan saham kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai

proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik.

Dividen (devidend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para

pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang

tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen

haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi

kewajiban perusahaan (Henry Simamora, 2000).

Terkait dengan dividen terdapat beberapa tanggal penting yang menjadi

perhatian dalam prosedur pembagian dividen, yaitu sebagai berikut:

a. Tanggal pengumuman (declaration date) adalah tanggal pada saat

direksi mengumumkan dividen. Pada tanggal tersebut dividen menjadi

kewajiban perusahaan dan dicatat pada buku perusahaan. Tanggal

pengumuman ini biasanya beberapa minggu sebelum tanggal

pembayaran dividen.


(21)

c. Tanggal pencatatan (date of record) merupakan tanggal yang dipilih

oleh dewan direksi untuk mendaftar para pemegang saham yang

berhak menerima dividen. Karena waktu yang tersita untuk menyusun

daftar para pemegang saham, maka tanggal pencatatan biasanya dua

atau tiga minggu setelah tanggal pengumuman dividen, namun

sebelum tanggal pembayaran dividen.

d. Ex Devidend yaitu tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak

mendapat dividen.

e. Tanggal Pembayaran (date of payment) adalah tanggal dividen

benar-benar dibayarkan. Pembayaran biasanya berlangsung beberapa minggu

setelah tanggal pengumuman dividen.

Suharli (2006) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada

pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang

dipegang oleh masing-masing pemilik.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002) dalam Merdiana (2009), kebijakan

pembayaran dividen yang ditempuh perusahaan yaitu,

a) Stable Devidend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang

Stabil)

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil

dalam jumlah yang tetap, stabil yang semakin naik dan stabil yang

semakin menurun. Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dalam


(22)

Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian,

pembayaran dividen akan diambilkan dari cadangan stabilisasi dividen.

b) Fluctuating Devidend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen

yang Berfluktuasi)

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan

mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode.

Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang

dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan

rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau

dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat

keuntungannya.

c) Kombinasi Stable Devidend Policy dan Fluctuating Devidend Policy

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada

yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat

proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila

perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih

mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari

hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen

yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang

menggunakan kebijakan fluktuatif .

Menurut Baridwan (1997) dalam Merdiana (2009) ada beberapa jenis


(23)

Dividen Tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk kas.

Yang perlu diperhatikan oleh manajemen sebelum membuat

pengumuman adanya pembagian dividen tunai adalah jumlah uang kas

yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

b) Dividen Aktiva selain Kas (Property Devidend)

Merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas.

Aktiva yang dibagikan dapat berbentuk surat-surat berharga

perusahaan yang dimiliki perusahaan, barang dagangan, real estate,

atau investasi atau bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi.

c) Dividen dengan Utang Wesel (Script Devidend)

Dividen utang wesel timbul apabila perusahaan tidak membayar

dividen sekarang dikarenakan saldo kas yang ada tidak mencukupi,

sehingga manajemen perusahaan akan mengeluarkan script Devidend

yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan

datang. Script Devidend ini mungkin berbunga mungkin tidak.

d) Dividen Likuidasi (Liquidating Devidend)

Merupakan dividen yang sebagian merupakan pengembalian dari

investasi / modal pemegang saham. Apabila perusahaan membagi

dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahukan

mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan

pengembalian modal sehingga para pemegang saham bisa mengurangi


(24)

e) Dividen Saham (Stock Devidend)

Merupakan pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran

kepada para pemegang saham sebanding dengan saham-saham yang

dimilikinya. Dividen saham kurang lebih merupakan penyusunan

kembali modal perusahaan (rekapitalisasi), sedangkan proporsi

kepemilikan tidak mengalami perubahaan.

2. Kebijakan Dividen

Hidayati (2006), kebijakan dividen (devidend policy) adalah suatu

keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan

perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan

diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) didalam

perusahaan. Dari pengertian tersebut, kebijakan dividen didasarkan pada

rentang pertimbangan atau kepentingan pemegang saham di satu sisi dan

kepentingan perusahan disisi lain.

Merdiana (2009) dalam kebijakan dividen, kebijaksanaan perusahaan

untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti dalam

dua hal:

a. Dana yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hal ini

ditunjukkan oleh pembayaran kepada para pemegang saham.

b. Dana untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Hal ini

tercermin dalam rencana pada pos laba yang ditahan.


(25)

dari dua hal yaitu kenaikan modal dan dividen. Oleh karena itu adanya

kenaikan modal dan dividen yang diharapkan para investor dari hasil

pembelian saham dapat mempengaruhi nilai perusahaan dengan dividen

atau devidend payout ratio. Apabila politik dividen dapat mempengaruhi

nilai perusahaan berarti juga dapat mempengaruhi biaya kapital. Dalam

kebijaksanaan dividen perlu diperhatikan harapan hasil dari para investor,

akan tetapi juga harus dipertimbangkan adanya kebutuhan dana untuk

membelanjai rencana-rencana investasi demi perkembangan perusahaan.

Dengan membayarkan dividen kepada para pemegang saham tentu saja

akan menaikan nilai perusahaan.

Adapun tujuan dari pembagian dividen adalah sebagai berikut:

a) untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham,

karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga

saham.

b) untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya

dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan

dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi

dan mampu memberikan hasil kepada investor.

c) sebagian investor memandang bahwa resiko dividen adalah lebih

rendah dibanding resiko capital gain.

d) untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan


(26)

e) dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan

pemegang saham.

Menurut Kolb (1983) dalam Utami (2003), kebijakan dividen penting

karena dua alasan yaitu :

a) pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham.

b) laba yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber

tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk

pertumbuhan perusahaan.

Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang sedikit

kontroversial. Agar kedua kepentingan tersebut dapat terpenuhi, secara

optimal manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati

dan teliti terhadap kebijakan dividen yang akan dipilih.

Brigham (2001) menyebutkan beberapa teori yang digunakan sebagai

landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan.

Sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan

mengambil kebijakan dividen tertentu. Teori –teori tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Devidend Irrelevance Theory

Teori yang dianjurkan oleh Madigliani-Miller (MM) ini menyatakan

bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap

harga saham maupun biaya modalnya atau dapat dikatakan bahwa


(27)

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Linther yang

menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika Devidend

Payout Ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka

menerima dividen daripada capital gains.

c) Tax Preference Theory

Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak

terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor

lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran

pajak.

Kebijakan dan keputusan dividen pada hakekatnya akan menentukan porsi

keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan seberapa

banyak yang ditahan sebagai retained earning (Sarnat,1990 dalam

Merdiana, 2009). Perbandingan antara dividen dan keuntungan merupakan

rasio pembayaran dividen (Devidend Payout Ratio) atau persentase dari

pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash

devidend. Semakin tinggi tingkat dividen yang akan dibayarkan berarti

semakin sedikit laba yang dapat ditahan (retained earning).

Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus

mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya.

Laba yang diperoleh perusahaan pada umumnya tidak dibagikan

seluruhnya sebagai dividen karena sebagian disisihkan untuk


(28)

tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan sehingga

pertimbangan manajemen sangat diperlukan.

Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan ada beberapa macam, yaitu

(Van Horne, 1986 dalam Hidayati, 2006):

a) Kebijakan dividen yang stabil

Artinya jumlah dividen per lembar saham (DPS) yang dibayarkan

setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun

laba per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi. Beberapa alasan

yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen tersebut

antara lain karena, (a) akan memberikan kesan kepada para pemodal

bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang

dan (b) adanya golongan pemodal tertentu yang menginginkan

kepastian dividen yang akan dibayarkan.

b) Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal

ditambah dividen ekstra.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar

saham setiap tahunnya, dan jika terjadi peningkatan laba secara drastis

atau keadaan keuangan yang lebih baik maka jumlah tersebut ditambah

lagi dengan dividen ekstra.

c) Kebijakan dividen yang konstan.

Berarti jumlah dividen per lembar saham yang di bayarkan setiap


(29)

mempunyai isi informasi sebagai indikator prospek perusahaan

(membaik atau memburuk), maka perubahan kebijakan dividen akan

meningkatkan atau menurunkan harga saham hanya apabila hal

tersebut ditafsirkan sebagai terjadinya perubahan prospek perusahaan.

d) Kebijakan dividen yang fleksibel

Kebijakan dividen yang fleksibel berari besarnya dividen per lembar

saham setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan

kebijakan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

a) Profitabilitas

Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para

calon investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam

konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha

manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemilik dan investor.

Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh

perusahaan akan mengakibatkan semakin besar dividen yang akan

dibagikan dan sebaliknya. Theobald (1978) yang diacu oleh Florentina

(2001) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif

dengan dividen payout ratio. Profitabilitas diukur dari laba bersih


(30)

b) Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi

dengan aktiva lancar (Riyanto, 1997 dalam Eko Pujuatmoko, 2006).

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dapat diukur

dengan cash ratio dan current ratio. Perusahaan dalam membayar

dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia

likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki,

perusahaan semakin mampu membayar dividen. Menurut Gill dan

Green (1993) yang diacu Adedeji (1998) dalam Hidayati (2006)

menemukan bahwa likuiditas suatu perusahaan mempunyai pengaruh

positif dengan dividen payout ratio.

c) Investasi

Tujuan kegiatan investasi adalah untuk memperoleh penghasilan atau

kembalian dari investasi. Penghasilan tersebut dapat berupa

penerimaan kas dan atau kenaikan investasi. Perusahaan dengan

perkembangan cepat membutuhkan lebih besar dana untuk

pelaksanaan investasi. Kebutuhan dana pertama kali dipenuhi oleh

internal equity, karena banyak dana yang dialokasikan untuk retained

earning maka menyebabkan dana untuk membayar dividen semakin


(31)

dividen yang dibayarkan menjadi rendah. Menurut Adedeji (1998)

dalam Hidayati (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif

antara investasi dan dividen payout ratio. Investasi diukur dari jumlah

dana yang ditanamkan pada aktiva tetap operasi.

4. Dividen Kas (Cash Devidend)

Dividen merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham.

Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham biasanya dalam bentuk

uang tunai (kas) dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Pada

dividen kas berarti perusahaan harus mengeluarkan uang tunai, yang hanya

bisa dilakukan kalau kondisi kas perusahaan bagus. Biasanya dividen

dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang

diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya.

Sawidji Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah

bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham, baik

dalam bentuk dividen tunai (cash devidend) dan dividen saham (stock

devidend). Dividen tunai (cash devidend) merupakan dividen yang dibayar

oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap

lembarnya (devidend per share). Sedangkan dividen saham (stock

devidend) merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk

saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembarnya.

Robbert Ang (1997) juga menyatakan bahwa dividen tunai (cash


(32)

Sedangkan dividen saham (stock devidend) merupakan dividen yang

dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.

Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada

para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang

dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen tunai merupakan dividen

yang dibagikan dalam bentuk kas. Hal utama yang perlu diperhatikan oleh

manajemen sebelum membuat pengumuman adanya pembagian dividen

tunai adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian

dividen tersebut. Keputusan dalam pembagian dividen tunai ditentukan

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan direksi melakukan

pemungutan suara untuk mengumumkan dividen tunai dan jika hailnya

disetujui maka dividen segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan,

daftar pemegang saham terakhir harus disiapkan. Karena itu biasanya

terdapat tenggang waktu antara saat pengumuman dan pembayaran.

5. Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba merupakan indikator bahwa semakin tinggi profitabilitas yang

dimiliki perusahaan maka semakin kecil kebijakan utang yang diambil

oleh perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan

perusahaan dan kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara


(33)

produk atau jasanya dalam suatu periode serta jumlah aktiva yang

digunakannya.

Profitabilitas adalah rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai

kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan. Dalam laporan

keuangan utama dalam bentuk neraca, laporan perubahan modal, dan

laporan arus kas belum dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi

pemakai sebelum pemakai menganalisis laporan keuangan tersebut lebih

lanjut dalam bentuk analisis rasio keuangan. Rasio profitabilitas

merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa yang mengukur

tingkat pengembalian investasi pemegang saham.

Profitabilitas merupakan variabel independen yang menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Laba inilah yang akan

menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai

ataupun dividen saham. Hermi (2004) dalam Suharli (2005)

mengungkapkan laba diperoleh dari selisih antara aset yang masuk

(pendapatan dan keuntungan) dan aset yang keluar (beban dan kerugian).

Laba perusahaan tersebut dapat ditahan (sebagai laba ditahan) dan dapat

dibagi (sebagai dividen).

6. Likuiditas

Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh

kewajiban jangka pendeknya (Karnadi, 1997) dan mendanai operasional


(34)

pada harga yang tidak terlampau berbeda dengan harga sebelumnya,

dengan asumsi tidak ada informasi baru yang timbul. Dalam pasar modal

yang likuid, penjualan suatu sekuritas dapat dilaksanakan dengan cepat

tanpa menimbulkan execution cost.

Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan

labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sebaliknya, pihak

manajemen perusahaan akan menggunakan potensi likuiditas yang ada

untuk melunasi kewajiban jangka pendek ataupun mendanai operasi

perusahaannya.

Sedangkan menurut Munawir (2004) likuiditas menunjukkan kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus

segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas

adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan

jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.

7. Investment Oportunity Cost (IOS)

Zhang (2006) melihat bahwa nilai dari suatu perusahaan sebagai total dari

nilai aktiva riil (aset in place) dan nilai dari pilihan investasi dimasa yang

akan datang. Keduanya akan menentukan keputusan pendanaan dan nilai

perusahaan di masa depan. Perusahaan dengan kesempatan investasi (IOS)

yang besar memiliki alternatif-alternatif investasi yang menghasilkan Net


(35)

semata-pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang terbaik

untuk melaksanakan proyek baru.

IOS adalah set kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi

dimasa yang akan datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva

dan ekuitas (Tjandra, 2005). Gaver dalam Budiarsi (2007), menyatakan

bahwa peluang-peluang pertumbuhan bukan semata-mata diwujudkan

dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan aktivitas

pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang berlebih

untuk melaksanakan proyek baru. Kemampuan yang berlebih ini bersifat

tidak diamati (unobservable). Semakin banyak proksi IOS yang

menentukan kelompok atau karakteristik perusahaan, semakin mengurangi

kesalahan dalam penentuan klasifikasi tingkat kesalahan pertumbuhan

perusahaan.

B. Pengembangan Hipotesis 1. Profitabilitas

Hermi (2004) dalam Suharli (2005) mengungkapkan laba diperoleh dari selisih antara aset yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan aset yang keluar (beban dan kerugian). Laba perusahaan tersebut dapat ditahan (sebagai laba ditahan) dan dapat dibagi (sebagai dividen). Dugaan penelitian ini adalah semakin tinggi profitabilitas maka semakin besar jumlah dividen yang dibagikan.


(36)

profitabilitas mempengaruhi dividen secara positif diungkapkan oleh Wirjolukito et al. (2003), dan Suharli dan Oktorina (2005), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen, namun tidak satupun penelitian tersebut menggunakan ROE sebagai proksi profitabilitas, dalam penelitian ini menggunakan proksi ROE sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangan utama karena ROE merupakan turunan dari ROI. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi maka jumlah dividen tunai yang dibayarkan semakinbesar.

H1 : Profitabilitas secara signifikan mempengaruhi dividen tunai perusahaan;

2. Likuiditas

Likuiditas (Riyanto, 1995) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.

Suharli (2007) meneliti likuiditas sebagai variabel moderator atau variabel penguat dalam pengaruh dividen kas dan diukur dari Curent Ratio (CR). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh positif


(37)

menemukan bahwa likuiditas mempengaruhi cash dividen secara signifikan.

Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Dengan demikian hipotesa yang dapat dirumuskan:

H2 : Likuiditas secara signifikan mempengaruhi dividen tunai; 3. Investment Opportunity Set (IOS)

Penelitian Wirjolukito et al. (2003) mengukur pemanfaatan kesempatan investasi diukur dengan peningkatan aktiva tetap bersih. Hal ini sesuai dengan format laporan arus kas (statement of cash flow) yang mengukur investasi dari aktiva tetap berwujud dan investasi jangka panjang (Suharli, 2005). Hasil penelitian Wirjolukito et al. (2003) menemukan hubungan parameter estimasi dan arah variabel peluang investasi kepada kebijakan dividen bernilai positif. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan di Indonesia dan beberapa negara yang menjadi sampel di dalam penelitian tentang dividen cenderung menggunakan kebijakan dividen untuk memberikan sinyal atas arus kas di masa yang akan datang dan menggunakan arus kas tersebut untuk mendanai investasi yang menguntungkan di masa yang akan datang.

Menurut Jensen (1986) dalam Merdiana (2009), manajer cenderung untuk menginvestasikan arus kas bebas ke dalam peluang investasi dan memperbesar ukuran perusahaan meskipun tidak menguntungkan.


