Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PERAWATAN

BAYI BARU LAHIR DI DESA SABUNGAN NIHUTA II

KECAMATAN SIPAHUTAR KABUPATEN

TAPANULI UTARA

SKRIPSI

oleh

IVAN SIMANJUNTAK 101101072

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PERAWATAN

BAYI BARU LAHIR DI DESA SABUNGAN NIHUTA II

KECAMATAN SIPAHUTAR KABUPATEN

TAPANULI UTARA

SKRIPSI

oleh

IVAN SIMANJUNTAK 101101072

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep). Adapun judul skripsi ini adalah ”Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara”.

Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Penyusunaan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, terkhusus kepada Ibu Nur Asiah S.Kep, Ns, M.Biomed, selaku dosen pembimbing penulis yang dengan sabar membimbing dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes, selaku Penasehat Akademik penulis selama perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU. Pegawai Adminitrasi yang sudah mengurusi administrasi penulis selama kuliah di Fakultas Keperawatan USU. Nur Asnah Sitohang S.Kep, Ns. M.Kep sebagai dosen penguji I dan Ibu Ellyta Aizar S.Kp, M.Biomed sebagai dosen penguji II buat bimbingannya dan masukannya yang berarti bagi penulis dan juga kepada Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS


(5)

penulis mengucapkan terimakasih buat bimbingannya selama sidang skripsi. Dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang Dinner Simanjuntak dan Mayam Trimauli br Siregar serta kakak, abang dan adikku (Denni, Jaya, Rade, Hotna, Elista dan Amri) dan juga semua keluargaku yang selalu memberi dukungan dan semangat selama ini baik secara moril maupun materil. Kepala Desa Sabungan Nihuta II Kosrizal Simatupang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar. Ibu-ibu di Desa Sabungan Nihuta II yang telah berpartisipasi menjadi responden penelitian ini, serta kepada teman-teman terbaikku yang telah mendukung dan memberi semangat Wendy Pradikta A.Md, Novika H Sembiring S.Kep, Hardiknas Siagian, S.Kep, Sartina, Tari, Friskawati sitompul, boby sibarani, Tantri M Rambe, Trionyta Sirait, Eunike Siregar dan semua teman-teman seperjuangan Ilmu Keperawatan S1 Reguler KBK Stambuk 2010 yang tidak dapat saya ucapkan satu per satu.

Penulis telah berupaya dengan sebaik mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2014


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3.Tujuan Penelitian... 4

1.4.Manfaat Penelitian... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengetahuan ... 6

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 6

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6

2.1.3. Tingkatan Pengetahuan ... 8

2.1.4. Pengukuran Pengetahuan ... 8

2.2. Sikap ... 9

2.2.1. Definisi Sikap ... 9

2.2.2. Komponen Sikap ... 9

2.2.3. Tingkatan Sikap ... 10

2.2.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 10

2.2.5. Pengukuran Sikap ... 11

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir ... 12

2.3.1. Memandikan Bayi ... 12

2.3.2. Perawatan Talipusat ... 13

2.3.3. Perawatan Kulit bayi ... 14

2.3.4. Mengganti popok dan membendong bayi ... 15

2.3.5. Menyusui Bayi ... 16

2.3.6. Imunisasi ... 17

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep penelitian ... 19

3.2. Variabel Penelitian ... 20

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 22

4.2. Populasi dan Sampel ... 22

4.2.1. Populasi ... 22

4.2.2. Sampel ... 22


(7)

4.4. Etika Penelitian ... 23

4.5. Instrumen Penelitian... 24

4.5.1. Kuesioner Data Demografi... 24

4.5.2. Kuesioner Pengetahuan ... 24

4.5.2. Kuesioner Sikap ... 25

4.6. Validitas dan Reabilitas ... 26

4.7. Pengumpulan data ... 27

4.8. Analisa Data ... 28

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.2. Pembahasan ... 40

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53 Lampiran

1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Lembar Etika Penelitian 4. Lembar Validitas Instrumen 5. Reliabilitas Instrumen 6. Tabulasi Data Penelitian

7. Lampiran Print Output Hasil Komputerisasi 8. Surat Pernyataan Keaslian Terjemahan 9. Lembar Izin Penelitian dari Fakultas

10.Lembar Izin Penelitian dari Kepala Desa Sabungan Nihuta 11.Jadwal Tentatif Penelitian

12.Taksasi Dana Penelitian 13.Lembar Bukti Bimbingan


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.2. Variabel penelitian ... 20 5.1. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden (n= 32) ... 31 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuan ibu

dalam memandikan bayi baru lahir (n= 32) ... 32 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuan ibu

dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir (n= 32) ... 33 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuan ibu

dalam perawatan kulit bayi baru lahir (n= 32) ... 34 5.5. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuan ibu

dalam mengganti popok dan membedong bayi baru lahir (n= 32) ... 35 5.6. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuan ibu

dalam pemberian ASI bayi baru lahir (n= 32) ... 36 5.7. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuan ibu

dalam imunisasi bayi baru lahir (n= 32) ... 37 5.8. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu

dalam perawatan bayi baru lahir (n= 32) ... 37 5.9. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban sikap ibu

dalam perawatan bayi baru lahir (n= 32) ... 39 5.10. Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu


(10)

Judul Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara

Penulis Ivan Simanjuntak

NIM 101101072

Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik 2014

ABSTRAK

Perawatan bayi baru lahir merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar bayi baru lahir tetap dalam keadaan sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan dengan design deskriptif, tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden, pengumpulan data dimulai tanggal 14 Februari 2014 sampai dengan 14 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas usia responden berada pada kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 22 responden (68,7%), bersuku Batak 29 responden (90,6%), beragama Kristen Protestan sebanyak 32 responden (100%), berpendidikan terakhir SMA 28 responden (87,5%) dan berkerja sebagai Petani sebanyak 21 responden (68,8%). Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II termasuk dalam kategori cukup sebanyak 20 responden (62,5%) sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II termasuk dalam kategori positif sebanyak 31 responden (96,9%). Disimpulkan bahwa pengetahuan ibu cukup dan sikap positif. Sikap positif yang tidak didasari pengetahuan yang baik dikhawatirkan tidak akan bertahan lama sehingga diperlukan adanya upaya peningkatan pengetahuan bagi ibu dalam perawatan bayi baru lahir, melalui petugas kesehatan dilingkungan dengan memberikan penyuluhan rutin dan membagi informasi-informasi terbaru yang tepat dan benar tentang perawatan bayi baru lahir.


(11)

Title Mother’s Knowledge and Attitudes in Newborn Care at Desa Sabungan Nihuta II Sipahutar District North Tapanuli Regency

Name Ivan Simanjuntak

NIM 101101072

Program Nursing Science Academic year 2014

ABSTRACT

Newborn care is an activity aimed to make baby always on healthy conditions. The purpose of this research is to describe mother’s knowledge and attitudes in newborn care at Desa Sabungan Nihuta II Sipahutar District North Tapanuli Regency. This research used descriptive design. Samples were taken by total sampling method of data collection as many as 32 respondents. The data was collected on February 14, 2014 until March 14, 2014. The results of this study showed that majority age’s of respondents in the group 20-35 years as many as 22 respondents (68,7%), Bataknese 29 respondents (90,6%), Protestant 32 respondents (100%), Senior High School as many as 28 respondents (87,5%), and worked as a farmer as many as 21 respondents (68,8%). Based on the results of this study, showed that the mother’s knowledge in newborn care at Desa Sabungan Nihuta II is good enough as many as 20 respondents (62,5%), mother’s attitude in newborn care at Desa Sabungan Nihuta II is positive as many as 31 respondents (96,9%). It can be concluded that mother’s knowledge in newborn care is good enough and mother’s attitude is positive. Positive attitude without good knowledge might be not long lasting, so it’s needed an effort to increase their knowledge in newborn care done by health worker’s by giving routine counseling and sharing new information about newborn care rightly.


(12)

Judul Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara

Penulis Ivan Simanjuntak

NIM 101101072

Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik 2014

ABSTRAK

Perawatan bayi baru lahir merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar bayi baru lahir tetap dalam keadaan sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilakukan dengan design deskriptif, tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden, pengumpulan data dimulai tanggal 14 Februari 2014 sampai dengan 14 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas usia responden berada pada kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 22 responden (68,7%), bersuku Batak 29 responden (90,6%), beragama Kristen Protestan sebanyak 32 responden (100%), berpendidikan terakhir SMA 28 responden (87,5%) dan berkerja sebagai Petani sebanyak 21 responden (68,8%). Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II termasuk dalam kategori cukup sebanyak 20 responden (62,5%) sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II termasuk dalam kategori positif sebanyak 31 responden (96,9%). Disimpulkan bahwa pengetahuan ibu cukup dan sikap positif. Sikap positif yang tidak didasari pengetahuan yang baik dikhawatirkan tidak akan bertahan lama sehingga diperlukan adanya upaya peningkatan pengetahuan bagi ibu dalam perawatan bayi baru lahir, melalui petugas kesehatan dilingkungan dengan memberikan penyuluhan rutin dan membagi informasi-informasi terbaru yang tepat dan benar tentang perawatan bayi baru lahir.


