2.2.4. Klasifikasi Anemia
Abdulmuthalib 2009 menuliskan klasifikasi anemia sebagai berikut: 1.
Anemia defisiensi besi Gambaran anemia defisiensi besi berupa eritrosit mikrositik
hipokrom, serta ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, saturasi transferin, dan konsentrasi hemoglobin atau
hematokrit.
2. Anemia defisiensi asam folat
Pada kehamilan, defisiensi asam folat dan vitamin B12 merupakan penyebab anemia megaloblastik. Gangguan sintesis DNA juga
menyebabkan anemia megaloblastik.
3. Anemia aplastik
Anemia aplastik dapat terjadi berulang pada beberapa kasus kehamilan dan eksaserbasi membaik setelah terminasi kehamilan
pada kasus lainnya.
4. Anemia penyakit sel sabit
Selama kehamilan, anemia sel sabit disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia, perdarahan ante
partum, prematuritas, dan kematian janin.
2.2.5. Dampak Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan dapat memberikan dampak yang buruk pada ibu dan janin, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Infeksi maternal
Menurut Hooton dkk. 1996, anemia pada kehamilan memperburuk fungsi imunitas dengan mempengaruhi proliferasi limfosit T dan B,
yang menyebabkan penurunan aktivitas fagosit, neutrofil, bakterisidal, dan sel NK Natural Killer. Stamey dkk. 1975
menyatakan indeks stimulasi limfosit mengalami penurunan pada wanita anemia Lone dkk., 2004.
Amici dkk. 1999 dalam Lone dkk. 2004 menyatakan infeksi maternal selama kehamilan merupakan faktor risiko bayi lahir
prematur. Lin dkk. 1998 dan Vandenbosche dkk. 1998 dalam Haram dkk. 2007 menyatakan infeksi maternal menyebabkan 5-
10 IUGR Intrauterine Growth Retardation.
2. Prematuritas
Anemia dapat menyebabkan kelahiran prematur secara langsung ataupun tidak langsung, yang berhubungan dengan peningkatan
risiko infeksi. Kurki dkk. 1992 menyatakan efek langsung anemia berhubungan dengan peningkatan sintesis CRH Corticotrophin-
Releasing Hormone sebagai akibat dari hipoksia jaringan. Menurut Mikhail dkk. 1995, peningkatan CRH Corticotrophin-Releasing
Hormone menginduksi stress maternal dan janin, yang merupakan faktor risiko kelahiran prematur dan hipertensi diinduksi kehamilan
Lone dkk., 2004.
3. Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
Steer dkk. 1995 dalam Lone dkk. 2004 menuliskan anemia berat 8 gdl berhubungan dengan penurunan berat lahir bayi, di mana
Universitas Sumatera Utara
lebih rendah 200-400 g daripada ibu hamil dengan kadar hemoglobin lebih tinggi 10 gdl.
Scholl dkk. 1992 dalam Haram dkk. 2007 menyatakan anemia defisiensi besi meningkatkan insidensi BBLR Bayi Berat Lahir
Rendah sebanyak tiga kali. Lone dkk. 2004 menyatakan defisiensi besi menstimulasi produksi CRH Corticotrophin-Releasing
Hormone. Menurut Allen 2001 dalam Haram dkk. 2007 CRH
Corticotrophin-Releasing Hormone janin meningkatkan produksi kortisol dan kerusakan oksidatif pada eritrosit, yang dapat
menghambat pertumbuhan janin.
4. Mortalitas
Anemia selama kehamilan meningkatkan risiko mortalitas pada intrauterin dan perinatal. Umumnya, keadaan ini berhubungan
dengan prematuritas dan sepsis Lone dkk., 2004.
2.3. Embriologi Tengkorak