BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Umum
Diagram Alir Pembuatan Beton Normal dan Beton dengan tambahan serat kaleng dan fly ash
PERSIAPAN BAHAN PEMERIKSAAN BAHAN
MIX DESIGN
PENGECORAN PENGERINGAN
24 JAM
PERENDAMAN
1. BASAH 2. AWAL BASAH 7 HARI
3. AWAL KERING 7 HARI
PENGUJIAN
1. KUAT TEKAN 2. KUAT TARIK BELAH
3. ABSORBSI 4. POLA RETAK
HASIL DAN KESIMPULAN SELESAI
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Beton Normal dan Beton dengan bahan serat kaleng
dan fly ash
3.2. Bahan-bahan Penyusun Beton 3.2.1. Semen Portland
Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen tipe I yang diproduksi oleh PT. SEMEN PADANG dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2. Agregat Halus
Agregat halus pasir yang dipakai dalam campuran beton diperoleh dari quarry Sei Wampu , Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus
meliputi :
Analisa ayakan pasir
Pemeriksaan kadar lumpur pencucian pasir lewat ayakan no.200
Pemeriksaan kandungan organik colometric test
Pemeriksaan kadar liat clay lump
Pemeriksaan berat isi pasir
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi pasir
Analisa Ayakan Pasir
a. Tujuan :
Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus kehalusan pasir FM
b. Hasil pemeriksaan : Modulus kehalusan pasir FM : 2,62
Universitas Sumatera Utara
Pasir dapat dikategorikan pasir sedang. c. Pedoman :
100 mm
0.15 ayakan
hingga tertahan
Komulatif FM
=
Berdasarkan nilai modulus kehalusan FM, agregat halus dibagi dalam beberapa kelas, yaitu :
Pasir halus
: 2.20 FM 2.60
Pasir sedang : 2.60 FM 2.90
Pasir kasar : 2.90 FM 3.20
Pencucian Pasir Lewat Ayakan no.200
a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 1,9 5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan
melebihi 5 dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 5 maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Kandungan Organik
a. Tujuan : Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir.
Universitas Sumatera Utara
b. Hasil pemeriksaan : Warna kuning terang standar warna no.3, memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Standar warna no.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan organik pada
pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.
Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir
a. Tujuan : Untuk memerisa kandungan liat pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan liat 0.49 1 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1 dari berat
kering. Apabila kadar liat melebihi 1 maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Berat Isi Pasir
a. Tujuan : Untuk menentukan berat isi unit weight pasir dalam keadaan padat dan
longgar. b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1361,79 kgm
3
. Berat isi keadaan longgar : 1241,11 kgm
3
.
Universitas Sumatera Utara
c. Pedoman : Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara merojok lebih besar
daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi pasir maka kita dapat
mengetahui berat pasir dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir
a. Tujuan : Untuk menetukan berat jenis specific grafity dan penyerapan air absorbsi pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD : 2.48 tonm
3
.
Berat jenis kering : 2.46 tonm
3
.
Berat jenis semu : 2.53 tonm
3
.
Absorbsi : 1.32
c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan SSD
dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD Saturated Surface Dry dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering, keadaan
pasir kering dimana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana pasir basah total dengan pori-pori
penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi :
Universitas Sumatera Utara
Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.3. Agregat kasar
Agregat kasar batu pecah yang dipakai dalam campuran beton diperoleh dari
quarry sei Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat kasar meliputi :
Analisa ayakan batu pecah
Pemeriksaan kadar lumpur pencucian lewat ayakan no.200
Pemeriksaan keausan menggunakan mesin pengaus Los Angeles
Pemeriksaan berat isi batu pecah
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi batu pecah
Analisa Ayakan Batu Pecah
a. Tujuan : Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus
kehalusanfineness modulus FM kerikil. b.
Hasil pemeriksaan : 7.40 5.5 7.40 7.5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : 1.
2. Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan modulus kehalusan FM antara 5.5 sampai 7.5.
100 mm
0.150 ayakan
hingga tertahan
kumulatif FM
=
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan Kadar Lumpur Pencucian Kerikil Lewat Ayakan no.200
a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada kerikil.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 0.75 1 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat kasar tidak dibenarkan melebihi 1
ditentukan dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 1 maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles
a. Tujuan : Untuk memeriksa ketahanan aus agregat kasar.
b. Hasil pemeriksaan : Persentase keausan : 17.35 50
c. Pedoman : 1.
100 x
awal berat
akhir berat
awal berat
keausan −
=
2. Pada pengujian keausan dengan mesin pengaus Los Angeles, persentase keausan tidak boleh lebih dari 50.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan Berat Isi Batu Pecah
a. Tujuan : Untuk memeriksaan berat isi unit weight agregat kasar dalam keadaan padat
dan longgar. b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1741.28 kgm
3
Berat isi keadaan longgar : 1636,68 kgm
3
c. Pedoman : Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi batu pecah dengan cara merojok lebih
besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi batu pecah maka kita
dapat mengetahui berat batu becah dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah
a. Tujuan : Untuk menentukan berat jenis specific gravity dan penyerapan air absorbsi batu
pecah. b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD
: 2.51 tonm
3
Berat jenis kering
: 2.47 tonm
3
Berat jenis semu
: 2.57 tonm
3
Absorbsi
: 1.54
Universitas Sumatera Utara
c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat batu pecah dalam keadaan SSD
dengan volume batu pecah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD Saturated Surface Dry dimana permukaan batu pecah jenuh dengan uap air, keadaan batu pecah kering dimana
pori batu pecah berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana pasir basah total dengan pori penuh air. Absorbsi atau
penyerapan air adalah persentase dari berat batu pecah yang hilang terhadap berat batu pecah kering, dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi : Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.4. Air
Air yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah air yang berasal dari sumber air yang bersih. Secara pengamatan visual air yang dapat pembuatan beton yaitu air
yang jernih, tidak berwarna dan tidak mengandung kotoran-kotoran seperti minyak dan zat organik lainnya. Dalam penelitian ini air yang dipakai adalah berasal dari PDAM
Tirtanadi, di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.
3.2.5. Serat Kaleng
Serat kaleng yang digunakan adalah serat buatan yang diolah dengan memotong limbah kaleng menjadi serat dengan ukuran panjang 2 mm dan lebar 1 mm. Limbah
kaleng ini sendiri merupakan kaleng bekas makanan atau minuman yang dapat kita
Universitas Sumatera Utara
jumpai di daerah sekitar kita Sebelum diolah, limbah-limbah kaleng terlebih dahulu dibersihkan untuk membuang lumpur dan sisa-sisa makanan atau minuman yang
terdapat pada kaleng bekas.
Gambar 3.2 Serat Kaleng 3.2.6.
Fly Ash
Abu terbang fly ash batubara adalah bahan yang berbutir halus yang bersifat apozzolanic yang merupakan bahan alami atau buatan yang diperoleh dari sisa
pembakaran batubara dan pabrik pembangkit panas. Abu terbang didapatkan dari sisa pembakaran batu bara di PLTU Labuhan Angin.
Gambar 3.3 Fly Ash
Universitas Sumatera Utara
3.3. Perencanaan Campuran Beton Mix Design