(13)

Title Mother’s Knowledge and Attitudes in Newborn Care at Desa Sabungan Nihuta II Sipahutar District North Tapanuli Regency

Name Ivan Simanjuntak

NIM 101101072

Program Nursing Science Academic year 2014

ABSTRACT

Newborn care is an activity aimed to make baby always on healthy conditions. The purpose of this research is to describe mother’s knowledge and attitudes in newborn care at Desa Sabungan Nihuta II Sipahutar District North Tapanuli Regency. This research used descriptive design. Samples were taken by total sampling method of data collection as many as 32 respondents. The data was collected on February 14, 2014 until March 14, 2014. The results of this study showed that majority age’s of respondents in the group 20-35 years as many as 22 respondents (68,7%), Bataknese 29 respondents (90,6%), Protestant 32 respondents (100%), Senior High School as many as 28 respondents (87,5%), and worked as a farmer as many as 21 respondents (68,8%). Based on the results of this study, showed that the mother’s knowledge in newborn care at Desa Sabungan Nihuta II is good enough as many as 20 respondents (62,5%), mother’s attitude in newborn care at Desa Sabungan Nihuta II is positive as many as 31 respondents (96,9%). It can be concluded that mother’s knowledge in newborn care is good enough and mother’s attitude is positive. Positive attitude without good knowledge might be not long lasting, so it’s needed an effort to increase their knowledge in newborn care done by health worker’s by giving routine counseling and sharing new information about newborn care rightly.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penentuan derajat kesehatan bayi di Indonesia, ditentukan dengan beberapa indikator, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu kelahiran (Hidayat, 2008). Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan bayi. Setiap tahun komplikasi persalinan menyebabkan kematian 1,5 juta kematian bayi berusia satu minggu dan 1,4 juta bayi baru lahir meninggal di dunia (Syafrudin, 2009). Menurut WHO (2002) dalam Syafrudin (2009) Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi, masalah tersebut terutama pada masa neonatal yang mengakibatkan lebih dari 80% kematian bayi.

Kejadian kematian bayi baru lahir sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan kesehatan, yang dipengaruhi antara lain karena banyaknya persalinan di rumah, status gizi ibu selama kehamilan kurang baik, rendahnya pengetahuan keluarga dalam perawatan bayi baru lahir. Untuk itu diperlukan perhatian khusus dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatus terutama pada hari-hari pertama kehidupannya yang sangat rentan karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir.


(15)

Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal (Kemenkes RI, 2010).

Bayi baru lahir (neonatus) adalah masa sejak bayi lahir sampai usia 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran (Muslihatun, 2010). Setelah bayi lahir kondisinya tentu tidak sama dengan saat di dalam perut ibunya, yaitu suatu lingkungan tumbuh yang lain bayi setelah lahir dalam satu bulan adalah masa penting untuk bayi beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Kondisi ini mungkin mengalami kesulitan fisik, sehingga perlu diberi perawatan khusus. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga bayi agar bayi tetap terjaga kesehatannya (Sumarah dkk, 2009). Dengan demikian upaya perawatan bayi baru lahir yang baik dan benar akan membuat bayi sehat.

Hasil dari penelitian sebelumnya, bahwa banyak hambatan yang dialami oleh para ibu disebabkan kurangnya pengetahuan, baik dalam merawat kesehatannya maupun dalam merawat bayinya sendiri (Hidayat, 2008).. Pengetahuan dan sikap seorang ibu dalam merawat bayi baru lahir dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: pendidikan, pengalaman, informasi, budaya, lingkungan, usia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Daulay (2010) Persepsi Ibu Suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas, ditemukan bahwa persepsi ibu banyak yang memiliki persepsi cukup (81,7%). Persepsi ibu suku


(16)

mandailing dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan dianalisa dengan menggunakan analisa statistik univariat yang ditampilkan kedalam distribusi tabel dan persentase dan dilihat faktor mana yang paling dominan untuk uji yang dilakukan tidak ada dalam penelitian ini.

Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu yang berdomisili di Desa Sabungan Nihuta II yang dilakukan pada bulan November 2013, dari ke-10 orang ibu yang diwawancarai didapatkan data bahwa semua ibu melakukan persalinan di rumah dibantu tenaga Bidan Desa, dalam merawat bayi baru lahir masih menggunakan kebiasaan dari orangtuanya misalnya memberikan minyak tanah dibawah tempat tidur bayi tujuannya supaya mengusir iblis, menyimpan atau mengubur ari-ari bayi ditempat yang tidak ada semut, mereka percaya bahwa bayi akan rewel apabila ari-arinya digigit semut, 8 dari 10 ibu sudah memberikan makanan tambahan sebelum usia bayi mencapai umur 6 bulan, menurut Kemenkes RI, (2010) memberikan makanan tambahan dianjurkan setelah selesai tahap menyusui ASI esklusif selama 6 bulan sejak kelahiran bayi.

Mayoritas ibu di Desa Sabungan Nihuta II adalah petani, dari 10 ibu yang diwawancara 9 ibu berprofesi sebagai petani, mereka percaya membawa bayi baru lahir keladang adalah hal yang lumrah dan tidak akan menyebabkan bayi sakit, kondisi cuaca diladang dapat saja menimbulkan gangguan seperti iritasi dan gatal-gatal pada kulit bayi karena kulit bayi baru lahir masih sensitif. Kebiasaan dan kepercayaan ibu–ibu di Desa tersebut bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu.


(17)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa penting melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

1.3.2. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

2) Mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

3) Mengetahui gambaran sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan pelayanan Kesehatan, pendidikan Keperawatan, dan penelitian Keperawatan.

1.4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan informasi tentang gambaran pengetahuan dan sikap ibu didesa tentang perawatan bayi baru lahir, apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu masih kurang, sehingga dapat dilakukan penyuluhan bagi ibu-ibu yang memiliki pengetahuan yang masih kurang dalam perawatan bayi baru lahir.

1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan informasi yang bermamfaat untuk menambah studi kepustakaan tentang perawatan bayi baru lahir bagi bidang pendidikan, bagi mahasiswa Keperawatan dan bidang kesehatan lainnya.

1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan (knowlegde)

2.1.1.Definisi Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan terhadap suatu objek tertentu sehingga seseorang menjadi tahu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Notoadmotmodjo 2003). Faktor internal: 1) Pendidikan, pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan


(20)

tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut; 2) Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu; 3) Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Faktor eksternal: 1) Informasi / Media Massa, informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain; 2) Sosial Budaya dan Ekonomi, Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang; 3) Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses


(21)

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.1.3. Tingkatan Pengetahuan

Dalam Notoatmodjo (2007) secara garis besar pengetahuan tercakup dalam enam tingkatan yaitu: 1) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2) Memahami suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar; 3) Aplikasi diartikan apabila sesorang sudah memahami objek yang dimaksud dia dapat mengaplikasikan prinsip yang dia ketahui itu pada situasi yang lain; 4) Analisis dalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui; 5) Sintesa merupakan menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang masuk akal dari komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya sehingga dapat menyusun formula baru; 6) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2.2.4. PengukuranPengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian


(22)

(Notoatmodjo, 2007). Skor yang sering digunakan dalam mengkategorikan pengetahuan dalam penelitian biasanya dituliskan dalam presentasi yaitu:1)Baik: hasil persentase 76%-100%; 2) Cukup: hasil persentase 56%-75%; 3) Kurang: hasil persentase <56% (Nursalam, 2003).

2.2. Sikap (attitude)

2.2.1. Defenisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tetapi sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Sikap belum berupa tindakan atau aktivitas, masih berupa respon tertutup, dimana sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespons atau bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif (Maramis, 2006)

2.2.2. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo, (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek; 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).


(23)

2.2.3. Tingkatan sikap

Dalam Notoatmodjo (2007) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sebagai berikut: 1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan menerima stimulus yang diberikan (objek); 2) Menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi; 3) Menghargai (valuing) diartikan seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk berespon; 4) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah diyakininya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.4. Faktor-faktor mempengaruhi pembentuk sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuk sikap dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor internal dan eksternal menurut answar (2005) dalam Masdaria (2008).

Faktor internal yaitu: 1) Pengalaman pribadi dimana apa yang sedang dialami dapat membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan teresebut menjadi dasar untuk pembentukan sikap seseorang penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau negatif dikemudian hari; 2) Faktor emosi, emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap seperti itu dapat berlalu setelah frustasi berlalu sehingga bisa sikap tersebut hanya sementara, namun bisa juga menetap atau persisten dan bertahan lama (Sunaryo, 2004).


(24)

Faktor eksternal yaitu; 1) Pengaruh orang lain yang dianggap penting pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut sehingga ini mempengaruhi sikap seseorang; 2) Media Massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam pembentukan sikap media massa juga berperan sebagai bentuk informasi sugestif (Purwanto, 1999).