(38)

pertumbuhan tinggi berarti memiliki banyak kesempatan investasi, dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan bahkan untuk mengatasi masalah underinvestment.

Investment Opportunity Set (IOS) adalah set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor pertumbuhan perusahaan. Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Budiarsi (2007), IOS merupakan variabel yang bersifat tidak dapat diobsevasi, disebabkan oleh sifat yang tidak dapat diobservasi, maka IOS memerlukan sebuah proksi. Penelitian ini menggunakan proksi price-based yaitu Market to book value of equity

yang diberi simbol MVEBVE. Oleh karena itu, hipotesis kedua penelitian ini adalah:

H3 : Kesempatan investasi mempengaruhi secara signifikan terhadap kebijakan dividen tunai;

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini berawal dari adanya anggapan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS), dan likuiditas. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan ROE sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangan utama karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan hasil yang dapat lebih menggambarkan profitabilitas.


(39)

Hermi (2004) dalam Suharli (2005) mengungkapkan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin besar jumlah dividen yang dibagikan. Prasetyo mengutip hasil penelitan Kallapur dan Trombley (1999) yang megevaluasi berbagai proksi untuk mengukur Investment Opportunity Set

(IOS) berdasarkan hubungan dengan pertumbuhan sesungguhnya (realized growh), hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memiliki banyak kesempatan investasi. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan. Sebaliknya perusahaan yang mengalami pertumbuhan lambat cenderung membagikan dividen lebih tinggi untuk mengatasi masalah underinvestment.

Menurut Munawir (2001) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Alur berpikir penulis adalah perusahaan yang memiliki likuiditas lebih baik akan mampu membayar dividen lebih banyak.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini.


(40)

Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran Likuiditas

IOS

Dividen Tunai


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang bersumber dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun

2008 yang diperoleh melalui publikasi Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI)

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (FE UNS) maupun website

resmi BEI yaitu www.idx.co.id. Berdasarkan publikasi dari ICMD tersebut

data yang digunakan adalah data yang berasal dari laporan keuangan pada

perusahaan manufaktur untuk periode tahun 2008 dengan jumlah 141

perusahaan.

B. Objek Penelitian, Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI)

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Populasi merupakan kelompok orang,

kejadian atau peristiwa yang menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti

(Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar pada BEI pada tahun 2008 dengan alasan bahwa

kelompok perusahaan manufaktur merupakan kelompok industri yang terbesar

di BEI, sehingga diharapkan dapat diperoleh jumlah yang representatif untuk

mengurangi pengaruh kelompok industry (industry effect).


(42)

sampling, yang artinya perusahaan manufaktur yang dividen kasnya akan

dijadikan sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan pertimbangan

unsur-unsur tertentu yang dianggap memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008 dan telah menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit sehingga laporan keuangan tersebut dapat dipercaya.

2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008 dan membagikan laba dalam bentuk dividen tunai kepada pemegang saham. 3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008 dan

menyampaikan datanya secara lengkap sesuai dengan informasi yang diperlukan yaitu Cash Devidend, Profitability, Liquidity, dan Investment Opportunity Cost (IOS) tahun 2008.

Sesuai dengan publikasi dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD) tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada tahun 2008 sejumlah 141 emiten. Berdasarkan pada kriteria

pengambilan sampel diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai


(43)

Tabel III.1 Hasil Pengambilan Sampel

Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 141

Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan laba dalam bentuk dividen tunai

(42)

Perusahaan manufaktur yang datanya tidak lengkap (tidak menyediakan data dividen kas, profitabilitas, likuiditas, dan IOS)

(49)

Hasil pengambilan sampel 50

Sumber: Data diolah

Dari table III.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang

memenuhi syarat dan selanjutnya akan diuji berjumlah 50 perusahaan.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi.

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi laporan

keuangan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) tahun 2008. Sumber data yang digunakan untuk

menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Pojok BEI

FE UNS tahun 2008.

Rancangan model teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini dilakukan dengan pendekatan teknik analisis regresi linier berganda. Untuk

ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human errors digunakan

program komputer khusus untuk membantu pengolahan data statistika yaitu

program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan confidence


(44)

D. Devinisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini definisi operasional masing-masing variabel dan

pengukurannya dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividen kas. Dividen Kas

yaitu dividen yang dibayarkan secara tunai oleh perusahaan kepada setiap

pemegang saham. Ukuran skala variabel dividen kas adalah skala rasio di

mana nilai dividen kas sama dengan total dividen kas dibagi dengan jumlah

lembar saham.

Total dividen Kas Dividen kas = ───────────── Jumlah Lembar saham

2. Variabel Independen

a. Profitabilitas

Profitabilitas adalah ukuran seberapa besar kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba. Laba dapat berbagai macam seperti laba

operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat

pengembalian pemilik. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan

Return On Equity (ROE). ROE mengukur kemampuan untuk

memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio ini

dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan (Sono, 2000 dalam


(45)

bersih yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham dan pada

akhirnya akan meningkatkan perkiraan pengembalian investor. Menurut

Subramanyam et.AL. (2005) ROE dapat dihitung dengan rumus:

Laba Bersih

Return on Equity = ─────────────

Rata-Rata Ekuitas

b. Likuiditas

Likuiditas yaitu kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh

kewajiban jangka pendeknya dan menandai operasional usahanya

(Suharly, 2004). Likuiditas diukur dengan Quick Ratio. Quick Ratio

(QR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva yang lebih likuid. QR dapat dihitung dengan

rumus:

c. Investment Opportunity Set (IOS)

IOS merupakan pemanfaatan kesempatan investasi, dapat diukur

dengan proksi Market To Book Value Of Equity (MVEBVE). IOS yaitu

rasio antara harga saham penutupan dikalikan dengan total saham

beredar dibagi total ekuitas. IOS ini dapat dipakai sebagai indikator dari


(46)

tren positif dalam jangka panjang menggambarkan bahwa investasi

yang dijalankan berdampak positif pada pertumbuhan perusahaan

sedangkan negatif menunjukkan penurunan pertumbuhan. IOS

mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di

masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan dari

ekuitasnya. IOS perusahaan yang semakin tinggi akan meningkatkan

nilai dividen kas (Hartono dalam Budiarsi, 2000).

E. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk

mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun ratio. Jika analisis

menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus

terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak

berdistribusi normal adalah dengan melakukan transformasi data.

Dalam pengujian normalitas akan dilakukan dengan menggunakan uji

One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf


(47)

mengetahui apakah populasi berdistribusi secara normal atau tidak.

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji

Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2005).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan

linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang

harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya

multikolinearitas (Dwi Priyatno, 2008). Adanya multikolinearitas

menyebabkan standard error cenderung semakin besar dengan

meningkatnya tingkat korelasi antar variabel dan standard error

menjadi sangat sensitif terhadap perubahaan data. Pada umumnya

multikoleniaritas dapat diketahui dari nilai Variance Inflation Factor

(VIF) atau tolerance value (nilai toleransi). Batas nilai toleransi adalah

0,10 dan batas VIF adalah 10. Apabila hasil analisis menunjukkan nilai

VIF dibawah nilai 10 dan nilai toleransi diatas nilai 0,10 maka tidak

terjadi multikoleniaritas sehingga model reliable sebagai dasar analisis.

Sedangkan variabel yang dapat menyebabkan multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai toleransi yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang

lebih besar dari 10 (Merdiana, 2009)

c. Uji Autokorelasi


(48)

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika ada korelasi

maka terjadi problem autokorelasi. Masalah ini muncul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi

lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu (Ghozali,

2005). Untuk mengetahui adanya autokorelasi yaitu dengan Durbin

Waston (DW), dengan kriteria menurut Santoso (2002):

1) Apabila nilai DW berada di antara dU sampai dengan 4 – dU atau

dU < 4-dU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol yang

berarti bahwa tidak ada autokorelasi;

2) Apabila nilai DW lebih kecil daripada dL, koerfisien autokorelasi

lebih besar daripada nol. Artinya ada autokorelasi positif;

3) Apabila nilai DW lebih besar daripada 4-dL atau DW > 4-dL,

koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, maka ada

autokorelasi negatif.

Jika model mengalami autokorelasi, perbaikan model dapat dilakukan

dengan transformasi data baik dengan logaritma maupun logaritma

natural.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap. Model regresi yang baik adalah yang


(49)

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas

seperti metode grafik, park, glejser, rank spearman dan Barlett. Untuk

mendeteksi gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi

digunakan metode glejser. Dengan metode ini yang harus dilakukan

adalah melakukan regresi sederhana antara nilai absolute residuals (et)

dan tiap-tiap variabel independen. Apabila nilai signifikansi lebih besar

dari tingkat signifikansinya yaitu 0,05 dan apabila nilai t hitung < t tabel

maka tidak ada masalah heteroskedastisitas pada model.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik regresi

linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan menggunakan

program aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 15 for

Windows. Untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksikan nilai dari

variabel dependen apabila nilai independen mengalami kenaikan atau

penurunan dilakukan uji parsial (t test) dan uji statistik (F-test) dengan

tingkat signifikansi (á) 5% atau á = 0,05 (Dwi Priyatno, 2008).

Sedangkan untuk menentukan variabel independen yang paling

mempengaruhi variabel dependen dalam suatu model regresi linier

berganda digunakan nilai koefisien beta. Nilai koefisien beta yang paling


(50)

Dalam penelitian ini, persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + c3x3 + e Di mana :

Y = Dividen Kas (DPR)

a = Intercept (Konstanta)

x1 = Profitabilitas (ROE)

x2 = Likuiditas (QR)

x3 = Investment Opportunity Set (IOS)/MVEBVE

Ghozali (2005) membuktikan hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji

T. Pengujian dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS. Adapun

kegunaan dari masing-masing pengujian adalah sebagai berikut:

a) Uji Simultan (F Hitung)

F hitung bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh semua variabel

independen yang terdapat didalam model secara bersama-sama

(simultan) terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji F

bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu

profitabilitas, likuiditas, dan IOS/MVEBVE secara bersama-sama

terhadap dividen kas.

b) Uji Parsial (T Hitung)

T hitung bertujuan untuk menguji secara parsial antara variabel

independen terhadap variabel dependen dengan asumsi bahwa variabel


(51)

variabel penelitian. Koefisien regresi yang paling tinggi merupakan

koefisien dominan yang mempengaruhi variabel penelitian.

c) Determinasi (R2)

Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk

mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara

serentak terhadap variabel dependen. Koefisien ini menunjukkan

seberapa besar presentase variasi variabel independen yang digunakan

dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama

dengan 0, maka tidak ada sedikitpun presentase sumbangan pengaruh

yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau

variasi variable independen yang digunakan dalam model mampu

menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2sama

dengan 1, maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan

variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau

variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu


(52)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Statistik Deskriptif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan manajemen tentang jumlah pembagian dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividen kas sedangkan variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, likuiditas, dan Investment Opportunity Set (IOS). Analisa deskriptif masing-masing variabel terdapat dalam Tabel IV.1 berikut :

Tabel IV.1 Statistik Deskriptif

50 .01 9.00 .9906 1.60016

50 .23 77.64 18.8350 16.21551

50 .28 10.04 1.5188 1.64883

50 .03 22743.20 1125.5994 3618.18934

50 DEV.KAS

ROE QR MBVE

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari hasil olah data pada Tabel IV.1 dapat disimpulkan bahwa rata-rata dividen kas adalah 0,9906 dengan nilai terkecil 0,01 dan terbesar 9,00. Standar deviasi variabel ini adalah 1,60016. Kondisi ini menunjukkan bahwa dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 bervariasi.

