viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN
i
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI iv
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL
xii
PROLOG
1
Bab I Pendahuluan
2 1.1
Latar Belakang 2
1.2 Pembatasan Masalah
3 1.3
Metoda Pendekatan 4
1.4 Perumusan Masalah
4 1.5
Alasan Pemilihan Judul 4
Bab II Semester Akhir Awal Perancangan 6
7
Bab III Site, sungai Deli, dan The Great Apoy
10 3.1
Site, Sungai Deli 10
3.2 Warga Sekitaran Site
12
Bab IV Survey Lagi, Survey Lagi dan Tema Dramatis yang Horor
15
Bab V Persiapan Dan Pengumpulan Pertama
21 5.1
Magic Mountain Hotel 22
5.2 Hang Nga losmen
24 5.3
The Armadillo Convention and Exebiton Centre 25
5.4 Tiara Convention Centre
26
Universitas Sumatera Utara
ix
Bab VI Bentukan Masa Harus Move On
28
Bab VII Denah Tak Pernah Padam
33
Bab VIII Masih Berkaitan Dengannya
“Denah”
42
Bab IX Sidang Pertama yang Mengagumkan
44
Bab X Setelah Serangan Sidang 1
49
Bab XI Tambahan Lainnya
52
Bab XII Selamat Datang Sidang 2
55
Bab XII Sidang 2
58
KESIMPULAN 64
EPILOG 66
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN 68
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR GAMBAR
Bab III
Gambar 2.1 Lokasi Site 10
Gambar 2.2 Pembagian Site 11
Bab IV
Gambar 4.1 Tata Guna Lahan 15
Gambar 4.2 Analisa Sirkulasi 16
Gambar 4.2 Analisa Vegetasi dan Signage 16
Gambar 4.4 Analisa View Keluar Site 17
Gambar 4.5 Foto Maket Kawasan 18
Bab V
Gambar 5.1 Gambar Magic Mountain 23
Gambar 5.2 Hang Nga losmen 23
Gambar 5.3 The Armadillo Convention and Exhibition Center 24
Gambar 5.4 Tiara Convention Center 25
Bab VI
Gambar 6.1 Konsep Bentukan Massa Pertama 27
Gambar 6.2 Konsep Bentukan Massa yang Diterima 31
Bab VII
Gambar 7.1 Zoning Fungsi Ruang 37
Bab IX
Gambar 9.1 Poster Presentasi Sidang 1 47
Bab XI
Gambar 11.1 Detail Konsep 52
Bab XIII
Gambar 13.1 Poster presentasi Sidang 2 57
Universitas Sumatera Utara
xi Gambar 13.2 Poster presentasi Sidang 2
58 Gambar 13.3 Poster presentasi Sidang 2
59 Gambar 13.4 Foto Maket
62
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR TABEL
Bab VII Table 7.1 Program Ruang
32
Universitas Sumatera Utara
1
PROLOG “A RIVER RUNS THROUGH IT”
Dalam konteks kota-kota di Indonesia kawasan muka sungai riverfront merupakan kawasan yang paling identik dengan tapak terlantar, tidak tertata dan kumuh.
Daerah sempadan sungai yang seharusnya bebas struktur fisik kerap diisi oleh bangunan atau fungsi yang tidak legal. Kenyataan ini diperburuk dengan kecenderungan masyarakat
yang menjadikan sungai sebagai daerah belakang, yang berfungsi sebagai sasaran akhir berbagai sistim pembuangan. Lebih ironi lagi perilaku ini ternyata tidak hanya ditemukan
di lingkungan kumuh. Menjadikan sungai sebagai daerah belakang sudah jamak ditemukan di berbagai lingkungan masyarakat dan fungsi-fungsi perkotaan: formal dan
informal, bahkan fungsi pemerintahan yang seharusnya menjadi teladan. Berbagai upaya mengembalikan fungsi sungai sebagai daerah muka, dan memperbaiki kondisi fisiknya
sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Program kali bersih belum menampakkan prospek yang menjanjikan. Kondisi di lapangan yang memang sudah
cukup parah nampaknya tidak akan dapat diperbaiki hanya melalui program yang bersifat sektoral. Penggunaan dan pembangunan yang tidak terkendali di daerah sempadan sungai
merupakan kondisi nyata di lapangan yang mengindikasikan kompleksitas permasalahn yang harus diatasi.
Berbagai upaya mengembalikan fungsi sungai sebagai daerah muka, dan memperbaiki kondisi fisiknya sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Program
kali bersih belum menampakkan prospek yang menjanjikan. Kondisi di lapangan yang memang sudah cukup parah nampaknya tidak akan dapat diperbaiki hanya melalui
program yang bersifat sektoral. Penggunaan dan pembangunan yang tidak terkendali di daerah sempadan sungai merupakan kondisi nyata di lapangan yang mengindikasikan
kompleksitas permasalahn yang harus diatasi.
Universitas Sumatera Utara
iv
ABSTRAK
Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, medan kini telah mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
peningkatan pembangunan, nilai sosial, ekonomi, budaya, serta politik. Pesatnya pembangunan kota dan maraknya kegiatan serta event bertaraf nasional hingga
internasional selaras dengan meningkatnya kebutuhan akan ruang pertemuan dan teman rekreasi terbuka. Sebagai kota yang besar selayaknya medan memfasilitasi kegiatan,
event dan rekreasi warga kotanya. The Wild Forest Atmosphere at The Convention and Recreation bertujuan untuk
memfasilitasi pertemuan dan kegiatan bertaraf nasional hingga internasional serta menjadi ruang terbuka hijau kota medan dan menjadi daerah hutan resapan sungai deli.
Konsep dari bangunan sendiri mengexplorasi tentang hutan Indonesia yang menghasilkan rancangan bersuasana layaknya alam liar yang memiliki pepohonan, sungai
dan bangunan yang berbentuk gunung. Suasana dan bentuk bangunan yang kontras dengan keadaan di sekitarnya diyakini bisa menjadi sebuah urban landmark baru di kota
Medan. Keyword : urban landmark, sungai, hutan liar.
Universitas Sumatera Utara
v
ABSTRACT
As the third largest city in Indonesia, now Medan has experienced growth and improvement in all aspects of life, including part of the increase in development, social,
economic, cultural, and political. The rapid development of the city and the rise of national activities and events up to international standard, in line with the increasing
demand for meeting rooms and open recreation friend. As a large city should facilitate field activities, events and recreation of their population.
The Wild Forest atmosphere at The Convention and Recreation aims to facilitate the activities and meetings of international and national, level and to become a city open
space and into a river catchment areas deli river. The concept of building our own exploring of Indonesian forests that produce
designs like the atmosphere of the wild nature that has trees, river and mountain-shaped building. The atmosphere and the shape of the building contrasts with the situation in the
surrounding urban believed to be a new landmark in the city of Medan.
Keyword : urban landmark, river, wild forest.
Universitas Sumatera Utara
2
BAB I PENDAHULUAN