2.2.5. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung, secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau tidak “setuju” dengan menggunakan Skala Sikap Lickert (Notoatmodjo, 2005). Pada skala likert tersusun atas beberapa pernyataan positif dan pernyataan negatif yang mempunyai lima kemungkinan jawaban dari mulai jawaban sangat setuju,


(25)

setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju Skala Sikap Likert: Pernyataan positif : SS = 5; S = 4; N= 3; TS =2; dan STS = 1; sedangkan pernyataan negatif diberi skor sebaliknya, yaitu SS = 1; S = 2; N = 3; TS = 4; dan STS = 5. Menilai sikap individu atau kelompok (skor rata-rata), yakni dengan cara membanding skor yang diperoleh dengan kriteria tertentu.

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir

Menurut Mc. Kinney.,et al (2000) perawatan bayi baru lahir yang harus diketahui orangtua dimulai dari memandikan bayi, perawatan tali pusat, perawatan kulit bayi, mengganti popok, membedong bayi, memberikan ASI, dan imunisasi. Lingkup perawatan bayi dalam penelitian ini adalalah mulai dari memandikan bayi, perawatan tali pusat, perawatan kulit, mengganti popok dan membedong bayi, pemberian ASI, dan imunisasi.

2.3.1. Memandikan Bayi

Memandikan bayi adalah membersihkan tubuh bayi dari segala kotoran dengan menggunakan air bersih dan sabun tujuan dari memandikan bayi supaya kulit dan badan bayi lebih bersih sehingga bayi merasa lebih nyaman dan terhindar dari infeksi kulit. Sebelum memandikan bayi suhu tubuh diperiksa, apabila suhu tubuhnya stabil ( 36,5 – 37,5° Celcius) maka proses memandikan selanjutnya dapat dilakukan perlu diperhatikan ruangan memandikan harus hangat dan tidak ada tiupan angin. Memandikan bayi harus secara cepat dengan air bersih dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera keringkan dan selimuti bayi, selanjutnya bisa disusui dengan ASI (JNPK-KR 2007).


(26)

Menurut Reeder (1997) memandikan bayi baru lahir dengan dua cara yaitu: 1) Memandikan bayi dengan spons, mandi spons dilakukan pada bayi baru lahir sebelum tali pusat bayi putus menggunakan spons juga mencegah tali pusat supaya tidak basah dan 2) Memandikan bayi di bak mandi, memandikan bayi di bak mandi dapat dilakukan setelah tali pusat putus atau sudah sembuh.

2.3.2. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah tindakan yang bertujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat, merawat tali pusat pada bayi baru lahir hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga luka tali pusat agar tetap kering agar tidak terjadi infeksi. Tali pusat akan kering dan putus kira-kira 5- 10 hari. Menggunakan spons mandi dianjurkan setelah tali pusat putus (Mc.Kinney., et al 2000). Tujuan perawatan tali pusat yang dilakukan adalah untuk mencegah infeksi pada tali pusat dengan mengeringkan tali pusat dengan kasa steril, membersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril, kemudian tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril dan kering, luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri. Mengoleskan cairan atau bahan apapun ke tali pusat tidak dianjurkan (JNPK-KR 2007).

Sebelum melakukan perawatan orang tua harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat. Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tali pusat tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab sehingga tali pusat akan semakin lama putus. Melipat popok dibawah puntung tali pusat.


(27)

Supaya tali pusat tidak terkena urin bayi, jika area tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT (air yang direbus sampai mendidih selama 20 menit dan didinginkan, disimpan di wadah yang kering dan bebas kuman serta harus tertutup, cairan ini dapat digunakan dalam 24 jam) dan sabun, segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih. Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, ibu dianjurkan membawa bayinya ke fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2010).

2.3.3. Perawatan Kulit bayi

Perawatan kulit bayi adalah tindakan perawatan yang bertujuan untuk menjaga kulit bayi agar tetap bersih dan sehat, ruam normal pada kulit bayi baru lahir menyerupai bintik kecil seperti gigitan serangga. Ruam ini akan hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan tindakan pengobatan, memencet ruam tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan infeksi. Kulit bayi baru lahir sering kering dan mengelupas beberapa hari setelah kelahiran. Tidak dianjurkan memberikan krim atau lotion pada kulit bayi karena dapat membuat keadaan menjadi lebih buruk yang menyebabkan kulit bayi iritasi (Mc.Kinney., et al 2000).

Kadang-kadang penyebab ruam pada bayi sering disebabkan oleh popok. Infeksi pada kulit disebabkan oleh reaksi amonia pada air seni bayi yang mengandung urea bereaksi dengan bakteri oleh sebab itu penting untuk menjaga area popok supaya tetap bersih dan kering. Tindakan yang paling efektif dengan memaparkan kulit atau pantat yang memerah ke udara atau cahaya beberapa kali dalam sehari (Reeder, 1997).


(28)

2.3.4. Mengganti Popok dan Membedong Bayi

Mengganti popok adalah tindakan yang dilakukan untuk mengganti popok bayi yang sudah basah dengan popok yang baru yang bersih dan kering, tujuannya supaya area kulit pada popok bersih sehingga tidak menyebabkan ruam atau masalah kulit pada bayi. Pemakaian popok bayi cukup sederhana, popok sekali pakai yang dikencangkan dengan plaster yang sudah ada. Popok bayi yang menggunakan peniti sebaiknya dimasukkan mengarah ke belakang,untuk meminimalkan bahaya pada bayi, popok sebaiknya diikat menjauh dari tali pusat, untuk memberi sirkulasi udara disekitar tali pusat dan juga membantu proses pengeringan tali pusat (Reeder, 1997). Setelah mengganti popok bayi area popok harus dibersihkan, pada bayi perempuan buka lipatan vagina dan bersihkan semua kotoran, untuk bayi laki-laki cuci bagian skrotum untuk mencegah ruam apabila area popok menjadi merah ganti popok lebih sering, melepaskan popok dan membiarkan kulit terpapar keudara dapat membantu. Apabila ruamnnya menetap segera dikonsultasikan kedokter (Mc.Kinney., et al 2000).

Bayi merasa aman ketika dibungkus tegas dalam selimut. Bayi baru lahir yang dibedong membuat bayi lebih mudah untuk ditangani apabila bayi rewel. Cara membedong bayi yaitu dengan melipat bagian ujung kain bedong, dan menempatkan bayi diatas kain bedong, dengan leher bayi dekat dengan lipatan kain tadi, ambil sudut kain bedong dan putar dari atas tubuh bayi kesisi sebelah kanan dan selipkan disisi kanan bayi, kemudian dari sudut sebelah kanan tarik kesebelah kiri dan selipkan disebelah kiri, untuk sudut kain bedong dibagian bawah ikat dengan ujung kain bedong sebelah kiri, tapi ikatannya jangan terlalu


(29)

kuat beri sedikit ruang untuk bayi agar bisa bergerak, sebagian bayi ada yang nyaman lengan mereka didalam kain dan sebahagian lebih suka di luar (Reeder, 1997).

2.3.5. Pemberian ASI

Menyusui bayi adalah cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi. ASI merupakan nutrisi yang paling baik untuk bayi yang baru lahir, ASI mengandung banyak mikronutrisi yang jumlah dan kualitasnya membuat usus bayi dengan mudah menyerapnya sebagi energi untuk pertumbuhan bayi, pemberian ASI idealnya ditentukan oleh rasa lapar bayi, bayi lapar setiap 2-3 jam (Wong dan Hockenberry, 2002). Menurut Kemenkes RI (2010) makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan adalah ASI. Menyusui secara eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI, tidak diberi makanan tambahan atau cairan lain selain ASI. ASI diberikan sesuai keinginan bayi paling sedikit 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun malam. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 mL ASI per hari (kisaran 600-1000 mL). Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400-700 mL sehingga diperlukan makanan pendamping ASI. Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya sekitar 300-500 mL sehingga makanan padat menjadi makanan utama.

Cara menyusui yang benar menurut Kemenkes (2010) yaitu : 1) Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui efektif; 2) Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam); 3) Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke sisi lain setelah mengosongkan payudara yang sedang disusukan. Keuntungan pengosongan payudara adalah untuk mencegah


(30)

pembengkakan payudara, meningkatkan produksi ASI, bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan akhir). Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat dengan baik pada payudara ibu, tanda perlekatan menyusu yang baik: dagu bayi menempel payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar, areola bagian atas ibu tampak lebih banyak dan hal yang perlu diperhatikan saat menyusui jangan sampai hidung bayi tertutup oleh payudara. Apabila posisi menyusui dan perlekatan ke payudara benar maka bayi akan mengisap dengan efektif. Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi mengisap secara dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi menelan (Kemenkes RI, 2010).

