WARGA SEKITAR TAPAK TAPAK, SUNGAI DELI DAN

3.2 WARGA SEKITAR TAPAK

Pada saat survei lapangan di tapak bagian Utara kami bertemu dengan seorang Ibu rumah tangga, Beliau ini adalah salah satu warga yang tinggal di bangunan dalam tapak ini, dari Beliau Kami mendapat info bahwa dulunya tapak bagian Utara ini merupakan pemukiman warga dan telah di gusur yang kata Beliau alasan mereka di gusur karena bakal adanya sebuah proyek milik keponakan Mantan Presiden Soeharto namun tidak tahu kenapa proyek ini tidak terlaksana hingga sekarang, sehingga masyarakat tidak banyak yang mau menempati daerah tersebut. Info ini kami dapat secara tidak sengaja ketika salah seorang dari kelompok kami A ndrias mengungkapkan kata “gusur” dan terdegar oleh Beliau, Beliau lalu bertanya dengan mimik wajah yang khawatir kepada kami tentang siapa dan apa tujuan kami, tidak berlangsung lama sang Ibu pun bercerita seperti di atas. Pada tapak bagian Selatan merupakan tapak yang bisa di akses dari Jalan Bandur ini merupakan kawasan padat bangunan, dari sisi yang kami lihat kebanyakan warga di sini cenderung labih tertutup, ini terlihat dari keadaan bangunan yang sepertinya kebanyakan pemiliknya adalah beretnis Tionghoa, di tapak bagian ini juga banyak rumah warga yang tidak di berpenghuni, di karenakan tidak ada warga yang bisa kami ajak untuk berbicara Saya mengira rumah rumah disini di tinggalkan karena sering terkena banjir, Saya berfikir demikian karena bagian tapak ini merupakan tapak terendah terhadap permukaan sungai. Tapak bagian Timur, pada saat Kami survei lapangan di bagian tapak ini secara tidak sengaja kami bertemu dengan seseorang yang beretnis Tamil, orang yang sangat ramah, saat kami bertanya tentang bisa tidaknya sepeda motor masuk ke tapak ini, Beliau malah menjawab dengan sangat antusias, dengan tidak lupa menujukkan kartu Ikatan Universitas Sumatera Utara Mahasiswa Arsitektur kebetulan kartu Mahasiswa Saya tidak ada, Beliau malah menawari untuk menjadi narasumber kami, tanpa kami tanya dan tentunya tanpa dibayar. Tidak tahu kenapa semenjak kami memberitahu bahwa kami adalah Mahasiswa Arsitektur Universitas Sumatera Utara, Beliau ini jadi menggunakan bahasa Inggris. Tapak bagian Timur ini merupakan kawasan pemukiman yang lebih banyak dihuni oleh warga yang beretnis Tamil tapak ini dapat diakses dari Jalan Mangkubumi, kawasan ini juga biasa dikenal dengan sebutan Kampung Kubur. Warga Kampung Kubur sepertinya sangat memperhatikan kami, Saya berpikir kemungkinan jarang sekali orang luar masuk ke perkampungan ini sehingga kami sedikit canggung, sepanjang yang Saya lihat, warga di sekitar tapak ini banyak yang berkumpul- kumpul bercerita di beberapa tempat. Dengan ditemani bang Apoy kami dibawa melihat makam tua yang menurut Beliau adalah makam seorang saudara dekat sang Sultan Deli, di tapak Kampung Kubur ini juga ada beberapa tempat sembahyang ummat Hindu dimana masyarakat sekitar kebanyakan beragama Hindu. Kampung Kubur ini sebenarnya sudah di direlokasi oleh Pemerintah karena sudah banyak rumah warga yang melewati sempadan sungai, beberapa bekas rumah juga terlihat sudah rata dengan tanah dan ditinggalkan oleh penghuninya dan beberapa juga terlihat dibangun kembali dengan bangunan semi permanent namun tidak sedikit rumah yang masih berdiri dengan megahnya. Setelah beberapa lama melihat keadaan warga sekitar kami langsung dibawa bang Apoy menuju sungai, menurut penuturan Beliau warga Tamil di Kampung Kubur ini dahulunya berada disini dikarenakan sungai Deli, orang Tamil biasanya memilih untuk tinggal di tepian sungai sama halnya dengan masyarakat di India yang tinggal di tepian sungai Gangga zaman dahulu. Pada tahun 1970-an saat masa kanak-kanak bang Apoy, dahulunya sungai Deli ini sanagat bersih dan sedikit lebih besar dari sekarang, masih jelas teringat Beliau masa Universitas Sumatera Utara kanak – kanak Beliau di habiskan bermain di sungai Deli, sungai Deli juga dulunya digunakan untuk kebutuhan sehari hari seperti, mandi, menyuci dan sebagainya. Air sungai dulunya sangat jernih bahkan kadang-kadang ikan terlihat berenang melawan derasnya arus Sungai Deli, masih menurut Beliau dahulu ikan di Sungi Deli ini besar- besar dan banyak jenisnya serta bisa dikonsumsi tidak seperti sekarang ikan disini kebanyakan ikan sapu-sapu yang tidak bisa dikonsumsi dan tidak ada harganya, dari cara Beliau berbicara, menceritakan keindahan sungai Deli di masa lalu, sepertinya Beliau sangat mengimpikan keadaan sungai Deli bersih, jernih seperti masa lalu. Dibalik keramah-tamahan dan bahasa Inggris yang kacau, Beliau sangat kecewa terhadap masyarakat sekitar dan Pemerintah, banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap keadaan Sungai Deli, banyak masyarakat yang membuang sampah rumah tangganya ke sungai dan pemerintah sepertinya juga tidak mau ambil pusing dengan keadaan sungai, kurang tegasnya Pemerintah terhadap pembangunan di garis sempadan sungai juga sangat berdampak terhadap sungai, Beliau menunjuk beberapa rumah yang sudah berada di bibir sungai dan jumlahnya semakin banyak. Tidak terasa lama seakan terbawa suasana mendengar cerita bang Apoy waktu sudah semakin malam dan kami harus mengakhiri wawancara dengan narasumber. Dibalik carut-marut keadaan sungai, ketidakpedulian masyarakat, ketidakperhatian pemerintah ternyata masih ada orang-orang seperti bang Apoy yang masih memimpikan dan menginginkan sungai Deli kembali jernih dan bisa menjadi kebanggaan warga sekitarnya layaknya sungai Gangga di India. Universitas Sumatera Utara 15

BAB IV SURVEI LAGI, SURVEI LAGI, DAN TEMA DRAMATIS YANG HOROR