Untuk nilai profitabilitas (ROE) dengan rata-rata nilai 18,8350 nilai terkecil 0,23, nilai terbesar 77,64 dan standar deviasi 16,21551. Kondisi ini


(53)

Variabel likuiditas (QR) memiliki nilai rata-rata 1,5188, nilai terkecil 0,28 dan nilai terbesar 10,04 dengan standar deviasi 1,64883. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat likuiditas masing-masing perusahaan memiliki kisaran yang bervariasi namun tidak terlalu jauh rentang perbedaannya.

Sedangkan variabel Investment Opportunity Set (IOS/MVEBVE) memiliki nilai rata-sata 1125,5994, nilai terkecil 0,03 dan nilai terbesar 22743,20 dengan standar deviasi 3618,18934. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan nilai MVEBVE masing-masing perusahaan manufaktur tahun 2008 yang terdaftar di BEI sangat tinggi.

1. Uji Normalitas

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu menguji normalitas data dengan menggunakan metode Kolmogorov-smirnov dengan tingkat signifikansi 5%. Data dikatakan berdistribusi normal jika Pvalue (asymptotic significance) > 0,05.

Tabel IV.2 Uji Normalitas Sebelum Tranformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DEV.KAS ROE QR

MVEB VE

N 50 50 50 50

Normal Parameters(a,b) Mean .9906 18.8350 1.5188 1125.59 94

Std.

Deviation 1.60016 16.21551 1.64883

3618.18 934 Most Extreme

Differences

Absolute

.270 .177 .275 .385

Positive .238 .177 .275 .385

Negative -.270 -.126 -.226 -.378

Kolmogorov-Smirnov Z 1.909 1.251 1.946 2.725 Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .087 .001 .000 Sumber : Hasil Olah Data SPSS


(54)

Hasil uji normalitas dengan N=50 menunjukkan nilai Kolmogorov Smirnov

sebesar 2,725 dengan asymptotic 0,000 < α 0,05, yang berarti data tidak berdistribusi normal. Oleh karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan transformasi data. Setelah dilakukan transformasi data dengan logaritma natural maka data berdistribusi normal, adapun hasil uji normalitas setelah transformasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.3 Uji Normalitas setelah Transformasi Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

lndev_kas ln_roe ln_qr

ln_MVEB VE

N 50 50 50 50

Normal Parameters(a,b) Mean -1.1470 2.5061 .0825 5.2694

Std.

Deviation 1.69497 1.15413 .76383 2.15188 Most Extreme

Differences

Absolute

.096 .156 .133 .147

Positive .066 .105 .133 .096

Negative -.096 -.156 -.068 -.147 Kolmogorov-Smirnov Z .682 1.106 .939 1.037 Asymp. Sig. (2-tailed) .741 .173 .342 .232 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data. Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Hasil uji normalitas dengan N=50 menunjukkan nilai Kolmogorov Smirnov

dari setiap variabel penelitian yaitu lndev_kas, ln_Roe, ln_QR dan LN_MVEBVE dengan asymptotic > α 0,05, yang berarti data berdistribusi normal. Untuk selanjutnya peneliti menggunakan sampel sebesar 50 perusahaan.


(55)

Multikolinearitas terjadi apabila variabel dependen satu sama lain atau

dengan kata lain variabel independen berkorelasi dengan variabel

independen lain. Hasil pengujian asumsi multikolinearitas dapat dilihat

berdasarkan nilai variance inflation factor (VIF) dan Tolerance berikut

ini :

Tabel IV.4 Uji Multikolinearitas. Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 ln_roe .959 1.043

ln_qr .900 1.112

ln_MVEBVE .899 1.112

A Dependent Variable: lndev_kas Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Hasil perhitungan nilai VIF pada tabel di atas, menunjukkan bahwa

nilai VIF untuk masing-masing variabel independen tidak memiliki

nilai lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih 0,01, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel

independen.

b) Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual


(56)

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa

nilai DW adalah sebesar 1,794. Karena nilai DW > dU (1,674) atau dU

(1,674) < DW (1,794) < 4-dU (4-1,674 = 2,326), berarti tidak ada

autokorelasi positif maupun negatif.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam metode

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap. Metode yang digunakan untuk menguji ada

atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan metode gletjer yaitu

melihat nilai t hitung dari hasil regresi dengan variabel dependen

residual. Jika t hitung dengan p value < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas

dan jika t hitung dengan p value > 0,05 maka tidak ada gejala

heteroskedastisitas Dari hasil perhitungan maka dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel IV.5 Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

1.205 .393 3.069 .004

-.092 .106 -.126 -.868 .390

-.209 .165 -.191 -1.268 .211

.016 .059 .042 .282 .780

(Constant) ln_roe ln_qr ln_mbve Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: ABS_RES1 a.

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari tabel di atas variabel Ln_ROE, Ln_QR, dan Ln_MVEBVE


(57)

tidak adanya gejala heteroskedastisitas dalam model regresi yang

digunakan.

3. Pengujian Hipotesis

Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi

linier berganda (multiple regression) untuk mengetahui pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan

regresi yang diformulasikan sebagai berikut :

Y = β0+ β1 X1 + β2 X2 +β3 X3 + e Di mana :

Y = Dividen Kas

β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefesien Regresi X1 = Ln_ROE

X2 = Ln_QR X3 = Ln_MVEBVE e = error term

Tabel IV.6 Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

-3.406 .653 -5.218 .000

.572 .176 .390 3.256 .002

.911 .274 .410 3.322 .002

.142 .097 .181 1.462 .151

(Constant) ln_roe ln_qr ln_mbve Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: lndev_kas a.