2.3.6. Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi atau penyakit tertentu. Setiap bayi baru lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu atau penyakit infeksi. BCG, Polio 1, dan Hepatitis B1 adalah imunisasi wajib bagi bayi baru lahir. Berikut adalah lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sejak bayi yaitu: 1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah penyakit Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu; 2) Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan diberikan 3 kali pada umur 0-11 bulan; 3) Imunisasi DPT diberikan 3 kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus. Imunisasi ini pertama


(31)

kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi berikutnya berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B dilakukan bersamaan dengan vaksin DPT-HB; 4) Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio, imunisasi Polio diberikan 4 (empat) kali dengan selang waktu (jarak) 4 minggu pada usia 0-11 bulan; 5) Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan (Menkes RI, 2004).


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir meliputi: memandikan bayi, perawatan talipusat, perawatan kulit, mengganti popok dan membedong, pemberian ASI dan imunisasi.

Keterangan :

: diteliti

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan ibu dalam Perawatan bayi baru lahir:

- Memandikan bayi

- Perawatan tali pusat - Perawatan kulit

- Mengganti popok, dan membendong

- Pemberian ASI

- Imunisasi

- Baik - Cukup - Kurang

Sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir:

- Memandikan bayi

- Perawatan tali pusat - Perawatan kulit

- Mengganti popok dan membendong

- Pemberian ASI

- Imunisasi

- Positif - Negatif


(33)

3.2. Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional

Alat ukur Hasil Ukur Skala ukur 1 Pengetahuan Apa saja yang

diketahui oleh ibu di Desa Sabungan Nihuta II tentang

perawatan bayi baru lahir yang meliputi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, perawatan kulit, mengganti popok dan membedong, pemberian ASI, serta imunisasi. Kuesioner Pengetahuan terdiri dari 25 pertanyaan tertutup (multiple choice). Terdiri dari tiga pilihan jawaban, jawaban benar diberi skor 1, salah diberi skor 0 dan tidak tahu diberi skor -1 Pengetahuan : 1) Kurang skor (<56%) 2) Cukup skor (56%-75%) 3) Baik skor (76%-100%)

Ordinal

2 Sikap Pendapat ibu di Desa Sabungan Nihuta II dalam perawatan bayi baru lahir meliputi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, perawatan kulit, mengganti popok dan membedong, pemberian ASI, sertaimunisasi. Kuesioner Sikap terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban menggunaka n skala ukur likert : sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Untuk pernyataan positif diberi skor 5= sangat setuju, 4= setuju, 3= netral, 2= Sikap: 1. Positif (60-100) 2. Negatif (20-59) Nominal


(34)

tidak setuju, 1= sangat tidak setuju. Untuk pernyataan negatif diberi skor 1= sangat setuju, 2= setuju, 3= netral, 4= tidak setuju, 5= sangat tidak setuju


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Pada desain penelitian deskriptif peneliti menyajikan fenomena secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena terjadi (Nursalam, 2003).

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi baru lahir yang tinggal di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara, sebanyak 32 orang jumlah tersebut didapat selama pengumpulan data penelitian mulai 14 Februari 2014 sampai 14 Maret 2014.

4.2.2. Sampel

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode total sampling, sehingga jumlah sampel yang menjadi responden untuk penelitian ini adalah 32 orang.

Adapun kriteria inklusi untuk menjadi sampel penelitian yaitu ibu multipara yang mempunyai bayi baru lahir normal dibawah umur 6 bulan tanpa ada komplikasi dan bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria eksklusi


(36)

dalam penelitian ini yaitu ibu multipara yang mempunyai bayi baru lahir dengan komplikasi atau tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.

4.3. Waktu dan Tempat Penelitian 4.3.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai dari September 2013 sampai Juli 2014 yang meliputi: pengajuan judul, penetapan judul, penelusuran pustaka, bimbingan proposal, seminar proposal, pengurusan surat izin penelitian dan etika penelitian, uji validitas dan reliabilitas, pengumpulan data, pengolahan data, seminar hasil penelitian dan revisi skripsi.

4.3.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

4.4. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pertimbangan etik yaitu terlebih dahulu mendapatkan Surat Etika Penelitian dari Komite Etik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, mendapatkan surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mendapatkan surat izin penelitian dari lokasi penelitian melalui pemimpin di daerah tersebut yaitu Kepala Desa Sabungan Nihuta II, peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan dari penelitian yaitu apabila hasil penelitian ditemukan pengetahuan dan sikap ibu kurang maka akan menjadi masukan kepada pelayan kesehatan didaerah tersebut sehingga ibu didesa tersebut akan mendapatkan penyuluhan tentang perawatan bayi baru lahir. serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama


(37)

pengumpulan data yaitu responden tidak akan dikenakan sanksi atau denda apabila responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan mengisi kuesioner secara sukarela. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner tetapi diberi kode pada masing-masing lembar kuesioner. Semua data yang diperoleh semata-mata digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dikembangkan peneliti terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap yang disusun setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing

4.5.1. Kuesioner Data Demografi

Dalam instrumen data demografi terdiri dari: Usia, Suku, Agama, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan. Data demografi responden digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden dan tidak dianalisis.

4.5.2. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 25 item pertanyaan dengan pilihan jawaban berganda (multiple choice) apabila ibu menjawab pertanyaan dengan benar diberi skor 1, jawaban yang salah diberi skor 0 dan menjawab tidak tahu diberi skor -1.

Untuk pertanyaan definisi terdapat pada item pertanyaan 1, 18, 19, untuk pertanyaan tujuan terdapat pada item pertanyaan 2, 5, 21, 24. Untuk pertanyaan


(38)

pengetahuan memandikan bayi baru lahir terdapat pada item pertanyaan 1-4, pertanyaan untuk pengetahuan perawatan talipusat bayi baru lahir terdapat pada item pertanyaan 5-9, pertanyaan untuk pengetahuan dalam merawat kulit bayi baru lahir terdapat pada item pertanyaan 10-13, pertanyaan untuk pengetahuan mengganti popok dan membedong bayi baru lahir terdapat pada item pertanyaan 14-17, pertanyaan untuk pengetahuan pemberian ASI pada bayi baru lahir terdapat pada item pertanyaan 18-23 dan pertanyaan untuk pengetahuan imunisasi pada bayi baru lahir terdapat pada item pertanyaan 24-25.

Dalam Nursalam (2003) skor yang sering digunakan dalam mengkategorikan pengetahuan dalam penelitian biasanya dituliskan dalam presentasi yaitu: 1) Baik: hasil persentase 76%-100% dimana ibu harus menjawab benar kuesioner pengetahuan sebanyak 19 sampai 25 item pertanyaan; 2) Cukup: hasil persentase 56%-75% dimana ibu harus menjawab benar kuesioner pengetahuan sebanyak 14 sampai 18 item pertanyaan; 3)Kurang: hasil persentase <56% dimana ibu hanya menjawab benar pertanyaan dibawah dari 14 item pertanyaan.

4.5.3. Kuesioner Sikap

Kuesioner sikap terdiri dari 20 item pertanyaan, dalam bentuk pernyataan positif dan negatif dengan pilihan jawaban menggunakan skala sikap likert. Dalam Notoatmodjo (2005) skala sikap likert tersusun atas beberapa pernyataan positif dan pernyataan negatif yang mempunyai lima kemungkinan jawaban dari mulai jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Skala Sikap Likert: Pernyataan positif : SS = 5; S = 4; N = 3; TS = 2; dan STS =


(39)

1; sedangkan pernyataan negatif diberi skor sebaliknya, yaitu SS = 1; S = 2; N = 3; TS = 4; dan STS = 5. Untuk item pertanyaan dengan pernyataan positif terdapat pada item pertanyaan: 1-7, 9-13, 15, 19-20, untuk pertanyaan dengan pernyataan negatif terdapat pada item pertanyaan:8, 14, 16-18.

Perhitungan data hasil pengukuran sikap dikategorikan berdasarkan rumus statistik Sudjana (2002).

Panjang kelas interval (P) = Rentang

Banyak Kelas = 100−20

2 =40

Rentang = nilai tertinggi dikurang nilai terendah Banyak kelas = jumlah kategori

Dengan demikian, maka sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir dikategorikan sebagai berikut: Positif apabila mendapat skor 60 – 100 dan Negatif apabila mendapat skor 20- 59.

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti keandalan instrument dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas instrumen pada penelitian ini yaitu uji validitas isi (content validity index). Uji validitas telah dilakukan dengan hasil uji validitas untuk kuesioner pengetahuan dengan nilai (0.93) dan hasil uji validitas untuk kuesioner sikap dengan nilai (0.95), kuesioner penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid, sesuai dengan pernyataan Polit & Hunger (1995) suatu instrumen dikatakan valid apabila nilai validitasnya diatas 0.70.


