Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 6,91 yoy menjadi 7,09 yoy. Namun di sisi lain, terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan pada kelompok sandang, yaitu dari 7,31 yoy pada triwulan I-2009 menjadi 2,17 yoy pada triwulan I-2010. Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa , yoy

2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan I-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut : Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya tercatat sebesar 7,09, sementara pada triwulan IV-2009 yang sebesar 6,91. Peningkatan laju inflasi ini didorong oleh peningkatan laju inflasi yang cukup siginifikan pada subkelompok jasa pendidikan, yang diperkirakan karena kenaikan biaya pendidikan yang mencapai 13,24 yoy. Kondisi ini berbeda dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 5,08 yoy. Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Bahan Makanan 17.27 21.16 18.30 21.45 13.17 4.14 3.38 3.60 2.69 Makanan Jadi 8.67 10.37 14.10 14.46 11.97 10.63 6.74 6.23 6.22 Perumahan 5.04 9.30 11.91 11.13 9.34 4.66 3.26 3.55 3.48 Sandang 13.87 13.53 11.89 11.32 11.12 7.65 6.92 7.31 2.17 Kesehatan 4.34 7.65 8.96 11.11 10.21 6.51 3.89 2.86 2.98 Pendidikan 6.19 6.07 3.16 3.72 3.55 3.46 4.66 6.91 7.09 Transpor 0.31 7.82 7.84 5.29 1.77 5.01 4.72 2.32 1.18 UMUM TOTAL 8.13 11.92 12.29 12.40 9.01 3.80 2.70 3.39 3.46 Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007 2009 2008 KETERANGAN ‐ 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga 27 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 Apabila meninjau pergerakan inflasi yoy secara bulanan untuk periode triwulan I- 2010, sebenarnya relatif stabil, namun terjadi kenaikan inflasi pada sub kelompok pelengkapan-peralatan pendidikan dan olahraga. Sedangkan untuk sub kelompok rekreasi cenderung menurun sejak bulan Februari seiring dengan berakhirnya masa liburan sekolah. Kelompok Makanan Jadi-Minuman- Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya tercatat sebesar 6,22 yoy pada triwulan laporan, relatif stabil jika dibandingkan dengan triwulan IV-2009 yang sebesar 6,23. Cukup stabilnya laju inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh adanya peningkatan laju inflasi pada sub kelompok makanan jadi yaitu dari 5,27 yoy pada triwulan IV-2009 menjadi 5,69 yoy. Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini dipicu oleh naiknya harga komoditas beras karena adanya kenaikan HPP beras. Namun diimbangi dengan melemahnya inflasi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, dimana pada periode sebelumnya sebesar 11,89 yoy yang menurun menjadi 10,95 yoy. Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi Jika menganalisa pergerakan inflasi yoy perbulannya, maka didapati bahwa laju inflasi subkelompok minuman tidak beralkohol cenderung menurun sejak bulan Februari, yang diperkirakan karena pengaruh penurunan harga pada komoditas gula meskipun masih pada level yang cukup tinggi. Kemudian untuk inflasi subkelompok makanan jadi, pergerakannya relatif stabil meski sempat menurun pada bulan Februari yang diperkirakan karena pengaruh penurunan harga pada beberapa komoditas bahan baku makanan jadi tersebut, seperti daging, namun pada bulan berikutnya kembali mengalami peningkatan laju inflasi. Kedua hal tersebut, kemudian saling menyeimbangkan sehingga pada akhir periode triwulan I-2010 ‐2 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau 28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 inflasi untuk kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau menjadi relatif stabil. Akan tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama satu tahun lalu, maka secara umum telihat bahwa telah terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan dimana secara yoy, laju inflasi triwulan I-2009 pada kelompok ini mencapai 11,97 yoy Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng Mie Gula Pasir Nasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas- Bahan Bakar, relatif mengalami perlambatan laju inflasi yaitu dari 3,55 pada triwulan IV- 2010 menjadi sebesar 3,48 yoy. Perlambatan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh perlambatan inflasi yang terjadi pada subkelompok perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,27 yoy pada triwulan laporan dimana pada triwulan IV-2009 laju inflasinya sebesar 3,11 yoy. Perlambatan ini diperkirakan karena menurunnya harga terutama pada komoditas barang elektronik rumah tangga, seperti lemari es, air conditioner dan rice cooker . Selain itu, subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga mengalami ‐4 ‐3 ‐3 ‐2 ‐2 ‐1 ‐1 1 1 2 6.800 6.900 7.000 7.100 7.200 7.300 7.400 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Ayam Goreng yoy ‐ a.kanan ‐40 ‐35 ‐30 ‐25 ‐20 ‐15 ‐10 ‐5 ‐ 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Mie yoy ‐ a.kanan 10 20 30 40 50 60 70 ‐ 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Gula Pasir yoy ‐ a.kanan ‐4 ‐2 2 4 6 8 10 12 6.400 6.600 6.800 7.000 7.200 7.400 7.600 7.800 8.000 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Nasi yoy ‐ a.kanan Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar 29 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 perlambatan laju inflasi, dari 4,39 yoy pada triwulan IV-2009 menjadi 3,19 yoy pada triwulan I-2010. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok ini diperkirakan karena terjadi penurunan harga pada beberapa komoditas seperti sabun cuci dan pembersih lantai. Di sisi lain, terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air dimana pada triwulan I-2010 mencapai 7,32 yoy sedangkan pada periode sebelumnya masih sebesar 6,68 yoy. Kenaikan inflasi pada diperkirakan masih dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak tanah karena adanya program konversi ke gas elpiji. Dimana dengan adanya program konversi tersebut mendorong kenaikan harga pada minyak tanah sejalan dengan dicabutnya subsidi minyak tanah. Subkelompok biaya tempat tinggal juga menunjukkan peningkatan laju inflasi, yaitu dari 2,01 yoy menjadi 2,30, yang diperkirakan dipicu oleh kenaikan harga pada beberapa bahan bangunan, seperti semen dan besi beton. Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan Apabila inflasi year on year ditinjau pergerakannya secara bulanan, secara umum hampir semua subkelompok mengalami kenaikan inflasi pada bulan Januari dan kemudian melambat dibulan berikutnya sampai dengan Maret. Sub kelompok bahan bakar-penerangan dan air mengalami inflasi sebesar 7,32 yoy pada Maret dimana telah melambat jika dibandingkan dengan inflasi pada bulan Februari yaitu sebesar 7,64 yoy. Kemudian sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga relatif mengalami perlambatan sejak Februari 2010. Selain itu, sub kelompok biaya tempat tinggal juga memiliki pola yang hampir serupa dimana pada bulan Januari mengalami inflasi sebesar 3,05 yoy yang kemudian melambat pada bulan berikutnya hingga pada bulan Maret tercatat 2,30 yoy. Kenaikan inflasi diawal tahun diduga karena adanya penyesuaian harga-harga kebutuhan rumah tangga di awal tahun. Misalnya biaya sewa rumah dan bahan bangunan. ‐ 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah 30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan tercatat relatif mengalami kenaikan laju inflasi tahunan. Pada triwulan IV-2009, laju inflasi kelompok ini sebesar 2,86 yoy, yang kemudian naik menjadi sebesar 2,98 pada triwulan laporan. Kenaikan inflasi pada triwulan laporan ini didorong oleh sebagian besar subkelompoknya kecuali subkelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani. Namun untuk subkelompok obat-obatan dan perawatan jasmani dan kosmetika mengalami perlambatan inflasi pada triwulan I-2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketika melihat pergerakan inflasi yoy secara bulanan, maka subkelompok yang terus mengalami peningkatan inflasi sejak bulan Januari hingga bulan Maret 2010 adalah subkelompok jasa kesehatan, dimana pada Januari 2009 tercatat inflasinya sebesar 4,91 yoy dan pada Maret menjadi 6,49 yoy. Kondisi ini diduga karena pengaruh kondisi cuaca yang relatif kurang kondusif bagi kesehatan sehingga mendorong terjadinya peningkatan permintaan jasa kesehatan. Selain itu, pada subkelompok jasa perawatan jasmani yang inflasinya sempat melambat pada Januari 2010 5,79; yoy pada bulan Maret 2010 naik menjadi sebesar 6,81 yoy. Sedangkan untuk subkelompok obat-obatan yang cenderung mengalami peningkatan laju inflasi sejak awal triwulan I-2010 1,81 pada Januari 2010 dan 1,93 pada Februari 2010, kemudian melambat hingga menjadi 1,02 yoy. Peningkatan laju inflasi yang sesaat pada subkelompok ini diperkirakan karena adanya penetapan HET Harga Eceran Tertinggi untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010. Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ‐2 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan 31 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunannya pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2009. Perlambatan tersebut diduga terjadi karena terdapat deflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan, lemak-minyak, ikan segar, ikan diawetkan dan daging-hasilnya. Sedangkan di sisi lain, peningkatan laju inflasi tersebut didorong oleh inflasi pada subkelompok buah-buahan, padi-padian, umbi-umbian-hasilnya dan sayur- sayuran, yang secara umum diperkirakan karena faktor kekurangan pasokan akibat belum datangnya masa panen dan adanya kenaikan HPP Harga Pembelian Pemerintah beras per 1 Januari 2010. Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Cabe Rawit Daging Ayam Ras Beras Bandeng Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, laju inflasi bumbu-bumbuan pada awal triwulan I-2010 masih mengalami inflasi hingga 17,67 yoy yang kemudian mulai melambat pada bulan berikutnya hingga akhirnya deflasi pada bulan ‐ 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 1 2 3 4 1 2009 2010 Cabe Rawit ‐15 ‐10 ‐5 5 10 15 20 25 30 ‐ 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Daging Ayam Ras yoy ‐ a.kanan 5 10 15 20 25 ‐ 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Beras yoy ‐ a.kanan ‐5 5 10 15 20 25 ‐ 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Ikan Bandeng yoy ‐ a.kanan Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan 32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 Maret 2010 menjadi sebesar -9,22 yoy. Selain itu subkomoditas ikan segar juga mengalami pola yang sama, dimana pada Januari 2010 masih inflasi sebesar 2,3 yoy, namun kemudian pada bulan berikutnya terjadi deflasi yang cukup signifikan pada subkelompok ini yaitu menjadi -6,65 yoy dan akhirnya pada akhir triwulan I-2010 masih mengalami deflasi meski tidak sebesar bulan sebelumnya yaitu -4,02 yoy. Hal tersebut diperkirakan karena faktor cuaca yang sudah mulai membaik pada awal tahun 2010 untuk perikanan tangkap sehingga hasil tangkapan nelayan menjadi relatif berlimpah. Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kelompok Sandang, mengalami perlambatan inflasi dimana pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 2,17 yoy, lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yaitu sebesar 7,31. Perlambatan laju inflasi pada triwulan ini disebabkan oleh perlambatan inflasi yang terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ‐5 5 10 15 20 25 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah ‐2 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang 33 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas Makassar Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, mengalami inflasi yang cukup besar yaitu 1,18 yoy pada triwulan laporan, jika dibandingkan dengan triwulan IV- 2009 yang mengalami deflasi sebesar 2,32 yoy. Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini diperkirakan dipicu oleh sub kelompok transpor dimana pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 3,20 yoy yang kemudian naik menjadi 1,51 pada triwulan I-2010. Hal ini diprediksi karena terjadi kenaikan harga minyak yang kemudian memicu terjadinya kenaikan biaya tiket pesawat udara, terutama fuel surcharge. Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi Jika menganalisa inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan, peningkatan laju inflasi pada subkelompok transport mulai mengalami peningkatan inflasi cukup signifikan pada bulan Februari 2010, yaitu mencapai 2,42 yoy jika dibandingkan dengan Desember 2009 -0,42; yoy dan kemudian mulai melambat pada akhir triwulan I- 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 ‐ 50 100 150 200 250 300 2 3 4 1 2 3 4 1 2009 2010 Rp Ri b u a n Emas Perhiasan yoy ‐ a.kanan 500 600 700 800 900 1.000 1.100 1.200 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2008 2009 2010 Troy oz Harga Emas 10 ‐ 10 20 30 40 50 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan 34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 2010 yang tercatat sebesar 1,51 yoy. Namun di sisi lain cenderung terjadi perlambatan sejak Februari 2010 5,59; yoy untuk subkelompok sarana dan penunjang transpor, dimana pada Januari mencapai 7,30 dan akhirnya melambat hingga sebesar 4,93 pada akhir triwulan I-2010. 35 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 Bab 3 Perkembangan Perbankan Sejak Januari 2010 diberlakukan pelaporan data bank dengan menggunakan sistem Basel II yang mekanisme pelaporannya tersentralisasi dan online kepada Bank Indonesia secara terpusat. Oleh karena itu pada analisa kajian perbankan untuk periode triwulan I- 2010, data-data yang disajikan masih bersifat sementara dan juga metode analisa time series yang biasa digunakan akan relatif lebih terbatas sehubungan dengan masa transisi perubahan sistem pelaporan dari LBU 2000 menjadi Basel II. Secara month to month, kinerja perbankan Sulawesi Selatan per Februari 2010 relatif menurun jika dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari aset, dana pihak ketiga DPK yang tumbuh negatif. Namun di sisi lain, fungsi intermediasi bank dalam menyalurkan kredit masih berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit yang positif. Begitu juga untuk Loan to Deposit Ratio LDR perbankan Sulawesi Selatan masih relatif baik dan tercatat di atas 100. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross NPLs juga menunjukkan kondisi yang relatif baik. Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Bank Umum Sulawesi Selatan Catatan: Sejak Januari 2010 pencatatan data perbankan menggunakan Basel II

3.1 Perkembangan Bank Umum Konvensional dan Syariah