Sumber : Hasil Olah Data SPSS


(58)

Y = -3,406 + 0,572 X1 + 0,911 X2 + 0,142 X3

a. Koefisien Regresi

1) Nilai konstanta menunjukkan hasil negatif yang berarti jika

variabel ROE, QR dan MVEBVE dianggap nol maka dividen kas

turun sebesar 3,406.

2) Nilai koefisien regresi variabel ROE menunjukkan tanda positif,

yang berarti jika variabel ROE naik dalam satu satuan maka

dividen kas akan naik sebesar 0,572, dengan variabel lainnya

dianggap konstan.

3) Nilai koefisien regresi variabel QR menunjukkan tanda positif,

yang berarti jika variabel QR naik dalam satu satuan maka dividen

kas akan naik sebesar 0,911, dengan variabel lainnya dianggap

konstan.

4) Nilai koefisien regresi variabel MVEBVE menunjukkan tanda

positif, yang berarti jika variabel MVEBVE naik dalam satu satuan

maka dividen kas akan naik sebesar 0,142, dengan variabel lainnya

dianggap konstan.

b. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F hitung)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji


(59)

Tabel IV.7 Uji Simultan

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 51.841 3 17.280 8.938 .000(a) Residual 88.932 46 1.933

Total 140.774 49

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari hasil pengujian secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa variabel

ROE, QR dan MVEBVE secara simultan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap Dividen Kas.

c. Pengujian Parameter Individual

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel

independen lainnya konstan. Pengujian secara parsial dilakukan

dengan cara membandingkan nilai sig. t hitung yang diperoleh

dengan tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05.

Pengujian hipotesis secara parsial ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel IV.8 Uji Parsial Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) -3.406 .653 -5.218 .000 ln_roe .572 .176 .390 3.256 .002 ln_qr .911 .274 .410 3.322 .002 ln_MVEB

VE .142 .097 .181 1.462 .151 Sumber : Hasil Olah Data SPSS


(60)

bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan variabel

ROE terhadap variabel Dividen Kas.

2) Variabel QR mempunyai P value < 0,05 hal ini menunjukkan

bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan variabel

QR terhadap variabel Dividen Kas.

3) Variabel MVEBVE mempunyai P value > 0,05 hal ini

menunjukkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang

signifikan variabel MVEBVE terhadap variabel Dividen Kas.

d. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur proporsi variasi

variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai R²

yang digunakan adalah adjusted R2 karena ini merupakan salah

satu indikator untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel

independen ke dalam suatu persamaan regresi.

Dari hasil pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan

adjusted R2 sebesar 0,327 hal ini menunjukkan bahwa sebesar 32,7 %

variasi dari dividen kas dapat diterangkan oleh variabel ROE, QR,

dan IOS (MVEBVE) sedangkan 67,73% diterangkan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi.

B. Pembahasan

Hasil regresi menujukkan bahwa profitabilitas (ROE) berpengaruh


(61)

perusahaan (pemegang saham) dan para calon investor dalam suatu

perusahaan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil

yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan

pemilik dan investor. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang

diperoleh perusahaan akan mengakibatkan semakin besar dividen yang akan

dibagikan dan sebaliknya. Profitabilitas merupakan variabel independen yang

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Laba inilah

yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen

tunai ataupun dividen saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Suharli (2007), Juma’h (2008), serta Vianita dan Amperaningrum (2009).

Variabel likuiditas (QR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

dividen kas, QR dapat mengukur likuiditas yang diartikan sebagai

kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya.

Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian Suharli (2007), Jum’ah (2008),

serta Vianita dan Amperaningrum (2009).

Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah variabel set kesempatan

investasi/IOS (MVEBVE) tidak berpengaruh terhadap dividen kas, yang

berarti bahwa pertimbangan kebijakan dividen kas tidak berdasarkan atas set

kesempatan investasi. Kebijakan dividen kas dalam penelitian ini tidak

dipengaruhi oleh set kesempatan investasi perusahaan. Kesempatan

pengembangan aset perusahaan dengan program investasi dimasa mendatang


(62)

penelitian Suharli (2007) dan Tjandra (2005) dimana set kesempatan

investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen kas perusahaan.

Secara simultan variable ROE, QR dan IOS (MVEBVE) berpengaruh

terhadap dividen kas, dan yang paling mempengaruhi dividen kas secara

signifikan adalah variabel ROE untuk mengukur profitabilitas perusahaan.

Dividen merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham.

Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham biasanya dalam bentuk

uang tunai (kas) dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Pada

dividen kas berarti perusahaan harus mengeluarkan uang tunai, yang hanya

bisa dilakukan kalau kondisi kas perusahaan sedang baik. Pembayaran dalam

bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain,

karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh, ROE, QR

dan IOS (MVEBVE) terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2008.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis data dan uji hipotesis penelitian serta

pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Secara parsial variabel profitabilitas (ROE) dan likuiditas (QR)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen kas,

sedangkan set kesempatan investasi/IOS (MVEBVE) tidak berpengaruh

secara signifikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Suharli

(2007), Juma’h (2008), serta Vianita dan Amperaningrum (2009) yang

menyatakan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap

kebijakan dividen kas. Namun penelitian atas variabel IOS (MVABVE)

tidak mendukung penelitian sebelumnya yaitu Tjandra (2005).