(40)

Uji reliabilitas telah dilakukan di Desa Sabungan Nihuta III dengan jumlah responden untuk uji reliabilitas adalah 10 orang ibu multipara yang mempunyai bayi baru lahir dibawah umur 6 bulan di luar sampel penelitian. Untuk kuesioner pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir dengan menggunakan metode Kuder Richardson (KR-20), hasil uji reliabilitas kuesioner pengetahuan dengan nilai 0,813. Untuk uji reliabilitas kuesioner sikap dengan menggunakan metode cronbach’s alpha, menggunakan bantuan program komputer, hasil uji reliabilitas kuesioner sikap dengan hasil 0.819. Menurut Sugiyono (2006) sebuah instrument dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya diatas 0,70. Maka instrument untuk pengetahuan dan sikap yang digunakan pada penelitian ini telah realiabel.

4.7. Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Prosedur pengumpulan data yang telah dilakukan dalam penelitian ini dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Setelah permohonan izin dari Fakultas Keperawatan USU sudah diberikan, peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada Kepala Desa Sabungan Nihuta II; 2) Setelah mendapatkan izin penelitian dari Kepala Desa setempat, kemudian peneliti melakukan pendekatan kepada responden dengan mendatangi mereka kerumah-rumah; 3) Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner, responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan); 4) Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, selama responden mengisi kuesioner peneliti tetap mendampingi responden apabila responden


(41)

kurang memahami isi pertanyaan dalam kuesioner maka peneliti menjelaskan maksud dari pertanyaan. Waktu yang diberikan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan selama 30 menit, sebahagian responden meminta peneliti membacakan kuesioner karena kesulitan membaca kuesioner karena dalam waktu bersamaan menjaga bayinya; 5) Setelah responden selesai mengisi kuesioner maka peneliti memeriksa kelengkapan dari kuesioner, data yang belum lengkap langsung peneliti tanyakan dan diselesaikann dalam waktu itu juga; 6) Peneliti melakukan perlakuan yang sama pada responden selanjutnya sampai terkumpul semua data. Selama pengumpulan data peneliti melakukan wawancara terpimpin dan observasi secara langsung dimana ibu di Desa Sabungan Nihuta II mayoritas tinggal bersama mertuanya.

4.8. Analisa Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan memeriksa semua kuesioner, dimulai dari tahap edit (editing) untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data diberi kode (coding) secara manual sebelum diolah dengan komputer untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan (entri) ke dalam program komputer. Setelah data dimasukkan ke dalam komputer dilakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer pengolah data yaitu secara univariat. Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap


(42)

masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dicari besarnya persentase untuk masing-masing jawaban responden. Selanjutnya dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil dari penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini melibatkan 32 orang ibu multipara yang mempunyai bayi baru lahir dibawah umur 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan dalam waktu satu bulan yaitu dimulai tanggal 14 Februari 2014 sampai dengan 14 Maret 2014.

Dari hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk tabel frekuensi serta persentase meliputi: karakteristik responden, pengetahuan dan sikap responden mengenai perawatan bayi baru lahir.

5.1.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian seluruh responden beragama Kristen Protestan, mayoritas usia responden berada pada kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 22 responden (68,7%), bersuku Batak sebanyak 29 responden (90,6%), berpendidikan terakhir SMA sebanyak 28 responden (87,5%), dan bekerja sebagai Petani sebanyak 21 responden (68,8 %).


(44)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n= 32)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Usia : 20-35 Tahun >35 Tahun Suku: Batak Jawa Pendidikan terakhir: SD SMP SMA Pekerjaan: Petani Wiraswasta IRT 22 10 29 3 1 3 28 22 7 3 68,7 31,3 90,6 9,4 3,1 9,4 87,5 68,8 21,8 9,4

5.1.2. Gambaran Pengetahuan Ibu di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara dalam perawatan bayi baru lahir.

Lingkup perawatan bayi baru lahir dalam penelitian ini meliputi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, perawatan kulit, mengganti popok dan membedong, pemberian ASI, dan imunisasi.

1. Memandikan bayi baru lahir

Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban responden dalam memandikan bayi baru lahir ditampilkan pada tabel 5.2. Dari 32 responden didapat hasil mayoritas responden mengetahui pernyataan tentang memandikan dan tujuan memandikan bayi sebanyak 31 orang (96,9%), memandikan bayi di bak mandi sebanyak 17 orang (53,1%), memandikan bayi dengan spons sebanyak 20 orang


(45)

(62,5%). Namun sebanyak 15 responden (46,9%) tidak mengetahui memandikan bayi di bak mandi (ember mandi), dan sebanyak 11 responden (34,4%) tidak mengetahui memandikan bayi dengan spons.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa pengetahuan ibu dalam memandikan bayi baru lahir dalam kategori baik dimana ibu yang mengetahui memandikan bayi baru lahir (77,3%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban pengetahuan responden dalam memandikan bayi baru lahir (n=32).

No Peryataan Benar Salah Tidak

Tahu F (%) F (%) F (%) 1

2 3 4

Definisi memandikan bayi Tujuan memandikan bayi

Memandikan bayi di ember mandi Memandikan bayi dengan spons

31 (96,9) 31 (96,9) 17 (53,1) 20 (62,5) 1 (3,1) 1 (3,1) 15 (46,9) 11 (34,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (3,1)

TOTAL 99 (77,3) 28(21,9) 1(0.8)

2. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban responden dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir ditampilkan pada tabel 5.3. Dari 32 responden didapat hasil mayoritas responden mengetahui tujuan dari perawatan tali pusat sebanyak 28 orang (87,5%), mencuci tangan sebelum merawat tali pusat sebanyak 31 orang (96,9%), menggunakan kasa kering dan steril untuk membersihkan sekeliling tali pusat sebanyak 15 orang (46,9%), balutan untuk tali pusat sebanyak 21 orang (65,6%), tujuan tidak mengompres tali pusat sebanyak 14 orang (43,7%). Namun sebanyak 16 responden (50,0%) tidak mengetahui penggunaan kasa steril dan


(46)

kering untuk membersihkan sekeliling tali pusat, 11 responden (34,4%) tidak mengetahui balutan untuk talipusat, dan 16 responden (50,0%) tidak mengetahui tujuan tidak mengompres talipusat.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa pengetahuan ibu dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir dalam kategori cukup dimana ibu yang mengetahui perawatan talipusat (68, 1%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban pengetahuan responden dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir (n=32).

No Peryataan Benar Salah Tidak

Tahu F (%) F (%) F (%) 5

6 7

8 9

Tujuan dari perawatan tali pusat Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat

Penggunan kasa kering dan steril untuk membersihkan sekeliling tali pusat

Balutan untuk tali pusat

Tujuan tidak mengompres tali pusat

28 (87,5) 31 (96,9) 15 (46,9) 21 (65,6) 14 (43,7) 4 (12,5) 1 (3,1) 16 (50,0) 11 (34,4) 16 (50,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (3,1) 0 (0,0) 2 (6,3)

TOTAL 109 (68,1) 48 (30.0) 3 (1,9)

3. Perawatan kulit bayi baru lahir

Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban responden dalam perawatan kulit bayi baru lahir ditampilkan pada tabel 5.4. Dari 32 responden didapat hasil mayoritas responden tidak mengetahui tindakan yang dilakukan untuk kulit bayi kering dan mengelupas sebanyak 28 responden (87,5%),tindakan menghilangkan ruam sebanyak 30 orang (93,8%), ruam hilang tanpa diberi pengobatan sebanyak


(47)

21 orang (65,6%). Namun sebanyak 30 responden (93,7%) mengetahui kulit bayi pada area popok seharusnya dibersihkan.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa pengetahuan ibu dalam perawatan kulit bayi dalam kategori kurang dimana ibu yang mengetahui perawatan kulit bayi hanya (35,1%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban pengetahuan responden dalam perawatan kulit bayi baru lahir (n=32).

No Peryataan Benar Salah Tidak

Tahu F (%) F (%) F (%) 10

11 12 13

Tindakan dilakukan untuk kulit bayi kering dan mengelupas

Kulit bayi pada area popok seharusnya Tindakan menghilangkan ruam Ruam hilang tanpa diberi pengobatan

3 (9,4) 30 (93,7) 1 (3,1) 11 (34,4) 28 (87,5) 2 (6,3) 30 (93,8) 21 (65,6) 1 (3,1) 0 (0,0) 1 (3,1) 0(0,0)

TOTAL 45(35,1) 81(63,3) 2(1,6)

4. Mengganti popok dan membedong

Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban responden dalam mengganti popok dan membedong bayi baru lahir ditampilkan pada tabel 5.5. Dari 32 responden didapat hasil mayoritas responden mengetahui membersihkan kulit setelah mengganti popok dan mengganti popok yang basah dengan yang baru sebanyak 32 responden (100,0%), tujuan mengikat popok menjauh dari tali pusat sebanyak 23 responden (71,9%), cara membedong bayi sebanyak 29 responden (90,6%).

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa pengetahuan ibu dalam mengganti popok dan membedong bayi baru


(48)

lahir termasuk dalam kategori baik dimana ibu yang mengetahui mengganti popok dan membedong sebanyak (90,6%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban pengetahuan responden dalam mengganti popok dan membedong bayi baru lahir (n=32).