2. Secara simultan variable ROE, QR dan IOS (MVEBVE) berpengaruh

terhadap dividen kas. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa ROE adalah

variable yang paling berpengaruh terhadap dividen tunai. Hasil penelitian

ini mendukung penelitian Tjandra (2005) serta Suharli (2007) dimana


(64)

B. Keterbatasan Penelitian

Berberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sedikitnya jumlah sampel yang bisa digunakan dianggap kurang

representatif.

2. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan yang relatif

pendek, yaitu hanya satu tahun periode saja.

C. Saran-saran

Saran-saran untuk penelitian lebih lanjut antara lain sebagai berikut:

1. Perode pengamatan perlu diperpanjang untuk memberikan gambaran yang

lebih konsisten dengan penelitian selanjutnya.

2. Penelitian selanjutnya dalam mengelompokkan perusahaan sebaiknya

didasarkan atas dukungan teori yang lebih kuat dan memperhatikan

kosistensi ukuran perusahaan. Perusahaan yang tidak konsisten dalam


(1)

commit to user

Tabel IV.7 Uji Simultan

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 51.841 3 17.280 8.938 .000(a)

Residual 88.932 46 1.933

Total 140.774 49

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari hasil pengujian secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa variabel ROE, QR dan MVEBVE secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Kas.

c. Pengujian Parameter Individual

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Pengujian secara parsial dilakukan dengan cara membandingkan nilai sig. t hitung yang diperoleh dengan tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05.

Pengujian hipotesis secara parsial ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel IV.8 Uji Parsial Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -3.406 .653 -5.218 .000

ln_roe .572 .176 .390 3.256 .002

ln_qr .911 .274 .410 3.322 .002

ln_MVEB

VE .142 .097 .181 1.462 .151

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari tabel IV.8 dapat diperoleh kesimpulan :


(2)

commit to user

bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan variabel ROE terhadap variabel Dividen Kas.

2) Variabel QR mempunyai P value < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan variabel QR terhadap variabel Dividen Kas.

3) Variabel MVEBVE mempunyai P value > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel MVEBVE terhadap variabel Dividen Kas. d. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur proporsi variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai R² yang digunakan adalah adjusted R2 karena ini merupakan salah satu indikator untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi.

Dari hasil pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan

adjusted R2 sebesar 0,327 hal ini menunjukkan bahwa sebesar 32,7 %

variasi dari dividen kas dapat diterangkan oleh variabel ROE, QR, dan IOS (MVEBVE) sedangkan 67,73% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi.

B. Pembahasan

Hasil regresi menujukkan bahwa profitabilitas (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas, jika ROE meningkat maka dividen kas akan semakin besar, karena daya tarik utama bagi pemilik


(3)

commit to user

perusahaan (pemegang saham) dan para calon investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemilik dan investor. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkan semakin besar dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya. Profitabilitas merupakan variabel independen yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Laba inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Suharli (2007), Juma’h (2008), serta Vianita dan Amperaningrum (2009).

Variabel likuiditas (QR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas, QR dapat mengukur likuiditas yang diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian Suharli (2007), Jum’ah (2008), serta Vianita dan Amperaningrum (2009).

Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah variabel set kesempatan investasi/IOS (MVEBVE) tidak berpengaruh terhadap dividen kas, yang berarti bahwa pertimbangan kebijakan dividen kas tidak berdasarkan atas set kesempatan investasi. Kebijakan dividen kas dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh set kesempatan investasi perusahaan. Kesempatan pengembangan aset perusahaan dengan program investasi dimasa mendatang belum menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam menentukan kebijakan dividen kasnya. Hasil penelitian ini tidak mendukung


(4)

commit to user

penelitian Suharli (2007) dan Tjandra (2005) dimana set kesempatan investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen kas perusahaan.

Secara simultan variable ROE, QR dan IOS (MVEBVE) berpengaruh terhadap dividen kas, dan yang paling mempengaruhi dividen kas secara signifikan adalah variabel ROE untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Dividen merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham biasanya dalam bentuk uang tunai (kas) dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Pada dividen kas berarti perusahaan harus mengeluarkan uang tunai, yang hanya bisa dilakukan kalau kondisi kas perusahaan sedang baik. Pembayaran dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada suatu perusahaan.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh, ROE, QR dan IOS (MVEBVE) terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2008.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis data dan uji hipotesis penelitian serta pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Secara parsial variabel profitabilitas (ROE) dan likuiditas (QR)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen kas, sedangkan set kesempatan investasi/IOS (MVEBVE) tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Suharli (2007), Juma’h (2008), serta Vianita dan Amperaningrum (2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen kas. Namun penelitian atas variabel IOS (MVABVE) tidak mendukung penelitian sebelumnya yaitu Tjandra (2005).

2. Secara simultan variable ROE, QR dan IOS (MVEBVE) berpengaruh

terhadap dividen kas. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa ROE adalah variable yang paling berpengaruh terhadap dividen tunai. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Tjandra (2005) serta Suharli (2007) dimana kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh provitabilitas dan diperkuat oleh likuiditas perusahaan.


(6)

commit to user

B. Keterbatasan Penelitian

Berberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sedikitnya jumlah sampel yang bisa digunakan dianggap kurang

representatif.

2. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan yang relatif pendek, yaitu hanya satu tahun periode saja.

C. Saran-saran

Saran-saran untuk penelitian lebih lanjut antara lain sebagai berikut:

1. Perode pengamatan perlu diperpanjang untuk memberikan gambaran yang

lebih konsisten dengan penelitian selanjutnya.

2. Penelitian selanjutnya dalam mengelompokkan perusahaan sebaiknya

didasarkan atas dukungan teori yang lebih kuat dan memperhatikan kosistensi ukuran perusahaan. Perusahaan yang tidak konsisten dalam ukuran perusahaan sebaiknya dikeluarkan dari sampel.