No Peryataan Benar Salah Tidak

Tahu

F (%) F (%) F (%)

14 15 16 17

Membersihkan kulit setelah mengganti popok

Mengganti popok yang basah

Tujuan mengikat popok menjauh dari tali pusat

Cara mengikat bedong bayi

32 (100,0) 32 (100,0) 23 (71,9) 29 (90,6) 0 (0,0) 0 (0,0) 9 (28,1) 3 (9,4 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0)

TOTAL 116(90,6) 12(9,4) 0(0,0)

5. Pemberian ASI

Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban responden dalam pemberian ASI pada bayi baru lahir ditampilkan pada tabel 5.6. Dari 32 responden didapat hasil mayoritas responden mengetahui bahwa menyusui merupakan cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 32 responden (100,0%), menyusui secara esklusif sebanyak 21 responden (65,6%), memberi ASI sesuai keinginan bayi sebanyak 23 responden (71,9%), tujuan menyusui dikedua payudara sebanyak 21 responden (65,6%), tanda menyusui tepat dan benar sebanyak 12 responden (37,5%), hal yang diperhatikan saat menyusui sebanyak 32 responden (100,0%). Namun sebanyak 11 responden (34,4%) tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan menyusui bayi secara esklusif, 9 responden (28,1%) tidak mengetahui tujuan menyusui dipayudara kiri dan kanan secara bergantian, 20 responden (62,5%) tidak mengetahui tanda menyusui yang tepat dan benar.


(49)

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian ASI pada bayi baru lahir termasuk dalam kategori cukup dimana pengetahuan ibu dalam pemberian ASI sebanyak (73,6%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban pengetahuan responden dalam pemberian ASI bayi baru lahir (n=32).

No Peryataan Benar Salah Tidak

Tahu

F (%) F (%) F (%)

18 19 20 21 22 23

Cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi

Definisi menyusi secara esklusif Memberi ASI kepada bayi sesuai dengan keinginan bayi

Tujuan menyusui dikedua payudara Tanda bayi mengisap secara efektif Hal yang diperhatikan saat menyusui

32 (100,0) 21 (65,6) 23 (71,9) 21 (65,6) 12 (37,5) 32 (100,0) 0 (0,0) 11 (34,4) 9 (28,1) 9 (28,1) 20 (62,5) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (6,3) 0 (0,0) 0 (0,0)

TOTAL 141(73,6) 49(25,5) 2(1,0)

6. Imunisasi

Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban responden dalam imunisasi bayi baru lahir ditampilkan pada tabel 5.7. Dari 32 responden didapat hasil sebanyak 15 responden (46,9%) mengetahui tujuan imunisasi dan 29 responden (90,6%) mengetahui jenis imunisasi wajib pada bayi baru. Namun sebanyak 15 responden (46,9%) tidak mengetahui tujuan imunisasi.

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa pengetahuan ibu dalam imunisasi pada bayi baru lahir termasuk dalam kategori cukup dimana ibu yang mengetahui tentang imunisasi pada bayi baru lahir sebanyak (68,7%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.7.


(50)

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban pengetahuan responden dalam imunisasi bayi baru lahir (n=32).

No Peryataan Benar Salah Tidak

Tahu

F (%) F (%) F (%)

24 25

Tujuan imunisasi

Jenis imunisasi wajib pada bayi baru lahir 15 (46,9) 29 (90,6) 15 (46,9) 1 (3,1) 2 (6,3) 2 (6,3)

TOTAL 45(68,7) 16(25,0) 4(6,3)

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir mayoritas berada pada kategori cukup sebanyak 20 responden (62,5%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir (n=32).

Pengetahuan ibu Frekuensi Presentase

Baik Cukup Kurang 9 20 3 28,1 62,5 9,4

5.1.3. Gambaran Sikap Ibu di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara dalam perawatan bayi baru lahir.

Distribusi frekuensi dan persentasi jawaban sikap responden ditampilkan pada tabel 5.9 dibawah. Dari 32 responden didapat hasil mayoritas ibu sangat setuju pada pernyataan sikap ibu bahwa memandikan bayi supaya kulit badan bayi bersih dan merasa nyaman 19 responden (59,4%), menjaga luka tali pusat tetap kering 17 responden (53,1%), mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat


(51)

tali pusat 16 responden (50,0%), tidak mengikat bedongan dengan kuat 15 (46,9%), mengimunisasi bayi untuk kekebalan tubuh 17 responden (53,1%), membawa bayi keposyandu untuk imunisasi 18 responden (56,3%). Dari 32 responden didapat hasil mayoritas ibu setuju pada pernyatan menjaga suhu air tetap hangat 16 responden (50,0%), melapor kepetugas jika tali pusat terinfeksi 17 responden (53,1%), memberikan baby oil supaya kulit bayi lembab 17 responden (53,1%), mengganti popok yang basah dengan yang baru dan menyusui bayi sesuai keinginan bayi serta menyusui bayi dengan ASI masing-masing 16 responden (50,0%). Dari 32 responden didapat hasil mayoritas ibu memilih sikap netral pada pernyataan tidak mengoleskan minyak kekulit bayi yang terkena ruam, memberi MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan, tidak yakin dengan meng-imunisasi bayi akan kebal masing masing sebnayak 2 responden (6,3%). Dari 32 responden didapat hasil mayoritas ibu memilih tidak setuju dengan pernyataan melepaskan tali pusat sebelum waktunya lepas sebanyak 18 responden (56,3%), tidak mengoleskan bahan apapun ketali pusat 14 responden (43,8%), tidak mengoleskan minyak kekulit bayi yang terkena ruam 17 responden (53,1%), memberikan MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan 16 responden (50,0%), memberi ASI sesuai keinginan ibu 19 responden (59,4%). Tidak menyangga badan bayi saat menyusui 20 responden (62,5%) dan tidak yakin dengan mengimunisasi bayi akan kebal 14 responden (43,8%). Dari 32 responden didapat hasil mayoritas ibu memilih sangat tidak setuju dengan pernyataan melepaskan tali pusat sebelum waktunya sebanyak 13 responden (40,6%) dan tidak yakin dengan mengimunisasi bayi akan kebal sebanyak 9 responden (28,1%).


(52)

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir (n=32).

No Pernyataan Sikap SS S N TS STS

F(%) F(%) F(%) F(%) F(%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Memandikan bayi supaya kulitnya bersih dan nyaman Menjaga suhu air tetap hangat saat mandi

Melepaskan tali pusat sebelum waktunya lepas

Tidak mengoles bahan apapun ketali pusat

Melapor kepetugas jika tali pusat terinfeksi

Menjaga luka tali pusat tetap kering

Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat Memberikan baby oil supaya kulit bayi lembab

Tidak mengoleskan minyak kekulit bayi yang kena ruam Mengganti popok yang basah dengan yang baru

Membersihkan kulit bayi setelah menganti popok

Tidak mengikat bedongan dengan kuat

Menyusui bayi sesuai keinginan bayi

Memberi MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan

Menyusui bayi dengan ASI dan ASI cocok untuk bayi

Memberi ASI sesuai

keinginan Ibu

Tidak menyangga badan bayi saat menyusui

Tidak yakin dengan meng- imunisasi bayi akan kebal Mengimunisasi bayi untuk kekebalan tubuh

Membawa bayi keposyandu untuk imunisasi 19(59,4) 15(46,9) 0(0,0) 1(3,1) 14(43,8) 17(53,1) 16(50,0) 9(28,1) 2(6,3) 15(46,9 15(46,9) 15(46,9) 13(40,6) 2(6,3) 15(46,9) 2(6,3) 0(0,0) 0(0,0) 17(53,1) 18(56,3) 13(40,6) 16(50,0) 1(3,1) 11(34,4) 17(53,1) 15(46,9) 15(46,9) 17(53,1) 7(21,9) 16(50,0) 16(50,0) 9(28,1) 16(50,0) 10(31,2) 16(50,0) 10(31,2) 5(15,6) 7(21,9) 14(43,8) 13(40,6) 0(0,0) 1(3,1) 0(0,0) 1(3,1) 0(0,0) 0(0,0) 0(0,0) 1(3,1) 2(6,3) 1(3,1) 0(0,0) 0(0,0) 1(3,1) 2(6,3) 0(0,0) 0(0,0) 1(3,1) 2(6,3) 1(3,1) 0(0,0) 0(0,0) 0(0,0) 18(56,3) 14(43,8) 1(3,1) 0(0,0) 1(3,1 5(15,6) 17 53,1) 0(0,0) 0(0,0) 7(21,9) 1(3,1) 16(50,0) 1(3,1) 19(59,4) 20(62,5) 14(43,8) 0(0,0) 1(3,1) 0(0,0) 0(0,0) 13(40,6) 5(15,6) 0(0,0) 0(0,0) 0(0,0) 0(0,0) 4(12,5) 0(0,0) 1(3,1) 1(3,1) 1(3,1) 2(6,3) 0(0,0) 6(18,8) 6(18,8) 9(28,1) 0(0,0) 0(0,0)


(53)

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang sudah ditetapkan, didapat hasil bahwa sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir mayoritas berada pada kategori positif sebanyak 31 responden (96,9%) hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir (n=32).

Sikap ibu Frekuensi Presentase

Positif Negatif

31 1

96,9 3,1

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II termasuk dalam kategori cukup sebanyak 20 responden (62,5%). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu yang masih cukup salah satunya adalah pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa dari 20 responden yang berpengetahuan cukup mayoritas berpendidikan terakhir SMA sebanyak 18 responden. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 18 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, salah satu bentuk pendidikan formal menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana pada pendidikan formal berfungsi mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta pengembangan


(54)

sikap seseorang. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) peningkatan pengetahuan dapat diperoleh di pendidikan formal, pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Tingkat pendidikan seseorang dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap informasi dibidang kesehatan dan keluarga. Maka dapat disimpulkan adanya kesesuaian teori dengan kenyataan dimana pendidikan ibu berpengaruh terhadap pengetahuan ibu terhadap perawatan bayi baru lahir, hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktora (2011) dimana pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pemahaman ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur.

Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Dari 20 responden yang berpengetahuan cukup 13 responden berada pada rentang usia 20-35 tahun. Sesuai dengan pendapat Piaget (Papalia, Olds & Fedman, 2007) usia tersebut merupakan usia dewasa awal (20-40 tahun), pada usia ini pengalaman memegang peranan penting dalam fungsi intelektual orang dewasa. Pengalaman juga memiliki peranan penting bagi orang dewasa untuk memecahkan masalah. Karena pengalaman setiap orang berbeda-beda maka efek yang ditimbulkan dalam perkembangan kognitifnya pun berbeda-beda. Terkait dengan penelitian ini mayoritas ibu sudah mempunyai pengalaman merawat bayi sebelumnya karena responden dalam penelitian ini multipara. Semakin sering seseorang mengalami maka semakin tinggi pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktora (2011) dimana usia ibu mempengaruhi tingkat pemahaman ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur.


(55)

Maka dapat disimpulkan bahwa adanya kesesuaian teori dengan kenyataan dimana usia ibu mempengaruhi pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir.

Faktor lain yang juga mempengaruhi pengetahuan adalah sosial dan budaya dari 20 responden yang berpengetahuan cukup 19 responden bersuku batak. hal tersebut menurut peneliti karena lokasi penelitian di Desa Sabungan Nihuta II, dimana mayoritas penduduknya adalah bersuku batak. Beberapa kebiasan atau tradisi/budaya yang masih dipraktekkan dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta seperti: menghangatkan tubuh bayi dengan perapian yang diletakkan dibawah tempat tidur ibu dan bayinya, membedong bayi dengan kain selendang ataupun selimut, memberi makanan tambahan meskipun belum berusia 6 bulan hal tersebut dilakukan apabila bayi rewel dan terus menangis meskipun sudah diberi ASI. Beberapa kebiasaan dan tradisi/budaya yang ada di desa Sabungan Nihuta II sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliana (2011) di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir bahwa dalam perawatan bayi baru lahir pada suku batak toba yaitu menghangatkan tubuh bayi dengan martataring (perapian) dan dimandarbagashon (dimasukkan ke dalam sarung ibu), membedong bayi dengan cara membungkus erat bayi menggunakan kain selendang atau selimut, bayi tidak diberikan ASI secara eksklusif karena adanya pemberian makanan tambahan. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) kebiasaan dan tradisi juga mempengaruhi pengetahuan, meskipun dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Maka dapat disimpulkan adanya kesesuaian teori dan kenyataan bahwa sosial dan budaya dapat mempengaruhi pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir.


(56)

Pengetahuan ibu yang masih cukup dalam perawatan bayi baru lahir dapat juga dipengaruhi oleh ada tidaknya ibu mendapatkan informasi, terkait dengan penelitian ini dimana dilingkungan ibu tinggal belum pernah dilakukan penyuluhan secara massal tentang perawatan bayi baru lahir, sehingga kebanyakan ibu mendapatkan informasi tentang perawatan bayi baru lahir dari tradisi setempat, bidan yang membantu persalinan dan juga dari orang tua ibu serta dari mertuanya. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya kesesuaian teori dan kenyataan bahwa informasi dapat mempengaruhi pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Erpinaria (2009) dimana pengetahuan ibu masih rendah, rendahnya pengetahuan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir karena respondennya hanya mendapatkan informasi dari klinik tempat mereka bersalin yang terdekat dari rumah mereka.

Berdasarkan hasil penelitian dimana pengetahuan ibu dalam memandikan bayi termasuk dalam kategori baik hal tersebut didukung dari hasil penelitian dimana mayoritas ibu sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan memandikan bayi, tujuan memandikan bayi, memandikan bayi diember mandi dan memandi kan bayi menggunakan spons.

Berdasarkan hasil penelitian dimana pengetahuan ibu dalam perawatan tali pusat termasuk dalam kategori cukup hal tersebut didukung dari hasil penelitian


(57)

dalam hal penggunaan kasa steril untuk membersihkan area sekeliling tali pusat sebanyak 16 responden (50,0%) berpendapat bahwa kasa steril harus dibasahi dengan baby oil yang sebaiknya digunakan untuk membersihkan area sekeliling tali pusat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada, apabila sekitar area tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun, segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih (Kemenkes RI, 2010). Untuk balutan yang digunakan untuk talipusat sebanyak 11 responden (34,4%) berpendapat bahwa talipusat sebaiknya dibalut dengan kain kasa steril yang lembab. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dimana balutan tali pusat yang sebaiknya digunakan adalah kain kasa steril yang kering. Untuk tujuan tidak mengompres tali pusat sebanyak 16 responden (50,0%) berpendapat bahwa tujuan tidak mengompres tali pusat adalah untuk memperlambat tali pusat putus. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa tali pusat sebaiknya tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab sehingga tali pusat akan semakin lama putus.

Berdasarkan hasil penelitian dimana pengetahuan ibu dalam perawatan kulit bayi baru lahir termasuk dalam kategori kurang hal tersebut didukung dari hasil penelitian. Dalam hal tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk kulit bayi yang kering dan mengelupas sebanyak 28 responden (87,5%) berpendapat bahwa kulit bayi yang kering dan mengelupas sebaiknya di beri lotion pelembab atau baby oil. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori, kulit bayi baru lahir sering kering dan mengelupas beberapa hari setelah kelahiran hal tersebut merupakan hal yang lazim. Sehingga tidak dianjurkan memberikan krim atau lotion pada kulit bayi


(58)

karena dapat membuat keadaan menjadi lebih buruk yang menyebabkan kulit bayi iritasi (Mc.Kinney.,et al, 2000). Tindakan menghilangkan ruam (kemerahan) pada kulit bayi sebanyak 30 responden (93,8%) berpendapat bahwa tindakan yang paling tepat digunakan untuk menghilangkan ruam pada kulit bayi adalah dengan mengoleskan minyak pada kulit bayi. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dimana tindakan yang paling efektif untuk mencegah ruam dengan memaparkan kulit atau pantat yang memerah ke udara atau cahaya beberapa kali dalam sehari (Sharon & Reeder, 1997). Ruam dapat hilang tanpa diberi pengobatan sebanyak 21 responden (65,6%) berpendapat bahwa ruam tidak dapat sembuh sendiri tanpa diberi pengobatan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada dimana ruam pada bayi akan hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan tindakan pengobatan (Mc.Kinney., et al, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian dimana pengetahuan ibu dalam mengganti popok dan membedong bayi baru lahir termasuk dalam kategori baik hal tersebut didukung dari hasil penelitian, dimana mayoritas ibu sudah mengetahui bahwa kulit harus segera dibersihkan setelah mengganti popok, segera mengganti popok yang basah, mengikat popok menjauh dari tali pusat dan mengikat bedongan tidak terlalu kuat.

Berdasarkan hasil penelitian dimana pengetahuan ibu dalam pemberian ASI termasuk dalam kategori cukup hal tersebut didukung dari hasil penelitian. Dalam hal menyusui bayi secara esklusif sebanyak 11 orang (34,4%) berpendapat bahwa bayi yang sering rewel dan menangis setelah disusui menandakan bahwa diberi ASI saja tidak cukup sehingga harus diberi makanan tambahan meskipun bayi


(59)

belum berusia 6 bulan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dimana makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan adalah ASI. Menyusui secara eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI, tidak diberi makanan tambahan atau cairan lain selain ASI. Sebanyak 9 responden (28,1%) masih mempercayai mitos bahwa tujuan menyusui pada payudara kiri dan kanan secara bergantian bahwa payudara sebelah kanan mengandung nasi dan sebelah kiri mengandung air. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dimana menyusui bayi pada payudara kanan-kiri secara bergantian dengan berpindah ke sisi lain setelah mengosongkan payudara yang sedang disusukan mempunyai beberapa keuntungan yaitu untuk mencegah pembengkakan payudara, meningkatkan produksi ASI, bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan akhir). Tanda mengisap bayi sudah tepat dan benar, sebanyak 20 responden (62,5%) berpendapat bahwa tanda bayi dengan mengisap efektif dimana bayi tidak rewel, tertidur pulas dan tidak menangis. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dimana tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi mengisap secara dalam, teratur yang diselingi istirahat, pada saat bayi mengisap ASI hanya terdengar suara bayi menelan (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu dalam imunisasi bayi baru lahir termasuk dalam kategori cukup hal ini didukung dari hasil penelitian, dalam hal tujuan mengimunisasi bayi baru lahir sebanyak 15 responden (46,9%) berpendapat bahwa tujuan mengimunisasi bayi adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap infeksi dan semua jenis penyakit. Sebanyak 2 responden (6,3%) berpendapat tidak perlu mengimunisasi bayinya karena


(60)

berdasarkan pengalamannya, bayinya tidak pernah diimunisasi dan mereka sehat sampai besar. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dimana imunisasi adalah pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi atau penyakit tertentu. Setiap bayi baru lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu atau penyakit infeksi (Menkes RI, 2004)

5.2.2. Sikap

Dari hasil penelitian ini sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir di Desa Sabungan Nihuta II termasuk dalam kategori positif. Menurut pendapat Newcomb (Notoatmodjo, 2007) yang menyatakan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan memegang peranan penting, pengetahuan yang baik maka sikap pun baik sehingga membentuk sikap yang bertahan lama atau long lasting. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Pratin (2011) dimana hasil penelitiannya menyatakan hampir seluruh ibu primipara mempunyai sikap positif dalam perawatan bayi baru lahir di rumah sejalan dengan pengetahuan responden yang mayoritas baik.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Newcomb dan penelitian yang dilakukan Pratin (2011) akan tetapi sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2011) meskipun pengetahuan responden masih dalam kategori cukup tetapi sikap ibu positif. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh pengalaman orangtua yaitu ibu dan mertua yang sudah mempunyai pengalaman dalam merawat bayi serta ibu patuh terhadap apa yang dikatakan oleh


(61)

orangtuanya. Maka dapat disimpulkan adanya kesesuaian teori dengan kenyataan dimana sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipengaruhi oleh pengalaman dari orang lain yaitu orang tua: ibu dan mertua yang sudah mempunyai pengalaman merawat bayi.

Sikap positif ibu dalam perawatan bayi baru lahir tanpa didasari oleh pengetahuan responden yang belum memadai, dikhawatirkan sikap positif ibu terhadap perawatan bayi baru lahir tidak akan bertahan lama. Sehingga diperlukan adanya upaya peningkatan pengetahuan, upaya tersebut dapat dicapai dengan mengaktifkan peran petugas kesehatan di lingkungan tempat tinggal ibu dengan memberikan penyuluhan rutin dan membagi informasi-informasi yang terbaru dan tepattentang perawatan bayi baru lahir.

Jika dilihat secara lebih rinci dari kuesioner sikap meskipun secara umum sikap ibu sudah positif namun dalam beberapa hal sikap ibu masih terlihat negatif hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana ibu memilih sangat setuju pada pernyataan memberikan baby oil supaya kulit bayi lembab sebanyak 9 responden (28,1%), tidak mengoleskan minyak kekulit bayi yang terkena ruam, memberi MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan dan memberi ASI sesuai dengan keinginan ibu masing- masing sebanyak 2 responden (6,3%). Berdasarkan hasil penelitian dimana ibu memilih setuju pada pernyataan melepaskan talipusat sebanyak 1 responden (3,1%),memberikan baby oil supaya kulit bayi lembab sebanyak 17 responden (53,1%), memberi MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan dan memberi ASI sesuai keinginan ibu sebanyak 10 responden (31,2%), tidak menyangga badan bayi saat menyusui sebanyak 5 responden (15,6%) dan tidak yakin dengan


(62)

mengimunisasi bayi akan kebal terhadap penyakit tertentu sebanyak 7 responden (21,9%). Berdasarkan hasil penelitian dimana ibu memilih tidak setuju pada pernyataan tidak mengoleskan bahan apapun ketali pusat, melapor kepetugas jika talipusat terinfeksi, mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat talipusat, menyusui bayi sesuai dengan keinginan bayi, menyusui bayi dengan ASI, membawa bayi ke posyandu untuk diimunisasi masing-masing sebanyak 1 responden (3,1%), membedong bayi tidak terlalu kuat sebanyak 7 responden (21,9%). Berdasarkan hasil penelitian dimana ibu yang memilih sangat tidak setuju pada pernyataan tidak mengoleskan bahan apapun ke talipusat sebanyak 5 responden (15,5%), membersihkan kulit bayi setelah mengganti popok, membedong bayi tidak terlalu kuat, menyusui bayi sesuai keinginan bayi.

Sikap negatif yang ditunjukkan ibu dari hasil penelitian dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan informasi yang tepat dan benar dalam perawatan bayi baru lahir, dimana ibu kurang memamfaatkan media massa untuk meningkatkan sikap dan pengetahuannya. Menurut pendapat Purwanto (1999) media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang, walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam pembentukan sikap media massa juga berperan sebagai bentuk informasi sugestif. Hal yang memungkian berikutnya adalah ibu tidak patuh terhadap apa yang diajarkan oleh orangtuanya dan kemungkinan selanjutnya akibat dari kelalaian peneliti selama mengumpulkan data sehingga untuk penelitian


(63)

selanjutnya harus melakukan wawancara terhadap masing-masing jawaban responden sehingga hasilnya akan lebih akurat.

Dari hasil penelitian ada beberapa responden yang memiliki pengetahuan cukup tetapi memiliki sikap positif dan beberapa responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi memiliki sikap negatif tentang perawatan bayi baru lahir. Sesuai dengan pendapat Kreech (Oktora, 2011) tidak selamanya orang yang mempunyai pengetahuan baik akan memiliki sikap yang positif atau sebaliknya yang mempunyai pengetahuan kurang akan memiliki sikap yang negatif. Karena dalam pembentukan sikap ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang yaitu: yaitu faktor internal; pengalaman pribadi, emosi (Sunaryo, 2004) dan faktor eksternal; media massa dan pengalaman orang lain (Purwanto, 1999).


(64)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan di Desa Sabungan Nihuta II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

6.1. Kesimpulan

Pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir dalam kategori cukup hal ini disebabkan mayoritas pendidikan ibu adalah SMA namun meskipun pengetahuan ibu cukup sikap ibu dalam perawatan bayi baru lahir adalah positif hal ini disebabkan oleh pengalaman orang lain yang didapatkan ibu dari orang tua yakni: ibu dan mertua.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Ibu yang mempunyai bayi baru lahir

Kepada ibu yang mempunyai bayi baru lahir diharapkan supaya meningkatkan pengetahuan terkait perawatan bayi baru lahir melalui tenaga pelayan kesehatan. Sikap yang positif tetap dipertahankan supaya pemberian perawatan terhadap bayi baru lahir tepat dan benar seta bertahan lama.


(1)

(2)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

Jenis Kegiatan Sept '13 Okt '13 Nov '13 Des '13 Jan '14 Feb '14 Mar '14 Apr '14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Mengajukan Judul Menetapkan Judul Menyusun proposal Mengajukan proposal Sidang Proposal Revisi Proposal Validitas /Reabilitas Pengumpulan data Analisa Data


(3)

TAKSASI DANA PENELITIAN

No. Kegiatan Biaya

1 PROPOSAL

a. Survei Awal b. Transportasi c. Biaya Internet d. Kertas A4 2 rim

e. Fotocopy Sumber-sumber Daftar Pustaka

f. Fotocopy memperbanyak proposal g. Sidang Proposal

Rp 50.000 Rp 160.000 Rp 100.000 Rp 62.000 Rp 30.000

Rp 80.000 Rp 150.000

2 PENGUMPULAN DATA

a. Etika Penelitian b. Transportasi

c. Fotocopy Kuesioner d. Cenderamata

e. Biaya pengumpulan data

Rp 100.000 Rp 190.000 Rp 20.000 Rp 160.000 Rp 100.000

3 ANALISA DATA DAN

PENGUMPULAN LAPORAN a. Kertas A4 2 rim

b. Penjilidan

c. Fotocopy Laporan Penelitian d. Sidang Skripsi

Rp 62.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 200.000

4 BIAYA TIDAK TERDUGA Rp 100.000

5 TOTAL Rp 1.764.000


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ivan Simanjuntak

NIM : 101101072

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Sosorliang, 25 Desember 1991

Agama : Kristen Protestan

Email : ivanmsimanjuntak@gmail.com

Anak ke : 4 dari 7 bersaudara

Alamat : Sosorliang Sabungan Nihuta II Kecamatan

Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

Riwayat Pendidikan :

1. 1997 – 2003 : SD Negeri III Siparendean 2. 2003 - 2006 : SMP Negeri I Sipahutar 3. 2007- 2010 : SMA Negeri I Sipahutar